Friday, February 3, 2017

Belajar Menjadi Hamba lewat Paulus (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: 1 Korintus 9:19
========================
"Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang."

Jika anda mendapat jabatan tinggi, apa yang akan anda lakukan? Banyak orang segera mengira itu saatnya bisa berbuat apapun tanpa ada yang bisa melarang. Semakin tinggi jabatan, semakin tinggi pula letak mereka di atas hukum. Semua jadi bisa diatur, tidak ada yang berani membantah. Mereka yang bersifat seperti ini menjadi orang-orang absolut, otoriter, bak raja yang titahnya tidak ada yang boleh melawan.

Bagaimana dengan jabatan di gereja? Jabatan bisa beragam dengan tingkatannya masing-masing, tapi gelarnya sebenarnya sama yaitu hamba Tuhan. Kalau sadar status sebagai hamba Tuhan, sangatlah ironis kalau ada hamba Tuhan yang sikapnya sok kuasa, angkuh dan otoriter. Merasa sangat berkuasa, tidak bisa dikritik, tidak bisa menerima masukan apalagi perbedaan pendapat, atau juga kasar sikapnya. Atau ada juga yang terbawa jabatan di profesinya, sikap bos besar ikutan hinggap di gereja pada saat ia melayani. Tidak bisa dipungkiri, di kalangan gereja sekalipun terjadi pergeseran nilai-nilai karena terpengaruh bentuk dunia. Namanya saja gereja, namanya saja hamba, tapi sikap orang-orang seperti ini sama saja seperti preman di luar sana, atau malah lebih buruk dari itu.

Saya masih ingin menyambung sikap hamba Tuhan yang benar lewat Paulus. Pada masanya, Paulus merupakan tokoh dengan posisi penting dalam pewartaan Injil ke seluruh belahan dunia. Tapi hebatnya ia tidak menjadi lupa diri dan menganggap penting dirinya sendiri. Ia tahu bahwa ia hanyalah satu dari setiap orang percaya yang telah disematkan tugas untuk mengemban Amanat Agung, yaitu "... pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20).

Paulus tahu bahwa itu adalah landasan dari pelayanannya, karenanya tidak ada satupun yang layak untuk disombongkan. Ia tidak punya alasan agar bisa sombong dan membangggakan dirinya dalam menjalankan pelayanan. Karena itulah dalam berbagai kesempatan kita bisa melihat bagaimana Paulus menunjukkan keteladanan sebagai hamba Tuhan. Ia bisa mencerminkan pribadi Yesus sendiri yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani bahkan memberikan nyawaNya demi keselamatan semua orang.

Yesus berkata "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:26b-28). Lihatlah sebuah paradigma berbeda antara apa yang dipercaya dunia dengan prinsip Kerajaan. Bukan orang-orang sombong yang lupa diri atas kekuasaan atau otoritas yang mereka sandang, tapi orang-orang yang punya hati hamba, yang mau turun ke bawah melayanilah yang Tuhan cari.

Paulus melakukan hal itu dalam pelayanannya. Ada kalanya ia harus tegas dalam mewartakan injil, tapi tidak keras apalagi kasar dan sok kuasa. Ia selalu berusaha menyesuaikan diri agar dapat diterima dengan tangan terbuka dan dengan demikian terus memiliki kesempatan untuk dapat memberitakan Injil kemanapun ia pergi. Hal tersebut ia katakan dengan sangat jelas. "Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang." (1 Korintus 9:19). Meski Paulus punya otoritas yang membuatnya bisa memerintah banyak orang, ia memilih untuk menjadikan dirinya hamba dari mereka semua, dan itu ia lakukan agar ia bisa mencerminkan Kristus dan kemudian memenangkan sebanyak mungkin jiwa. Ini menunjukkan keteladanan dari pengajaran Yesus.

Dalam kesempatan lain Yesus pernah menengahi perdebatan di antara murid-muridNya mengenai siapa yang terbesar diantara mereka lewat ucapan seperti ini: "Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." (Lukas 9:48b). Seperti halnya Paulus, Yohanes Pembaptis pun menerapkan hal yang sama. "Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya...Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:28,30).

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker