Friday, February 24, 2017

Belajar Penundukan Diri lewat Masa Kecil Yesus (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Lukas 2:51
=======================
"Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya."

Menjadi pejabat negara membuat banyak orang lupa bahwa dalam Undang-Undang Dasar yang sama-sama kita jadikan pedoman bernegara ini ada bagian yang berkata bahwa setiap warganegara sama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib pula menjunjungnya dengan tidak ada perkecualian. Menjadi pejabat negara itu satu hal, tapi mereka tetaplah warganegara sehingga kedudukannya di dalam hukum itu sama seperti rakyat biasa. Apalagi sudah jelas-jelas dikatakan tidak ada pengecualian. Seharusnya mereka paham itu. Tapi ternyata kita masih saja melihat mereka dengan mudahnya merasa ada di atas hukum. Sudah ada keputusan tetap, mreka masih saja berusaha berkelit. Seringkali negara ini kerepotan menghadapi licinnya mereka. Dan kita pun melihat bagaimana hukum itu tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Padahal penundukan diri sebenarnya merupakan hal ynag mutlak dilakukan oleh orang percaya. Apalagi kalau menyandang status sebagai hamba Tuhan, tapi bersikap seperti boss besar, bukankah itu tidak sinkron?

Ada banyak orang yang bermasalah dengan penguasaan diri dan ketaatan. Dapat jabatan sedikit saja sudah merasa absolut. Perangainya langsung berubah. Apalagi kalau naik jabatan. Wah, itu lebih parah. Mereka merasa berhak melanggar peraturan seenaknya, dan malah tersinggung atau marah ketika mendapat teguran. Harga diri disetel terlalu tinggi, alergi kritik dan yakin mereka boleh berbuat sesuka hati. Kita sering bertemu dengan orang-orang yang bersikap seperti ini, mudah-mudahan kita tidak termasuk di dalamnya. Tidak lagi ingat kepada siapa yang berjasa, termasuk oran tua, dan sedihnya lagi, termasuk Tuhan. Masalah penundukan diri, sikap kerendahan hati itu menjadi isu yang penting untuk kita perhatikan.

Sangatlah menarik jika melihat bagaimana Yesus menunjukkan sebuah keteladanan yang sangat baik akan hal ini. Sebagai Allah yang turun ke dunia dengan misi besar untuk menyelamatkan umat manusia dari siksaan kekal dan menyatukan kembali manusia dengan Allah yang terputus akibat dosa, bukankah Yesus punya segala hak untuk berlaku absolut dalam masa kedatanganNya yang pertama? Tidak ada siapapun yang lebih besar dariNya. Yesus jelas punya otoritas yang jauh lebih tinggi dari apapun yang ada di dunia ini Dia memegang kunci surga, dan hanya lewat Dia lah kita bisa masuk ke dalam kesukacitaan kekal yang besar. Jadi kalau bicara soal kuasa, tidak ada lagi siapapun yang besarnya seperti Yesus. Tapi bagaimana sikap Yesus? Hari ini mari belajar langsung dari keteladanan Yesus sendiri ketika masih kecil.

Pada suatu kali Yesus yang masih berusia 12 tahun pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah bersama kedua orang tuanya. Setelah perayaan usai, Maria dan Yusuf baru sadar bahwa ternyata Yesus tidak berada bersama mereka, dan ketika itu mereka sudah ditengah perjalanan. Menyadari hal itu, mereka pun segera berbalik kembali Yerusalem untuk mencari Yesus.

Saya bisa membayangkan betapa cemasnya orang tua yang kehilangan anaknya di tempat ramai seperti itu. Dan perjalanan kembali untuk mencari itu pun makan waktu yang lama. Alkitab mencatat bahwa tiga hari kemudian barulah mereka berhasil menemukan Yesus yang ternyata ada di dalam Bait Allah. "Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka." (Lukas 2:46). Kecerdasan Yesus dalam menjawab para alim ulama itu sungguh mencengangkan mereka, termasuk pula Maria dan Yusuf.

Seperti orang tua pada umumnya, saat itu Maria dan Yusuf pasti diliputi perasaan campur aduk, antara lega dan marah. Maka mereka pun menegur Yesus karena menghilang diam-diam seperti itu. Dan lihatlah, meski dalam Alkitab tercatat bahwa Yesus sempat mengatakan bahwa memang disanalah Dia harus berada, yaitu di dalam rumah Bapa (ay 49), tetapi Yesus mengambil keputusan untuk taat dan tunduk kepada orang tuanya di dunia ini. Ayat selanjutnya menggambarkan hal tersebut. "Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya." (ay 51). Yesus memutuskan untuk taat mengikuti permintaan keuda orang tuaNya. Ia pulang ke Nazaret mengikuti mereka dan tetap hidup dalam asuhan mereka.

Yesus tahu benar bahwa penundukan diri adalah hal yang pertama sekali harus dilakukan sebelum menerima sebuah otoritas.

Hidup dengan penundukan diri seringkali merupakan hal yang tersulit untuk kita lakukan. Kita akan berhadapan dengan ego kita, kebanggaan diri atau bagi sebagian orang dianggap bisa merendahkan harga diri mereka. Dengan sikap seperti ini, bukan saja kita akan mendapat masalah dalam karir, keluarga atau hubungan sosial dalam masyarakat, tetapi kita pun melanggar firman Tuhan yang ternyata banyak berbicara mengenai soal penundukan diri ini.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker