Sunday, June 23, 2013

Mau Mendengar

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Matius 11:15
======================
"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Secara umum, orang lebih mudah untuk berbicara ketimbang mendengar. Seringkali sulit bagi kita untuk bisa mendapatkan teman yang mau mendengar curahan hati kita, tetapi biasanya mudah untuk menemukan orang yang hobinya bercerita panjang lebar. Ada banyak istri yang mengeluh karena suaminya tidak lagi mau menyediakan waktu untuk mendengar mereka karena merasa sudah terlalu lelah bekerja sehari penuh. Para suami tampaknya lupa bahwa istri mereka ingin berbicara dengan mereka mengenai segala sesuatu setelah tidak bertemu seharian dan mengira bahwa mencukupi kebutuhan secara finansial merupakan satu-satunya tugas atau peran suami dalam rumah tangga. Saya sehari-hari sibuk menjalani begitu banyak pekerjaan yang berbeda. Hampir setiap harinya saya masih harus bekerja hingga lewat tengah malam seperti misalnya renungan yang anda baca ini sedang saya tulis ketika jam sudah menunjukkan pukul 2:15 dini hari. Ditengah kesibukan yang luar biasa seperti ini, saya sadar harus membagi waktu untuk istri. Terkadang kami pergi makan malam keluar, nonton film, jalan-jalan atau setidaknya menyediakan waktu untuk mendengarkan ceritanya. Konsekuensinya, saya harus lembur extra karena waktu di jam produktif sudah terpakai untuknya, tetapi itu harus saya jalani dengan sukacita karena untuk mendengarkan istri pun merupakan tugas yang tidak kalah pentingnya jika mau rumah tangga berlangsung bahagia. Baru saja seorang teman mengatakan bahwa ia malas mendengar istrinya karena bisa ada kritik disana. "Saya sudah terlalu capek bekerja, jadi tidak mau lagi mendengar komentar-komentarnya." demikian katanya. Benar, ada kalanya kita sudah terlalu lelah sehingga cepat kesal ketika mendengar kritik, tapi kalau kritiknya bertujuan membangun dan bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, kenapa kita harus anti terhadap itu walau dalam keadaan lelah sekalipun? Mengapa kita sulit untuk menerima kenyataan bahwa istri punya kebutuhan untuk didengar oleh suaminya? Satu pertanyaan lagi, jika terhadap istri yang notabene manusia seperti kita saja kita sudah tidak lagi mau mendengar, bagaimana kita bisa mendengar ajaran-ajaran Kristus yang terkadang bisa seperti menegur apakah itu lewat kotbah, membaca Alkitab dan sebagainya? Apakah kita bisa tetap baik dengan menjadi orang-orang yang alergi mendengar tapi hobi mengomel?

Ada kritik konstruktif, ada pula yang destruktif. Kita tentu perlu menyaring semuanya dengan baik. Kritik yang baik kita terima agar lebih baik kedepannya, kritik yang negatif jangan sampai melemahkan kita. Tetapi biar bagaimanapun ada baiknya jika kita terlebih dahulu membiasakan diri  rela untuk mendengar.  Mendengar. Dengar. Listen. Not hear, but listen. Serignkali ini menjadi bagian yang sulit untuk dilakukan.
Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia Dia isi dengan banyak peringatan untuk membuat kita menjadi orang-orang yang lebih baik. Banyak hal-hal yang dibukakan Yesus yang sebelumnya tidak atau belum diketahui orang. Tampaknya sejak masa itupun manusia sudah cenderung malas mendengar nasihat, wejangan, peringatan apalagi teguran. Maka berkali-kali Yesus menegur kita dengan berkata "siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" seperti dalam Matius 11:15, Matius 13:9, Matius 13:43, Markus 7:16, juga beberapa kali dalam Wahyu 2, 3 dan juga 13. Saya merasa bahwa kita diberi dua telinga dan satu mulut bukan tanpa maksud. Sudah punya dua telinga pun kita masih cenderung cepat membantah dan menolak untuk mendengar. Alangkah baiknya apabila sepasang telinga yang diberikan Tuhan difungsikan untuk mendengar, sehingga kita bisa mengerti dan memperbaiki diri.

Dalam Amsal peringatan yang sama juga sudah ditulis. Bunyinya: "Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak." (Amsal 15:31). Untuk itu tidak ada jalan lain. Kita harus melembutkan hati, dengan lapang dada, untuk menerima kritik atau teguran konstruktif untuk bertumbuh menjadi orang-orang yang lebih baik dari sebelumnya.

Kapanpun, dimanapun kita akan berhadapan dengan kritik. Kalau tidak di rumah, dalam pekerjaan, di lingkungan tempat pendidikan, pertemanan dan sebagainya itu bisa saja datang. Kita memerlukan kritikan yang konstruktif atau membangun, agar kita bisa menata sesuatu lebih baik lagi. Bisa jadi terkadang pedas, namun jika untuk kebaikan kita sendiri, sebaiknya kita iklas menerimanya dengan lapang hati. Benar, ada kalanya kritik yang datang terlalu kejam sehingga bukan lagi bertujuan membangun tapi menjatuhkan. Ketika ini terjadi, penting bagi kita untuk menjaga diri kita supaya tidak menjadi lemah dan berhenti berusaha. Jangan menjadi patah semangat karenanya, apalagi ketika  kita sudah berusaha dengan sebaik mungkin. Tapi yang penting, biasakan diri untuk terlebih dahulu mau membuka diri dan hati untuk mendengar. Ingatlah bahwa dalam Yakobus kita sudah diingatkan seperti ini: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:19). Bersyukurlah ketika masih ada yang mengkritik, karena itu artinya masih ada orang yang peduli. Bersyukurlah pula ketika masih ada kesempatan dan masih punya sepasang telinga yang berfungsi baik untuk mendengar.

Lembutkan hati untuk mendengar agar bisa lebih baik

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker