Friday, June 14, 2013

Doa sebagai Etalase Pameran Diri?

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Matius 6:5
===============
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya."

Saya masih ingin melanjutkan perihal berdoa. Jika dalam beberapa renungan terdahulu kita sudah melihat beberapa hal penting yang harus diingat mengenai doa seperti jangan jemu-jemu, jangan bertele-tele dan belajar langsung dari doa yang diajarkan Yesus, hari ini mari kita lihat betapa kelirunya apabila orang mempergunakan doa sebagai etalase memamerkan diri. Ada saja orang yang menyalahgunakan doa sebagai sarana untuk kepentingan pribadi. Mereka sangat ingin dikenal orang sebagai sosok yang jago merangkai kata, 'holy banget', pendeknya sempurna. Suatu kali di televisi saya melihat sebuah acara religi dimana pembicaranya bersuara bombastis seolah sedang menjadi MC di pertandingan tinju, ada yang berlaku layaknya orator dalam sebuah demonstrasi, berapi-api sekali. Ada juga yang menyuntikkan efek emosionil berlebihan dalam pengucapannya. Apakah itu menunjukkan bahwa doa mereka mujarab apabila dilihat hebat di mata orang? Apakah kita harus 'pameran doa' di depan banyak orang untuk menghasilkan doa berkualitas? No, that's not the way, according to the Bible.

Tentang hal ini kita bisa melihat reaksi Yesus melihat gaya orang-orang Farisi. Di masa itu orang Farisi terkenal sebagai orang-orang yang seolah sangat religius dan menguasai Taurat luar dalam. Mereka gemar berdoa di sudut-sudut jalan yang ramai, apakah ditengah pasar atau di tengah kerumunan orang. Mereka adalah pemuka agama yang dianggap paling mengerti segalanya, merasa seperti wakil Tuhan di muka bumi. Pokoknya dimana ada keramaian, mereka pun segera pasang aksi. Dalam anggapan mereka, Tuhan pasti terkesan dengan perilaku mereka. Masih adakah sosok-sosok seperti ini dalam kehidupan kita sehari-hari saat ini? Saya yakin anda pun masih sering melihat orang-orang seperti ini. Jika tidak mengerti kita mungkin menganggap mereka hebat, tetapi tidaklah demikian halnya reaksi Tuhan. Tuhan sangat tidak suka dengan sikap yang demikian bahkan bereaksi keras. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:5). Menjadikan doa sebagai etalase pamer kehebatan diri demi popularitas pribadi akan diganjar keras oleh Tuhan.

Cara berdoa yang diajarkan Yesus sangatlah bertolak belakang. Yesus mengajarkan bahwa berdoa tidak perlu dipamerkan tetapi justru dilakukan dengan mencari tempat yang sepi dan tenang agar kita bisa memusatkan seluruh diri kita untuk mencari Bapa dan mendengarkan suaraNya. "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 6). Kamar berbicara mengenai ruang pribadi yang biasanya menjadi tempat ternyaman bagi kita. Tidak cukup sampai disitu, Yesus melanjutkan peringatan agar kita jangan bertele-tele dalam berdoa. Berpanjang lebar, berulang-ulang seolah-olah Tuhan itu pelupa atau sulit mengerti isi hati kita seperti yang saya sampaikan dalam renungan terdahulu. "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan." (ay 7). Mengapa begitu? "karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya." (ay 8).

Pengajaran Yesus sesungguhnya tidak sulit dimengerti. Dia mengingatkan kita bahwa doa itu seharusnya dipanjatkan hanya untuk Tuhan saja, dan bukan untuk tujuan-tujuan lain seperti kepentingan diri sendiri atau pemuasan manusiawi. Ini berarti bahwa Tuhan mementingkan isi hati kita yang tulus, datang dan mengatakan apa adanya di hadapan Tuhan. Mencurahkan isi hati kita tanpa ada agenda-agenda terselubung, tanpa ada maksud lain selain menjalin hubungan secara langsung dengan Tuhan. Ingatlah bahwa dalam 1 Samuel 16:7 Tuhan sudah mengingatkan bahwa "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati". Ketika berdoa dilakukan agar mendapat pujian, supaya dinilai hebat secara rohani oleh orang lain, agar terlihat pintar menyusun kata-kata puitis, punya banyak perbendaharaan kata dan sebagainya, ketika itu pula kita menjadi orang yang munafik. Dalam kemunafikan tidak ada lagi ketulusan, dan apabila kita berlaku seperti itu, sesungguhnya kita sudah menerima upahnya.  Motivasi berdoa yang benar itu sungguh penting. Mau berdoa nonstop 24 jam pun akan percuma apabila dilakukan dengan motivasi yang hanya mencari perhatian dari orang lain.

Ketulusan sungguh memegang peranan penting dalam menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan. Dengan menerima Kristus sebagai Juru Selamat dan mendapatkan anugerah Roh Kudus dalam diri kita, sudah seharusnya kita datang kepada Bapa dengan hati yang tulus ikhlas dan iman yang teguh. "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." (Ibrani 10:2). Janganlah sama dengan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, yang mengira bahwa doa yang dijawab adalah doa yang dirangkai dengan kata-kata mutiara, berpanjang lebar, berupa hafalan kemudian menjadikannya etalase pameran kehebatan diri. Bukan cara, rupa dan gaya kita berdoa di hadapan orang yang paling penting, tetapi sikap hati kita ketika melakukannya, itulah yang dilihat Tuhan.

Cari tempat yang paling nyaman tanpa gangguan sekitar untuk mendengar suaraNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker