Monday, September 1, 2014

Melakukan Kehendak Tuhan pada Zamannya

Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 13:36
==============================
"Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan."

Perkembangan musik berjalan seiring perjalanan dunia. Dari satu masa ke masa lainnya akan selalu ada jagonya sendiri, dalam artian mereka yang mencapai popularitas pada jamannya masing-masing. Sebagian berhasil merubah tren, ada yang kemudian dikenang sepanjang masa, disebut artis legendaris tapi sebagian lainnya terlupakan, hilang ditelan waktu. Ada beberapa orang yang beruntung masih aktif pada usia yang sudah sangat lanjut di atas 80 tahun, bahkan hari ini pun masih ada musisi-musisi yang terus aktif menjalani karir di masa senjanya. Mereka sudah melalui masa-masa keemasan, lalu bertahan dan terus berkarya menuruti panggilan hidupnya. Tapi sepanjang-panjangnya karir dan usia mereka, pada suatu ketika nanti mereka pun akan mangkat, lalu digantikan oleh generasi selanjutnya. Seorang musisi legendaris asal Amerika Serikat yang usianya sudah menjelang 80 tahun pernah memberi pesan yang sangat baik pada saya untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan selagi masih ada. "Pergunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, lakukan apa yang bisa dilakukan, raih mimpi-mimpi anda sebelum terlambat." Seperti itulah kurang lebih pesannya. Ia termasuk seorang musisi beruntung yang sudah berkarir lebih dari setengah abad, sudah melewati rentang sejarah musik dan beberapa kali menjadi pioneer/pelopor atau bagian penting dari sebuah perubahan gaya musik. Di usia lanjutnya ia bersyukur tidak membuang-buang kesempatan di masa mudanya sehingga ia tidak perlu menyesali apa-apa dan bisa menyampaikan nasihat sesuai dengan apa yang sudah ia alami dan buktikan sendiri. Pesan yang ia sampaikan akan selalu saya ingat baik-baik. Saya mau terus melakukan yang terbaik, karena saya sadar waktu untuk itu tidak akan berlaku selamanya.

Pujangga besar Indonesia Chairil Anwar pernah menulis "aku ingin hidup 1000 tahun lagi." Mungkin banyak di antara kita yang ingin bisa hidup selama itu, ada pula orang-orang yang sudah bosan dan justru ingin dipanggil segera. Berapa lama panjang umur manusia? Semakin lama hidup semakin tidak sehat, baik dari makanan, polusi, stres dan sebagainya, sehingga tampaknya rentang umur manusia hari ini menjadi semakin singkat. Ada batas waktu bagi kita untuk menjalani fase kehidupan di dunia ini. Dalam doanya Musa berkata "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Tujuh puluh tahun, dan kalau kuat delapan puluh tahun. Ada orang yang beruntung bisa melewati jangka waktu itu, mencapai 90, 100 bahkan lebih, tapi itupun pasti akan berakhir pada suatu ketika. Di masa lalu saat manusia masih panjang-panjang umurnya, Alkitab mencatat beberapa orang yang berusia nyaris 1000 tahun. Adam mencapai 930 tahun (Kejadian 5:5), Set mencapai 912 tahun (ay 8), Enos mencapai 905 tahun (ay 11), Kenan mencapai 910 tahun (ay 14), Yared mencapai 962 tahun (ay 17) Nuh mencapai 950 tahun (9:29), dan yang terpanjang Metusalah, mencapai 969 tahun. (5:27). Begitu panjang umur mereka. Tapi untuk semua ayat di atas, ada hal yang menarik. Jika anda baca, anda akan selalu menemukan akhir kalimat yang sama: lihatlah kalimatnya selalu diakhiri dengan kata-kata yang sama: "lalu ia mati." Alkitab ternyata sudah mengingatkan bahwa sepanjang apapun umur manusia, pada suatu ketika tetap akan berakhir. Tidak ada manusia yang hidup selamanya. Perjalanan hidup kita di dunia punya ujung, punya batas, punya akhir. Pada suatu ketika kita akan dipanggil Tuhan, dan dengan demikian berakhirlah perjalanan hidup di dunia ini.

Mengingat bahwa waktunya terbatas, selama kita masih memiliki kesempatan, seharusnya kita tidak membuang-buang waktu dan kesempatan untuk melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah dalam hidup kita masing-masing. Ada orang yang malas bekerja dan selalu menunda dari satu besok ke besok yang lain, ada orang yang selalu menolak untuk melayani Tuhan karena menganggap mereka belum siap. Kapan siapnya? Itupun mereka tidak tahu. Mengingat umur kita yang punya batas, yang kita sendiri tidak tahu kapan kita mencapai akhir itu, bagaimana jika kita belum melakukan apapun sudah keburu dipanggil untuk mempertanggungjawabkan hidup kita di depan Tuhan? Atau, bagaimana jika ketika kita sadar dan mau melakukan kehendak Tuhan, tapi tenaga kita sudah tidak lagi memungkinkan?

Untuk contoh lain kita bisa melihat catatan manis dalam Alkitab mengenai Daud. Lihatlah catatan manis tentang Daud yang saya ambil sebagai ayat bacaan hari ini. "Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan." (Kisah Para Rasul 13:36). Kisah hidup Daud sangatlah luar biasa. Sejak masa kecilnya ia sudah menjalani sebuah kehidupan yang mengandalkan Tuhan. Ia mengatasi hewan-hewan buas yang hendak memangsa ternak yang ia gembalakan, ia menghadapi raksasa Goliat dan sukses, semuanya karena ia mengandalkan Tuhan. Ia menunjukkan hati yang mengampuni, menunjukkan sikap hebat ketika dalam tekanan dan ancaman, ia pun pernah terjatuh dalam dosa tapi kemudian bertobat dan kembali lagi ke jalan yang benar. Pengalaman hidupnya sangat berwarna, penuh suka dan duka, dan sangat banyak dipenuhi bukti kuasa Tuhan yang tidak terbatas. Tapi sehebat apapun seorang raja Israel bernama Daud pada akhirnya ia pun mangkat. Meski demikian kita bisa belajar dari kisah hidupnya sampai hari ini. Alkitab mencatat Daud sebagai orang yang telah melakukan kehendak Allah pada jamannya. Artinya pada masa dimana ia hidup dan punya kesempatan, ia berhasil memanfaatkan waktu-waktunya untuk melakukan kehendak Allah sehingga kualitas hidupnya mendapat pengakuan tinggi seperti itu.

Kalau kita baca dalam Pengkotbah pasal 3, kita akan menemukan firman Tuhan yang menerangkan panjang lebar bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Rangkaian ayat selanjutnya menggambarkan beberapa contoh yang seharusnya bisa kita sadar akan pentingnya memanfaatkan waktu sesuai masanya. Jangan lagi membuang-buang waktu, berhenti bermalas-malasan, berhenti mencari alasan untuk tidak melakukan apapun, berhenti merasa tidak mampu dan sebagainya, tapi mulailah melakukan sesuatu sekarang juga, selagi kesempatan masih ada. Kita semua ada di dunia ini, di tempat kita masing-masing bukanlah sebuah kebetulan. Kita ini semuanya ada karena Tuhan punya rencana yang jelas buat kita. Karena itu kita harus menemukan apa panggilan kita, apa tugas yang digariskan Tuhan kepada kita, apa yang harus kita lakukan selama kesempatan itu masih ada.

Perhatikanlah firman Tuhan berikut: "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu." (Yohanes 15:16). Bukan kita yang memilih, tapi Tuhanlah yang memilih kita. Karena itu jika Tuhan memilih kita saat ini, di waktu atau jaman kita berada, itu adalah suatu kehormatan, dan bukan keterpaksaan atau sesuatu yang boleh kita lakukan setengah hati. Dan jika itu kehormatan, maka tidaklah tepat jika kita terus menunda-nundanya. Kita dipilih Tuhan, ditempatkan pada suatu masa tertentu, pada suatu tempat tertentu, dengan rencana tertentu. Hendaklah kita menuruti panggilannya dan menghasilkan buah-buah yang manis, selagi kesempatan itu masih ada. Daud dicatat telah melakukan kehendak Allah di jamannya. Akankah kita juga dicatat Tuhan seperti itu juga? Jangan sia-siakan waktu, karena kesempatan itu tidak akan tersedia selamanya. Pandanglah sekeliling anda, ada banyak hal yang bisa anda lakukan untuk memuliakan Tuhan. Tuhan Yesus berkata "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Secara lebih spesifik, temui apa yang menjadi rencana Tuhan bagi anda, seperti apa anda bisa dipakai Tuhan, dan jalanilah itu. Apa yang Tuhan minta dari kita bukanlah kehebatan atau kepintaran atau kekayaan kita, tapi kemauan kita. Mau atau tidak, itu yang menjadi masalah, bukan bisa atau tidak. Adalah sebuah kehormatan untuk bisa melakukan kehendak Allah, karenanya berbuahlah dengan subur sehingga kita pun akan dinilai sebagai orang-orang yang melakukan kehendak Allah pada zamannya.

"Berkatalah aku dalam hati: "Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya." (Pengkotbah 3:17)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...