(sambungan)
Kalau membaca peta kekuatan, bangsa Israel sama sekali tidak punya peluang. "Adapun orang Midian dan orang Amalek dan semua orang dari sebelah timur itu bergelimpangan di lembah itu, seperti belalang banyaknya dan unta mereka tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya." (Hakim Hakim 7:12). Like locusts for multitude, as the sand on the seashore for multitude. Gideon hanya mampu mengumpulkan prajurit sebanyak 32.000 orang, yang sebenarnya masih terlalu sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pasukan Midian dan Amalek. Tapi Tuhan berkata bahwa itu terlalu banyak. Tuhan memang tidak membutuhkan jumlah pasukan yang besar, karena Dia ingin orang Israel tahu bahwa yang menyelamatkan mereka bukanlah kuat perkasa mereka, melainkan tangan Tuhan. (ay 2). Jumlah ini kemudian menyusut menjadi 10.000, tapi tetap jumlah ini dianggap Tuhan terlalu banyak. (ay 2-4). Dan melalui seleksi unik sesuai perintah Tuhan, jumlah akhir yang disetujui adalah 300.(ay 5-7) Gideon dan 300 pasukan, melawan pasukan sebegitu banyak seperti wabah belalang dan butiran pasir di pantai? Itu faktanya, dan itulah yang terjadi. Gideon taat karena ia tahu bahwa Tuhan ada bersama dirinya dan 300 pasukan yang dipimpinnya.
Pada malam hari Gideon dibangunkan Tuhan, dan diminta untuk masuk menyerbu perkemahan Midian dan Amalek. Gideon turun menuju perbatasan perkemahan musuh, dimana ia kemudian mendengar seorang prajurit bercerita pada temannya tentang sebuah mimpi. Mimpinya berbunyi bahwa ada sekeping roti yang terguling masuk ke perkemahan orang Midian dan menghancurkan kemah mereka sampai habis runtuh. (ay 13). Cerita ini semakin memperteguh semangat Gideon. Kemudian Gideon melakukan sesuatu yang lagi-lagi aneh. Ia membagi pasukannya atas 3 bagian, dengan dilengkapi sangkakala dan buyung (tempayan) kosong. Dibawah pimpinan Gideon, mereka akan serempak meniup sangkakala sambil memecahkan tempayan-tempayan di tangan mereka, dan berseru "Pedang demi TUHAN dan demi Gideon!" (ay 18). Ternyata strategi mereka ini membuat pasukan-pasukan Amalek dan Midian panik, kacau balau dan melarikan diri. Dengan hanya 300 orang hanya bersenjatakan sangkakala dan tempayan kosong, sorak sorai mereka ternyata mampu mengalahkan dua bangsa yang bersekutu dalam jumlah besar.
Ketika Tuhan berjanji, Tuhan menepati. Seringkali Tuhan meminta kita untuk menggenapi janjinya lewat cara-cara yang diluar logika. Tokoh-tokoh Alkitab banyak yang mengalami hal yang sama seperti Nuh yang harus membangun bahtera berukuran super besar misalnya. Mungkin banyak pula diantara anda yang punya kesaksian sendiri akan hal ini. Pada kasus keruntuhan kota Yerikho, Tuhan secara spesifik meminta mereka untuk merebut kota tersebut lewat sorak sorai dan tiupan sangkakala bagi Tuhan. Kisah ini menunjukkan dengan sangat jelas betapa besarnya kuasa di balik puji-pujian, dimana Tuhan sendirilah yang bertahta/bersemayam di atasnya. (Mazmur 22:4).
Seringkali kita hanya fokus kepada permasalahan yang terjadi ketimbang menyadari kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Lewat kitab Ayub kita bisa melihat betapa seringnya ini terjadi pada manusia. "Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa" kata Ayub (Ayub 35:9), "tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam.." (ay 10). Itu sungguh benar. Mengapa kita hanya ingat berteriak dalam kesesakan tetapi lupa untuk memuji penyertaan Tuhan yang tidak pernah hilang dari hidup kita? Pemazmur tahu betul akan hal itu, ia berkata "TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Sepanjang kita melakukan berbagai aktivitas di siang hari Tuhan dengan setia terus bersama kita, tidakkah indah apabila pada malam hari sebelum kita beristirahat kita pun memanjatkan nyanyian-nyanyian pujian dan penyembahan kepadaNya? Bukan saja Tuhan lebih dari layak untuk menerima puji-pujian kita, tetapi sadarilah bahwa ada kuasa yang sangat besar dibalik puji-pujian. Ingatlah bahwa nyanyian bukan hanya untuk kita nikmati saja, bukan hanya terbatas sebagai media hiburan tetapi akan sangat baik jika dipakai pula sebagai sarana pujian dan penyembahan untuk Tuhan. Setelah lelah bekerja sepanjang hari, masihkah kita menyadari bahwa Tuhan sebenarnya tidak pernah absen menyertai kita? Sudahkah kita memuji Dia malam ini? Bukan saja kita memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan lewat puji-pujian tulus dari hati kita, tetapi kita pun akan diberi kelegaan, kekuatan, semangat dan sukacita baru untuk terus melangkah melewati hari demi hari yang sulit.
Let's praise the Lord tonight
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kacang Lupa Kulit (4)
(sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment