Thursday, June 6, 2013

Tangan Besi

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Matius 20:25-26a
=========================
"Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu.."

Sepanjang sejarah dunia ada banyak pemimpin tangan besi yang suka membatasi ruang gerak rakyat, bertindak represif, otoriter, kaku, bahkan tidak segan-segan menindas rakyatnya sendiri jika perlu. Seorang ahli filsafat politik bernama Nicolo Machiavelli bahkan pernah menulis bahwa "untuk dikagumi rakyat, buat mereka takut kepadamu." Banyak yang merasa bahwa kekerasan merupakan jawaban atas sebuah permasalahan, cerminan power atau kekuatan sehingga orang merasa takut dan kemudian patuh. Pemimpin yang bersikap seperti ini bukan cuma pemimpin sebuah negara, tapi juga pemimpin lembaga, komunitas kecil atau bahkan dalam skala yang lebih kecil lagi, pemimpin keluarga.

Seringkali sikap kasar dipakai untuk menutupi kelemahan atau ketidakpercayaan diri seseorang. Mereka mengira bahwa sikap kasar mampu menutupi itu semua. Di satu pihak ada kalanya kita harus bertindak tegas, tetapi ingatlah bahwa tegas bukan berarti keras. Mereka berpikir bahwa tegas itu berarti keras dan kasar. Mereka berpikir bahwa orang akan hormat dan takut apabila kekuasaan ditunjukkan secara ekstrim, seperti membentak, memasang muka seseram mungkin atau bahkan merendahkan orang lain agar terlihat hebat.

Ada banyak pula orang yang meyakini bahwa untuk mampu mengatasi dunia yang keras dan kejam kita harus lebih keras dan lebih kejam lagi. Lupakan soal moral, abaikan kejujuran, kebaikan, keramahan. Halalkan semua cara dan raihlah harta, pangkat, jabatan dan popularitas sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Lalu bersikaplah arogan, ketus, rendahkan orang lain agar diri sendiri terlihat tinggi. Lakukan apa saja yang penting apa yang kita inginkan bisa dicapai. Saling sikut, saling menjatuhkan, saling menjelekkan, fitnah, korupsi dan tindakan-tindakan amoral lainnya, semua itu bukan lagi sesuatu yang salah untuk dilakukan. Dunia hari ini percaya bahwa orang-orang yang hidup lurus hanyalah orang-orang yang bodoh karena mereka menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa memperoleh segalanya.

Apakah ini gambaran dari manusia, termasuk orang percaya? Tentu tidak. Alkitab dengan tegas justru mengatakan sebaliknya. Konsep kehidupan dan bertingkahlaku yang diajarkan Yesus sangatlah bertolak belakang dengan apa yang dipercaya dunia sebagai tolok ukur keberhasilan atau kesuksesan. Lihatlah pengajaran-pengajaran Kristus tentang cara hidup dalam Kerajaan Allah yang terbalik 180 derajat dengan cara dunia. Anda ingin menjadi yang terbesar? Dunia berkata berkuasalah seluas dan sebanyaknya, tetapi Yesus mengajarkan kita sebaliknya. Justru kita harus merendahkan diri kita sejauh mungkin. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat apa yang tertulis di dalam Alkitab. "Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka." (Matius 20:25) Kata "Pemerintah bangsa-bangsa" ini dalam versi bahasa Inggrisnya dikatakan dengan "the rulers of the Gentiles", yang bisa diartikan sebagai para pemimpin dari bangsa yang tidak mengenal Allah. Mereka ini terus mengejar kepentingan dan kepuasan pribadi karena tidak mengetahui kebenaran. Posisi orang percaya seharusnya tidak boleh seperti itu.

Bacalah ayat selanjutnya. "Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu." (ay 26-27). Apakah Yesus hanya sekedar mengatakan itu? Tidak. Yesus sudah mencontohkan langsung mengenai sikap tersebut lewat sikap dan cara hidupNya ketika hadir di dunia. Dalam kesempatan lain Yesus mengatakan: "Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." (Lukas 9:48). Berarti orang yang merasa dirinya sudah besar dan merasa berhak melakukan apapun sekehendak hatinya justru merupakan orang-orang kasihan yang terkecil di muka bumi ini. Jadi apabila hati dan pikiran kita sudah sampai kepada konsep seperti rules of gentiles, itu artinya kita sudah sangat jauh dari Tuhan.

Lantas bagaimana caranya menghadapi orang yang berseberangan dengan kita, atau yang nyata-nyata ingin menyingkirkan kita? Dunia mengajarkan kita: hancurkan sebelum dihancurkan. Adalah bagus untuk membinasakan musuh secepat mungkin dan sehancur mungkin. Kalaupun orang lain harus terkena korban, itu salah mereka. Siapa suruh dekat-dekat dengan lawan yang sedang kita hancurkan. Itu pikiran dunia yang sering kita lihat hari ini. Kalaupun tidak menghancurkan secara fisik, minimal timpuki fitnah, hancurkan secara moral dan mental sampai mereka tidak berkutik lagi. Tetapi lagi-lagi Yesus mengajarkan sikap sebaliknya. "Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." (ay 38-39). Perhatikan apa yang diajarkan Yesus. Bukan hanya mengalah dan tidak melawan, tetapi lebih lanjut Yesus mengatakan "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:43-44). Inilah tingkat selanjutnya dari kasih. Musuh bukan untuk dihancurkan, tetapi untuk dikasihi, ditolong dan didoakan. Ini sebuah pengajaran yang mendobrak tatanan pemikiran dunia secara radikal pada saat itu yang masih saja terdengar kontroversial hingga hari ini.

Yesus mengajarkan konsep menjalani hidup yang berbanding terbalik dengan apa yang dipercaya dunia. Ketika dunia menghalalkan segala cara, kita dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan jujur, tulus dan sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, kemudian menyerahkan semuanya sesuai dengan kehendak Tuhan sambil disertai dengan rasa syukur. Ketika dunia mengajarkan kebencian, kita diajarkan untuk mengasihi. Ketika dunia cenderung mencari pembenaran atas segala kekejian yang dilakukan, kita diminta untuk bersikap lembut hati dan mau mengakui kesalahan kita. Pendeknya, dunia boleh membenci, tetapi kita mengasihi. Dunia boleh kasar, tapi kita harus lembut. Dunia boleh menumpuk harta, tapi kita harus memberi. Kesombongan tidak boleh ada dalam kamus orang percaya. Semua itu harus diganti dengan kerendahan hati. Semakin tinggi kita naik, kita harus semakin rendah hati. Kristus sudah mengajarkan bagaimana seharusnya kita bersikap dalam hidup. Memberi bantuan dan mengasihi tanpa pandang bulu, termasuk kepada musuh kita. Itu adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Sangat sulit, tapi Roh Kudus akan memampukan kita memiliki sikap seperti itu jika kita mau. Siapkah anda menjadi pribadi yang berbeda dengan dunia?

Ketika dunia membenci, kita mengasihi

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker