Saturday, June 1, 2013

Hati Keras Membatu (1)

Ayat bacaan: Ibrani 3:15
===============
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman"

"Musik kegemaran boleh cadas, tapi hati harus tetap lembut, bro!" ujar seorang teman saya yang sangat menggemari genre musik rock sambil tertawa. Ia berkata demikian karena sebagai penggemar musik rock, ia sering dianggap sebagai orang yang keras atau kasar, apalagi jika melihat penampilannya dengan rambut panjang dan berbagai aksesoris/atribut seperti rocker. Sah-sah saja memang menyukai aliran musik tertentu termasuk musik rock. Meski sering dituduh sebagai musik yang mengusung kekerasan atau hal-hal yang buruk, saya dan teman saya sepakat bahwa semua itu seharusnya dikembalikan kepada orang yang mempergunakan aliran musik ini. Benar, ada banyak band rock yang seperti terlihat memuja hal-hal yang keliru, tetapi tidak kalah banyak pula band rock yang memakainya untuk tujuan baik, termasuk di dalamnya untuk memuliakan Tuhan. Musik, apapun jenisnya tetaplah musik yang bisa dipakai sebagai sarana apresiasi, media meluapkan perasaan dan hiburan. Jadi bukan salah musiknya, tapi tergantung siapa yang memakai dan untuk apa ia memakainya. Teman saya menyukai jenis musik rock yang cadas, tapi ia benar karena mengatakan bahwa hati harus tetap lembut, karena begitu hati mengeras, efeknya bisa sangat merugikan.

Bagaimana ciri orang yang keras hati? Biasanya mereka sangat sulit menerima pendapat orang lain. Mereka merasa paling benar sendiri, mau menang sendiri, lebih suka berdebat meski tanpa ujung ketimbang mendengar terlebih dahulu. Mereka hobi membantah dan anti nasihat. Orang yang keras hati juga biasanya sulit diubahkan. Meski dalam hati terdalamnya mereka mungkin setuju terhadap nasihat atau pendapat lawan bicaranya, apa yang tampak diluar akan berbeda 180 derajat. Hati yang sudah keras bagai batu sering tampil memberontak terhadap segala hal. Banyak diantara orang yang keras hati ini mengira bahwa dengan tampil seperti itu mereka bisa terlihat hebat. Sebenarnya mereka sedang mengekspos kelemahan mereka dan pada akhirnya menghancurkan diri sendiri.

Pertama, mari kita lihat contoh ketika Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat dalam Markus 3:1-6. Pada saat itu ada sekelompok orang Farisi disana. Orang Farisi memiliki kedegilan hati yang sungguh teramat sangat mengecewakan. Mereka merasa paling tahu hukum, paling suci, paling rohani, paling tahu dan sebagainya. Mereka akan dengan mudah menghakimi orang lain tapi tidak pernah memeriksa diri mereka sendiri. Tingkat kekerasan hati mereka sudah sedemikian rupa sehingga mereka tidak lagi peka terhadap kebenaran.

Ketika Yesus bertemu dengan orang yang sebelah tangannya lumpuh di rumah ibadat, orang-orang Farisi disana tahu bahwa Yesus pasti akan melakukan sesuatu. Bukannya bersyukur, mereka malah merasa bahwa ada peluang untuk mencari perkara terhadap Yesus. "Ini kan hari Sabat, tidak ada yang boleh melakukan apapun termasuk menyembuhkan. Ini saatnya untuk memerangkap dan mempersalahkan Yesus." begitu mungkin yang ada di benak mereka. Seharusnya mereka senang karena mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan Yesus dan menyaksikan kuasaNya, tapi yang terjadi adalah mereka memutuskan untuk mencari-cari kesalahan. "Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia." (Markus 3:2). Lihatlah bagaimana kerasnya hati dan kepala para orang Farisi ini. Bukan saja mereka sudah tidak lagi peka terhadap tangisan orang-orang di sekitar mereka dalam memohon pertolongan, hati mereka juga ternyata sudah terlalu keras untuk menerima Yesus. Mereka lebih mementingkan tata cara dan tradisi ketimbang berbuat sesuatu untuk orang lain. Sekelompok orang Farisi yang ada menyaksikan Yesus pada saat itu lebih suka untuk melindungi tradisi keagamaan secara sempit daripada mematuhi Firman Tuhan. Mereka tidak peduli permasalahan orang lain karena toh mereka baik-baik saja dan merasa sudah sempurna.

Lalu bagaimana reaksi Yesus?  "Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka.." (Markus 3:5) Kedegilan ternyata mendukakan hati Yesus. Sikap ini membuatnya kecewa dan marah. Bayangkan bagaimana parahnya jika di antara orang percaya masih saja banyak yang bersikap seperti ini. Mudah menghakimi orang lain, bahkan tidak jarang ada yang menghujat saudara seiman lainnya karena merasa paling benar. Menuduh gereja lain tidak baik, sesat dan sejenisnya dan menganggap hanya tempatnya beribadat yang paling sempurna. Jika orang percaya masih bersikap seperti ini dan terus saja menjadi batu sandungan, bagaimana mungkin kita bisa memimpikan melihat sebuah transformasi total?

(bersambung)

No comments:

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...