Tuesday, February 28, 2017

Perlukah Diikat? (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Mazmur 32:9
======================
"Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau"

Dirumah saya ada 6 ekor anjing bertubuh kecil. Bermula dari satu ekor, kemudian karena kasihan melihatnya sendirian, saya dan istri mencarikan pendamping hidupnya. Suatu kali kami lalai menjaga jarak mereka saat yang betina datang bulan. Ia hamil dan melahirkan empat ekor anak. Saya mulanya berpikir untuk menjual saja anak-anaknya, tapi karena terlanjur sayang dan menyaksikan setiap pertumbuhan mereka selama tiga bulan pertama, kami memutuskan untuk memelihara saja semuanya. 6 ekor jumlah yang tidak sedikit. Kalau tidak dilatih tentu bisa repot. Ada orang yang karena tidak mau repot memilih solusi paling gampang yaitu dikandangi atau diikat lehernya. Kami tidak mau mengambil langkah itu karena tidak mau mereka menderita. Untuk mengatasinya, kami pun melatih anak-anak anjing ini sejak di usia mudanya. Diajari jangan pipis/buang air sembarangan melainkan di tempat yang ditentukan, diajari bersikap baik kepada tamu, diajari 'behave' saat kami sedang makan, datang saat dipanggil, mengerti saat dimarahi dan tentu saja, bermain.

Buahnya pun tidak lama kami petik. Keenam anjing ini tumbuh menjadi anjing penurut yang tidak merepotkan sama sekali untuk tinggal bersama di rumah. Suatu kali saya berkunjung ke rumah teman yang memelihara sepertiga dari jumlah kami yaitu 2 ekor saja, tapi keduanya benar-benar menciptakan chaos di rumahnya. Sudah dikandangi masih saja menendang-nendang kandang, menggonggong dengan sangat ribut, tidak menurut saat disuruh diam dan buang airnya seenaknya. Apalagi kalau sudah keburu keluar kandang. Bagai melakukan victory lap, ia pipis di mana-mana dan selalu mencoba untuk kabur. Adegan kejar-kejaran antara pemilik dan dua anjing yang bandel pun terus berulang. Mau diajari anjingnya sudah keburu dewasa, apalagi dia bukan tipe orang yang telaten. Saya bersyukur punya 6 ekor anjing penurut yang taat kepada pemiliknya. Kalaupun pintu terbuka mereka tidak pernah kabur. Kalau perlu mereka cuma buang air ke rumput di luar, tapi kemudian langsung masuk lagi.

Teman saya cuma pelihara 2 ekor, tapi sudah ampun-ampunan mengurusnya. Saya punya 6, yang untungnya tidak seperti itu. Kalau yang enam ekor ini menjadi anjing bandel, kami pasti kalang kabut di rumah. Sekarang bayangkan berapa banyak Tuhan punya manusia, yang Dia ciptakan secara istimewa. Berapa ratus juta orang, dengan tingkah, polah, gaya dan model sifat yang berbeda? Saya membayangkan betapa repotnya Tuhan mengurusi semua manusia dari masa ke masa. Kalau Tuhan tidak peduli tentu tidak repot. Tapi begitu besar kasihNya pada kita yang didesain sesuai gambar dan rupaNya sendiri sehingga Tuhan berkepentingan atas keselamatan kita. Dia tidak mau satupun dari kita harus berakhir binasa. Dia bahkan rela mengorbankan Yesus untuk menebus kita semua. Tapi lihatlah betapa bandelnya manusia sehingga bukannya menghargai anugerah Tuhan tapi malah terus membangkang dan melakukan tindakan-tindakan yang mengecewakan hatiNya.

Tuhan bisa saja memenjarakan kita, mengandangkan atau mengikat leher kita seperti hewan. Itu akan membuat kita aman, tidak bikin masalah dimana-mana. Tapi Tuhan tidak menciptakan kita seperti itu. Dia tidak mau kita menjadi seperti budak, menjadi hewan yang dirantai, atau bahkan menjadi robot yang diprogram.  Tuhan menciptakan kita secara istimewa dengan diberi karunia kehendak bebas untuk menentukan jalan kita sendiri. Itu seharusnya bisa membuat kita berinteraksi dengan bebas dengan Sang Pencipta, bersikap taat hingga semua yang terbaik yang Dia inginkan bisa kita miliki hingga menuju keselamatan yang kekal. Tapi lihatlah yang dilakukan manusia. Diberi kebebasan malah berlaku seenaknya. Saat diikat oleh peraturan kita protes karena merasa seperti dibatasi dan seolah tidak boleh senang-senang. Kita tidak menyadari bahwa sebenarnya itu semua adalah demi kebaikan kita sendiri.

Apakah Tuhan senang menyiksa dan mengikat kita? Sama sekali tidak. Seperti yang saya sampaikan tadi, Tuhan tidak menciptakan kita sebagai robot, tapi kita diciptakan sebagai mahluk berakal budi, yang punya kehendak bebas, bahkan diciptakan seperti gambar dan rupaNya sendiri secara begitu istimewa. Dikasihi, dijaga, dilindungi dan diberikan rencana-rencana besarNya termasuk agar kita semua selamat masuk ke dalam kekekalan yang bahagia, tinggal bersama denganNya selama-lamanya. Dalam hidup kita diberikan kesempatan untuk menentukan pilihan-pilihan, dimana setiap pilihan itu akan membawa konsekuensi sendiri. Itulah kehendak bebas.

Agar kita bisa mengambil keputusan-keputusan yang baik, Tuhan sudah melengkapi kita dengan FirmanNya. Ada Roh Kudus juga yang mengingatkan kita dalam setiap langkah, Tuhan kerap berbicara lewat hati nurani kita, dan, bukankah Kristus pun telah mendamaikan hubungan manusia dengan Allah sehingga hari ini kita diijinkan untuk "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16). Kalau kita menyadari hal ini dengan sungguh-sungguh kita akan menyikapinya sebagai sebuah karunia yang begitu besar. Seharusnya karunia seperti itu kita sikapi dengan penuh rasa syukur dan penghargaan besar lewat ketaatan kita, bukannya diisi dengan berbagai sikap atau pengambilan keputusan yang salah, yang bukan saja mengecewakan dan menyedihkan hati Tuhan tapi juga merugikan kita sendiri.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker