Ayat bacaan: Mazmur 139:14
====================
"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya."
Saya termasuk orang yang sering menonton iklan. Bukan, bukan karena faktor konsumerisme atau tukang belanja, tetapi untuk melihat bagaimana perkembangan bentuk iklan 'menyerang' target atau calon konsumen mereka. Semakin hari iklan semakin tidak sehat atau 'kejam' dalam melakukan serangan. Perhatikan bagaimana mereka membentuk image orang mengenai apa yang dikatakan cantik, sukses, bahagia dan sempurna. Jika anda tidak memindahkan channel pada saat iklan berlangsung, maka cepat atau lambat dalam pikiran anda akan terbentuk bahwa orang cantik itu kulitnya putih, rambutnya berkilau bak mayang terurai, tubuh langsing, muka tanpa kerut dan sebagainya. Iklan-iklan ini terkadang konyol dalam melakukan editing sehingga orang bisa terlihat seperti mayat hidup tanpa pori-pori saking keterlaluan memutihkan objek. Atau bisa juga konyol dalam menyampaikan jargon. Lihatlah sebuah iklan yang menyebut bahwa 'cantik itu kulit putih bebas bulu.' Belakangan entah kenapa jargonnya diganti dengan 'kulit mulus bebas bulu.' Bagaimana dengan orang yang punya bulu dan kurang mulus? Berarti mereka tidak cantik, sehingga kalau mau cantik ya beli produknya. "Memangnya ada orang yang tidak berbulu sama sekali? Kalau begitu Tuhan sengaja menciptakan manusia tidak cantik dong.." begitu kata seorang teman pada suatu kali ketika saya ngobrol tentang bentuk kampanye iklan di televisi. Bagaimana nasib orang yang kulitnya tidak putih? Itu juga dianggap jelek, padahal sebagai orang yang tinggal di daerah tropis, kulit normalnya rata-rata berwarna sawo matang. Di luar sana orang kulit putih justru berusaha menggelapkan kulit agar terlihat eksotis atau lebih indah, sementara kita terus saja merasa kurang putih. Rambut keriting? Rambut pendek? Itu juga berarti jelek. Badan yang tidak setipis kertas sehingga bisa menyelip diantara dua orang dalam ruang sempit, itu juga artinya jelek.
Lantas kebahagiaan, itu ditunjukkan lewat kepemilikan atas mobil, apartemen dan lain-lain yang mewah. Sepasang suami-istri dan anak sepasang, laki-laki dan perempuan, tersenyum lebar sampai giginya kelihatan semua, agar konsumen melihat betapa bahagianya hidup mereka kalau memiliki produk-produk tersebut. Belum lagi iklan-iklan yang menakut-nakuti penontonnya dengan berbagai bentuk penyakit, ketidakamanan dan sebagainya. Kalau mau tidak takut dan bisa merasa aman, ya beli saja produknya, atau ikuti penawarannya. Betapa mengerikan ketika iklan-iklan ini dikonsumsi oleh anak-anak kecil, maka pemikiran mereka akan cantik, bahagia dan sejahtera bisa terbentuk secara salah sejak usia mudanya. Tidaklah heran kalau hari ini semakin banyak orang yang tidak puas terhadap penampilan mereka. Operasi plastik, berbagai cream yang janjinya bisa memudakan sekian puluh tahun dan berbagai kosmetik/sabun yang bisa melunturkan warna kulit sampai habis pun semakin banyak di pasaran. Soal kandungannya mengandung merkuri atau zat-zat berbahaya lainnya tidak dipikirkan, yang penting bisa cantik menurut orang. Mau trendy? Anda tentu tahu harus punya gadget jenis apa. Atau kalau mau selingkuh, ada gadget yang bisa menyembunyikan aktivitas anda dari pemeriksaan 'interpol pribadi' alias istri. Wah, semakin lama iklan semakin tidak karuan. Kita pun semakin melupakan apa yang ada dipikiran Tuhan ketika Dia menciptakan kita lewat tanah liat dan menjadi hidup bernyawa dengan hembusan nafasNya.
Apa yang sedang Daud lakukan ketika ia menuliskan bagian Mazmur pada ayat bacaan hari ini? Apakah ia sedang mematut diri di depan cermin atau sedang merenung, entahlah. Tidak ada catatan apa yang sedang ia lakukan pada saat menuliskan ayat ini. Tapi apapun yang ia lakukan, satu hal yang pasti adalah ia sampai pada sebuah kesimpulan: "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:14). Daud mengetahui dengan pasti bahwa dirinya bukanlah hanya kebetulan saja. Ia tidak diciptakan asal-asalan tanpa makna, tanpa rencana, tanpa tujuan. Daud tahu bahwa ia ada untuk sebuah tujuan, dan jiwanya menyadari bahwa Tuhan telah menyiapkan segalanya dengan cara yang dahsyat dan ajaib. Dia tahu pasti dirinya adalah hasil mahakarya Tuhan yang indah. Daud tidak hanya berbicara mengenai ketampanan atau kesempurnaan secara fisik, tetapi ia melihat dirinya sebagai sebuah kesatuan yang utuh, dan ia pun mengucapkan rasa syukurnya kepada Tuhan atas anugerah yang ia terima tersebut.
Betapa indahnya ayat dalam Mazmur 139:14 ini, yang sangat baik untuk kita renungkan secara mendalam hari ini. Tidakkah rasanya sangat melegakan jika kita mampu menyadari bahwa kita bukanlah hasil dari sebuah kesalahan, was not made as a mistake, bukan dibuat secara acak, sembarangan atau sia-sia, bukan pula diciptakan sebagai pecundang tanpa arah tujuan atau tanpa rencana, atau sengaja ditakdirkan sebagai orang susah? Kita bukanlah dibuat diciptakan seadanya dengan setengah hati, tetapi Tuhan justru mencurahkan segala yang terindah dalam menciptakan kita. Bak Seniman Agung Dia menciptakan manusia secara sangat istimewa. Tidak seperti ciptaan lainnya, kita diciptakan dengan gambar dan rupa Allah sendiri (Kejadian 1:26). Kita mendapatkan nafas hidup langsung dari hembusan Allah (2:7), tetap berada dalam telapak tangan dan ruang mataNya (Yesaya 49:16), dan sungguh semua itu memang benar-benar dahsyat dan ajaib adanya. Bagi Daud, sulit rasanya untuk bisa memahami jalan pikiran Tuhan ketika Dia membentuk buah pinggang dan menenun kita sejak dalam kandungan. (Mazmur 139:13). Ia pun berseru: "Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!" (ay 17).
Apa yang ada dipikiran Tuhan saat Dia menciptakan kita secara istimewa dan menjanjikan begitu banyak hal yang indah penuh berkat bagi kita? Apapun alasan Tuhan bisa jadi sulit untuk bisa kita pahami, tetapi setidaknya maukah kita menyadari betul bahwa kita diciptakan secara khusus sebagai ciptaanNya yang teristimewa dan berhenti hanya memandang kekurangan-kekurangan kita? Maukah kita untuk fokus kepada apa kelebihan yang ditanamkan Allah sejak semula ketika Dia menciptakan kita dan bersyukur untuk itu dan berhenti menghakimi kekurangan kita, yang belum tentu merupakan sebuah kekurangan, karena hanya berdasarkan image keliru yang diciptakan pasar atau dunia saja? Jika kita menyadari hal ini dengan baik, kita akan mampu menyadari kebaikan Tuhan dalam diri kita, dan disaat itulah kita baru bisa menggali potensi-potensi yang ada untuk kemudian dipergunakan dalam segala hal yang memuliakan Allah.
Daud mampu melihat segala yang indah dalam dirinya sebagaimana ia diciptakan Tuhan. Ia menggambarkannya sebagai sesuatu yang "dahsyat dan ajaib". Itu Daud. Bagaimana kita memandang diri kita hari ini? Yang pasti, Tuhan sangat menganggap kita istimewa. Begitu istimewanya sehingga keselamatan pun Dia berikan kepada kita atas dasar kedahsyatan kasihNya lewat Kristus. Kita ada sebagaimana kita ada, itu karena kasih karunia Allah semata. (1 Korintus 15:10). Kalau memang disebut kasih karunia, apakah masih ada hal lain yang membuat kita terlihat jelek atau dianggap bertakdir tidak seberuntung mereka yang sukses? Kita diciptakan secara dahsyat dan ajaib, diberi talenta yang istimewa, dengan tujuan-tujuan khusus dimana damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan tertulis didalamnya. We are made special, with special purpose for a better future based on God's graceful plan. We are beautiful people, His beautiful and beloved children. That's who we are in His eyes. Berbagai iklan dan image yang ditawarkan dunia boleh berbicara sebaliknya, tapi dengan melihat dari sudut pandang Sang Pencipta, kita seharusnya bisa menghindari jebakan-jebakan tersebut dan mengubah paradigma kita akan nilai keindahan yang ada dalam diri setiap kita.
Whoever you are, you are special to Him
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kacang Lupa Kulit (4)
(sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment