Monday, May 8, 2023

Dongengg Pengantar Tidur (4)

 (sambungan)

Selain dalam kitab Ulangan pasal 6, mari lihat ayat berikut ini. "Kamu tahu sekarang--kukatakan bukan kepada anak-anakmu, yang tidak mengenal dan tidak melihat hajaran TUHAN, Allahmu--kebesaran-Nya, tangan-Nya yang kuat dan lengan-Nya yang teracung... Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 11:2,19). Dengan mengacu kepada ayat ini kita bisa melihat bahwa apa yang kita ketahui mengenai Tuhan, bagaimana karya-karyaNya dalam hidup kita, kuasaNya yang menaungi kita, segala sesuatu yang telah Dia lakukan kepada umatNya tidaklah boleh berhenti hanya sampai pada diri kita saja, melainkan harus kita teruskan kepada anak-anak kita, kepada generasi-generasi selanjutnya yang kelak akan tumbuh menjadi dewasa, para pemimpin di masa depan.

Alangkah baiknya jika kita pun menggunakan kisah-kisah dalam Alkitab sebagai bedtime stories dan disampaikan dengan cara sesederhana mungkin, sehingga mereka bisa mulai mengenal prinsip kebenaran menurut Kerajaan Surga sejak dini. Alkitab mengandung kebenaran kekal tentu dapat membentuk karakter mereka agar bisa bertumbuh dengan pengenalan yang baik akan pribadi Tuhan.

Setelah mengenalkan pribadi dan hati Tuhan kepada anak-anak kita, langkah selanjutnya adalah dengan memberi contoh langsung lewat cara hidup kita. Dalam kitab Ulangan tadi, ayat selanjutnya berkata:  "engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (ay 20). Ini berarti bahwa membekali mereka secara berulang-ulang akan kebenaran Firman Tuhan sejak dini, termasuk di dalamnya pada saat mereka menjelang tidur saja sangatlah baik tapi itu BELUM cukup. Selanjutnya kita dituntut untuk menjadi contoh hidup dari segala sesuatu yang kita ajarkan. Ingatlah bahwa anak-anak itu polos, cenderung meniru sikap dan perilaku orang tuanya. Karena itu menjadi contoh langsung dari segala pendidikan moral terutama yang terkandung di dalam Firman Tuhan pun sangat penting. Bukankah tidak adil apabila kita menghukum mereka atas kesalahan yang dilakukan sementara kita masih dengan seenaknya melakukan kesalahan yang sama di depan mereka?

Jadi kalau diantara saya dan istri saya melakukan kesalahan yang sama dengan yang ia lakukan, kami pun harus siap dihukum berdiri dipojokan. Itu berlaku sama, dan dengan demikian ia mengerti konsep hukuman bukan untuk menyiksa tapi belajar untuk tidak mengalami kesalahan. Kami minta maaf juga kalau keliru bersikap, dan itu saya anggap baik agar ia jangan menjadi orang yang merasa benar sendiri dan sulit minta maaf meski sadar jika sudah berbuat kesalahan.

(bersambung)

No comments:

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...