Sunday, September 7, 2014

Puj-Pujian Mendatangkan Kemenangan: Tembok Yerikho dan Gideon (1)

Ayat bacaan: Yosua 6:20
==================
"Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu."

Pada tahun 1989 satu lagi sejarah dunia bertambah dengan runtuhnya tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dan Timur. Simbol pemisahan Jerman yang sudah berdiri sejak puluhan tahun sebelumnya itu diruntuhkan oleh rakyat di kedua belah sisi yang bersatu dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti palu. Barulah pemerintah kemudian merespon dengan menggunakan buldoser secara resmi hingga akhirnya tidak lagi ada batas antara kedua bagian Jerman tersebut. Jika kita mundur kebelakang, di jaman dulu sebuah kota dilindungi oleh tembok kokoh. Kuat tidaknya sebuah kota akan sangat tergantung dari kekuatan temboknya dalam menahan serangan musuh. Jauh sebelum kisah tembok Berlin, ada sebuah tembok yang runtuh lewat cara yang ajaib. Bukan memakai perkakas-perkakas penghancur batu, bukan menggunakan bom, tetapi justru lewat sorak sorai memuji Tuhan. Ini terjadi pada tembok Yerikho yang tertulis dalam kitab Yosua pasal 6.

Yosua 6:1-27 bercerita tentang kejatuhan kota Yerikho. Kepada Yosua, Tuhan menyampaikan bahwa kota Yerikho diserahkan kepada Yosua. "Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa." (ay 2). Normalnya ketika hendak merebut sebuah kota, kekuatan militerlah yang berperan disana. Tetapi kali ini Tuhan menyuruh mereka merebut dengan jalan yang aneh. Tuhan memerintahkan Yosua dan prajurit untuk berbaris mengelilingi kota itu sambil membawa tabut perjanjian sebanyak satu putaran, sekali sehari selama enam hari berturut-turut. Khusus untuk hari ketujuh, Tuhan mengharuskan mereka untuk mengelilingi kota Yerikho sebanyak tujuh kali sembari para imam meniup sangkakala dibarengi sorak sorai yang nyaring. Anda bisa bayangkan apabila pihak musuh melihat mereka melakukan cara aneh untuk merebut kota. Bukan cuma sebentar, tapi mereka harus berbuat cara yang memalukan bagi logika manusia selama enam hari. Keliling satu kali, kemudian tunggu hari berikutnya. Bukan menyusun strategi, bukan menyusun formasi, bukan menyiapkan dan mengangkat senjata, tapi jalan berkeliling saja. Lalu di hari ketujuh mereka jalan tujuh kali sambil meniup sangkakala dan bersorak-sorak. Wah, ini sangat aneh. Tapi karena Tuhan yang memerintahkan, mau seaneh apapun Yosua dan massanya mengikuti dengan taat.

Pada hari ketujuh mereka bangun pagi-pagi benar saat fajar menyingsing dan melakukan tepat seperti yang diperintahkan Tuhan. Yosua memimpin langsung bangsanya dalam berkeliling sambil meniup sangkakala dan bersorak-sorai. Janji Tuhan kemudian secara ajaib tergenapi. "Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu." (ay 20). Sorak sorai dan sangkakala mampu meruntuhkan tembok tebal yang membentengi kota, itu jelas bukan hal biasa. Ketika Tuhan berjanji, Dia pasti menepati. Ketaatan kepada Tuhan tanpa banyak tanya membuat janji itu bisa tergenapi tidak peduli seaneh apapun itu bagi kemampuan logika manusia. Dan satu lagi, lihatlah bagaimana besarnya kuasa puji-pujian yang mendatangkan kemenangan. Jika dalam dua renungan terdahulu kita sudah melihat kekuatan puji-pujian lewat kisah raja Yosafat dalam menghadapi serangan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar dan kisah Paulus dan Silas yang terlepas dari pasungan di penjara, hari ini kita kembali melihat kuasa besar dibalik puji-pujian dari kejatuhan kota Yerikho ke tangan bangsa Israel dibawah pimpinan Yosua.

Contoh lainnya bisa kita saksikan pada kisah Gideon dalam kitab Hakim Hakim pasal 6-7. Pada masa hidup Gideon, bangsa Israel mengalami penindasan dari suku Midian dan sekutunya Amalek. Mereka hidup melarat dan hanya bisa bersembunyi di gunung dan gua karena semua milik mereka dihancurkan musuh. (6:1-6). Tuhan kemudian memerintahkan malaikat untuk menemui Gideon untuk menyampaikan bahwa ia lah yang dipilih untuk mengalahkan sekutu Midian-Amalek. (ay 11-12). Siapa Gideon saat itu? Ia bukan panglima perang, bukan pula pemimpin. Ia hanyalah yang termuda diantara suku yang paling kecil diantara suku-suku yang ada (ay 15).

(bersambung)

No comments:

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...