Wednesday, September 3, 2014

Nama Baik

Ayat bacaan: Amsal 22:1
==================
"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas."

Duke Ellington adalah pianis, band leader, konduktor dan dirijen dari Amerika Serikat yang dicatat sebagai salah satu musisi legendaris dunia terutama di dunia jazz. Ia menginspirasi banyak orang sampai hari ini, setelah ia meninggalkan dunia 40 tahun lalu, lagu-lagu karyanya sampai sekarang masih dijadikan acuan bagi banyak musisi dan terus diaransemen ulang dalam begitu banyak versi. Salah satu hal menarik dari sejarah hidupnya adalah apa yang ia katakan menjelang kepergiannya di tahun 1974. Sebelum mangkat, Duke sempat mengucapkan sebuah kalimat yang sangat baik untuk kita renungkan: "Music is how I live, why I live and how I will be remembered." Musik adalah bagaimana saya hidup, alasan hidup saya dan bagaimana saya akan dikenang. Sepanjang hidupnya ia menjalankan panggilannya dalam bermusik menghasilkan begitu banyak buah. Sudah 40 tahun ia pergi meninggalkan dunia, tapi hingga hari ini namanya tetap harum, dikenang sebagai salah seorang pelopor di dunia musik, terutama jazz dan komposisi-komposisi big band.

Kisah hidup Duke Ellington memberi sebuah pemikiran pada saya: seperti apa kita akan diingat ketika kita sudah tidak lagi ada di dunia ini? Saat orang mendengar nama kita, apa yang ada di pikiran mereka? Sosok orang yang hidupnya penuh kebaikan atau kejahatan? Orang yang menginspirasi, punya banyak kontribusi penting atau malah pembuat onar, perusuh, trouble maker? Orang yang mengasihi atau penuh kebencian? Orang yang jujur, bersih atau penipu? Orang yang menyenangkan atau menyebalkan? Membawa sukacita atau merusak mood? Atau, akankah kita nanti diingat atau dilupakan? Diingat atau tidak, itu tergantung dari bagaimana kita selama hidup. Jangan lupa bahwa nama ini pun akan kita wariskan pula ke anak cucu kita. Betapa kasihannya jika anak kita akan dikenal sebagai anak koruptor, penipu, penjahat dan sebagainya. Sesuatu yang bukan kesalahan mereka, namun mereka harus menanggungnya sepanjang hidup mereka. Karena itulah, nama baik adalah hal yang sangat penting untuk selalu kita jaga. Salomo yang penuh hikmat memberi satu pesan penting diantara banyak hikmat lainnya: "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." (Amsal 22:1).

Mari kita lihat beberapa contoh tokoh Alkitab. Paulus tadinya adalah seorang pembunuh/pembantai, namun kemudian ia menjadi pewarta Injil yang radikal hingga akhir hayatnya. Bayangkan bagaimana Kekristenan terutama di awal-awal tanpa adanya Paulus. Lantas lihatlah figur Matius yang awalnya dikenal sebagai pemungut cukai sehingga dicap orang berdosa, tapi kemudian ia dikenal sebagai murid Kristus yang luar biasa, bahkan sebagai salah satu dari 4 penulis Injil dalam Alkitab. Bagaimana dengan wanita? Ada banyak juga. Lihat latar belakang Rut. Rut terlahir sebagai perempuan bangsa Moab. Bangsa Moab dikenal sebagai bangsa yang menyembah dewa-dewa atau allah-allah lain seperti Kamos (Bilangan 21:29) dan Baal Peor (Bilangan 25:1-3). Tapi kemudian Rut dikenang sebagai sosok sangat penting karena keteguhan dan kesetiaan imannya. Rut adalah nenek buyut Daud, dan dari garis keturunannyalah Yesus lahir ke dunia. Ada begitu banyak lagi contoh bagaimana tokoh-tokoh Alkitab bisa mengalami transformasi dari kegelapan menjadi terang, sehingga nama baik mereka dikenang sepanjang masa. Mereka bisa saja menolak karunia Tuhan dan akhirnya memiliki akhir yang berbeda. Tapi mereka memilih taat dan setia, sehingga nama mereka pun menjadi nama yang harum hingga hari ini. Bandingkan dengan nama-nama seperti Saul, Firaun, Pilatus, dan sebagainya. Tuhan memberikan kesempatan yang sama bagi siapapun, namun pilihan kita sungguh menentukan untuk membuat bagaimana dan sebagai apa nama kita dikenal.

Ketika kita menerima Kristus, kita pun menjadi ciptaan baru. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Ada transformasi, ada pemulihan disana, dari lama menjadi baru. Sosok masa lalu kita yang kotor dan penuh noda dosa ditransformasikan menjadi sosok ciptaan baru yang bersih. Itu idealnya. Tapi manusia bisa kembali mengotori hidupnya dengan berbagai bentuk dosa, kebiasaan-kebiasaan buruk di masa lalu, atau godaan-godaan kedagingan. Akibatnya ciptaan baru ini pun bisa kembali rusak seperti halnya yang lama, bahkan mungkin lebih parah. Alangkah ironisnya ketika image diri kita dipulihkan Tuhan menjadi ciptaan baru yang bersih tidak kita syukuri dan pakai sebagai awal baru untuk melangkah dalam ketaatan iman. Tidak peduli siapa dan apa masa lalu kita, Tuhan menjanjikan awal baru bagi siapapun yang menerima Kristus secara pribadi. Sungguh disayangkan apabila kita masih juga berakhir dengan nama buruk setelahnya.

Seperti apa nama kita akan diingat orang? Seperti apa kita akan dikenang orang? Semua itu adalah pilihan, dan pilihan itu tergantung kita sendiri. Menjadi sosok dengan nama harum, yang dikenal orang dari masa ke masa, yang akan dengan bangga disandang anak cucu kita, atau sosok dengan nama buruk yang akan menjadi bagaikan kutuk untuk disandang kepada keturunan kita, semua tergantung pilihan kita. Tentu ini bukan berarti kita harus gila hormat, mencari nama agar terlihat hebat di mata orang, tetapi kita harus mulai berpikir untuk melakukan kehendak Tuhan, menghasilkan karya yang bisa menginspirasi orang jauh lebih lama dari rentang umur kita.

Satu hal lagi yang penting untuk diingat, lewat kita pun nama Tuhan bisa dikenal orang. Bagaimana sosok Kristus yang tercermin dalam diri kita saat ini? Apakah lewat kita Yesus tercermin sebagai Tuhan yang penuh kasih, atau Kristus sebagai Tuhannya orang-orang munafik? Lewat diri kita nama Tuhan bisa dimuliakan, bisa dikenal orang dan sejalan dengan itu bisa menjangkau jiwa-jiwa untuk diselamatkan, tapi sebaliknya lewat perilaku kita yang jelek nama Tuhan pun bisa dipermalukan. Sedianya nama Tuhan itu indah. Pemazmur mengatakan: "Pujilah TUHAN, sebab TUHAN itu baik, bermazmurlah bagi nama-Nya, sebab nama itu indah!" (Mazmur 135:3). Apakah kita bisa menjaga keindahan nama Tuhan lewat perilaku kita, atau malah mencemari nama Tuhan, itu semua tergantung bagaimana kita hidup. Menjaga nama baik Tuhan, juga menjaga nama baik kita, itu sungguh penting. Hidup dengan benar dalam ketaatan dan iman teguh akan membuat kita pergi dengan terhormat ketika saatnya tiba. Menjalani panggilan dengan baik, berbuah nyata yang bermanfaat bagi banyak orang, dikenang untuk waktu yang lama. Tidak heran jika Pengkotbah mengatakan "Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran." (Pengkotbah 7:1). Seperti apa nama kita akan diingat, sebagai apa kita akan dikenang, seperti apa reputasi kita, itu tergantung diri kita sendiri. Tidak ada kata terlambat untuk berubah selama kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan. Karena itu, marilah kita menjaga nama baik kita agar tetap harum sampai kepada keturunan-keturunan kita selanjutnya.

A good name will shine forever

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...