Thursday, September 25, 2014

Bernafas: Berkat Tuhan yang Terabaikan

Ayat bacaan: Mazmur 150:6
=======================
"Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!"

Pernahkah anda menghitung berapa kali anda perlu bernafas dalam sehari? Dahulu waktu saya masih kecil, saya pernah penasaran dan mencoba menghitungnya. Tapi karena saya waktu itu menghitung satu persatu, maka jelas itu tidak akan mungkin berhasil. Dari fakta ilmiah, rata-rata orang bernafas 20 kali per menit (dalam hitungan normal, tidak termasuk saat terengah-engah atau ketika panik). Berarti secara rata-rata orang bernafas 28.800 kali dalam sehari. Fakta ilmiah berikutnya adalah dalam satu kali bernafas manusia menghirup sekitar 0.5% udara. Benar kita butuh oksigen, tetapi bukan cuma oksigen yang terkandung disana. Biar tidak repot, ambil oksigen saja. Apabila oksigen yang disediakan Tuhan dalam udara yang kita hirup saat bernafas tidak gratis alias berbayar, apakah kita bakal mampu memenuhi biayanya supaya bisa tetap hidup? Harga satu liter oksigen saat ini ada di kisaran 20 ribu-25 ribu rupiah. Kalikan harga tersebut dengan 28.800 kali bernafas plus saat kita ngos-ngosan habis berlari, maka jumlah uang yang harus anda keluarkan untuk bisa hidup ternyata sangat besar. Oksigen saja sudah mencapai 700 juta rupiah lebih, belum hitungan gas-gas lain seperti nitrogen misalnya. Berapa (puluh) milyar uang yang harus kita peroleh setiap hari untuk bisa bernafas?

Ketika membahas hal ini dengan seorang teman beberapa waktu lalu, kami pun mengambil kesimpulan bahwa bernafas merupakan sebuah nikmat yang seringkali diabaikan manusia. Orang-orang yang melupakan Tuhan, yang menghujatNya, yang tidak percaya kepadaNya atau sekedar hobi melanggar ketetapanNya pun sama-sama butuh bernafas. Kalau hari ini mereka masih bisa bernafas dengan gratis, bagaimana mereka bisa tega melakukan kejahatan kepada Tuhan? Yang lebih aneh lagi, lihatlah berapa banyak manusia yang tidak peduli terhadap kebersihan udara. Jika anda tinggal di kota, anda akan sulit menemukan udara segar, bahkan di pagi hari sekalipun. Polusi terjadi dimana-mana dan berbagai gas beracunlah yang mau tidak mau anda hirup. Saya memilih tinggal jauh dari keramaian kota, di atas gunung yang udaranya masih relatif lebih baik. Tapi berapa lama lagi udara segar ini akan bertahan? Apa yang akan terjadi ketika pengembangan kota mengarah ke sini membawa serta segala polusi dari berbagai jenis asap dan berbagai emisi karbon? Tingkat polusi dunia semakin lama semakin parah. Orang bisa melakukan itu jelas karena mereka tidak menyadari bahwa bernafas merupakan berkat atau nikmat dari Tuhan yang sesungguhnya luar biasa.

Sekarang mari kita lihat dari sisi Tuhan. Seperti apa nilai nafas bagi Tuhan sendiri? Mari lihat ayat berikut ini: "ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup." (Kejadian 2:7). Kalau kita menghembuskan nafas ke arah segenggam debu tanah, mungkin tidak akan ada apa-apa yang terjadi selain debu akan beterbangan kemana-mana. Tapi saat Tuhan menghembuskan nafasnya kepada debu tanah, yang terjadi adalah manusia ciptaanNya berubah menjadi mahluk yang hidup! Manusia yang begitu rumit, kompleks, lengkap dengan kemampuan berpikir, akal budi, memiliki perasaan, bisa mengasihi, bisa berkembang biak dan bahkan dijanjikan sebuah kehidupan kekal kelak di sisi Allah sendiri, nyawanya berasal dari hembusan nafas Tuhan sendiri. Kalau kita tidak bisa hidup tanpa bernafas, bagi Tuhan hembusan nafas ternyata mendatangkan hidup.

Kebanyakan orang mengabaikannya, tapi sepertinya Pemazmur sudah menyadari hal ini pada jamannya. Ia menulis: "Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!" (Mazmur 150:6). Bagi saya ayat ini sungguh unik, karena Pemazmur bukan menyebutkan semua mahluk hidup, semua ciptaan Tuhan dan sebagainya, tapi justru menitikberatkan kepada semua yang punya kemampuan bernafas. Ini adalah sesuatu yang patut kita renungkan. Atas berkat Tuhan yang luar biasa dengan kemampuan kita bernafas menghirup udara yang masih gratis, dan dengan menyadari bahwa hidup kita sesungguhnya berasal dari nafas Tuhan sendiri, tidakkah pantas kalau kita memujiNya?

Untuk apa nafas kita pakai sehari-hari? Mungkin kita terengah-engah ketika naik tangga atau saat sedang kelelahan. Di saat lain kita mungkin mengisi saat-saat kita bernafas dengan berkeluh kesah atau menyesali hidup, atau tengah bergosip, bergunjing, atau juga mengeluarkan kata-kata kasar, kotor dan tidak pantas. Kalau itu masih kita lakukan, artinya kita belum menyadari betapa besarnya berkat Tuhan atas nafas yang masih bisa kita lakukan saat ini. Pemazmur bisa melihat sisi lain dari sebuah nafas. Ketika nafas ini masih berada pada kita, adalah baik jika itu dipakai untuk alasan yang tepat, sebuah alasan yang menjadi landasan kita untuk hidup, yaitu untuk memuji Tuhan. To worship Him, baik dengan memujiNya secara langsung dengan kata-kata maupun dengan menjaga perkataan dan perbuatan yang kita lakukan/ucapkan selagi masih bernafas. Ayat ini pun menjadi penutup dari rangkaian kitab Mazmur yang panjang itu.

Nafas tidak bisa kita simpan untuk dipakai kemudian. Jika kita memilih untuk menahan nafas, maka kita akan melewatkan kesempatan untuk itu. Bahkan jika kita menahannya untuk waktu yang lama kita bisa pingsan lalu mati. Karena itulah selagi nafas itu masih ada dalam diri kita, kita harus mampu mempergunakannya dengan sebaik-baiknya demi kemuliaan Tuhan. Memuji, menyembahNya dan mensyukuri kebaikan-kebaikan Tuhan bagi diri kita. Jangan sampai kita menyia-nyiakan nafas yang telah Dia anugerahkan kepada kita dengan hal-hal yang menyakiti hatiNya. "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada.." (Kisah Para Rasul 17:28), menyadari itulah kita harus mempergunakan setiap kesempatan yang ada dalam hidup kita, selagi nafas masih ada, untuk terus memuji dan memuliakan Tuhan.

Meskipun kita tidak akan pernah bisa menghembuskan nafas ke dalam segenggam debu tanah untuk menghidupi seorang manusia, tapi nafas yang kita miliki bisa dipakai untuk mengeluarkan kata-kata penghiburan bagi yang sedang susah. Kita bisa menaikkan pujian dan penyembahan, kita bisa menggunakannya untuk hal-hal baik yang berkenan bagi Tuhan dan bemanfaat bagi sesama. Jika kita mempergunakan nafas yang kita miliki untuk hal-hal yang demikian, disanalah kita bisa memuliakan Tuhan. Dan dengan cara itulah kita tidak menyia-nyiakan nafas kita selagi masih ada. Seperti apa anda mempergunakan nafas hari ini? Sudahkah Tuhan dipuji dalam setiap nafas yang kita ambil?

Pergunakanlah berkat bernafas selagi masih ada untuk memuji Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...