Sunday, June 9, 2013

Belajar Dua Hal dari Nehemia (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Nehemia 2:7-8
===============
"Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja menganggap baik, berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku."

Haruskah kita malu meminta tolong kepada orang lain? Ada banyak orang yang lebih mengedepankan gengsi ketimbang mengakui bahwa mereka adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan tetap membutuhkan orang lain. Minta tolong kepada orang lain sebenarnya adalah hal yang lumrah, tentu saja jika dalam porsi wajar, bukan karena ingin memanfaatkan dan bukan karena kita malas. Selalu saja ada waktu-waktu kita butuh uluran tangan atau bantuan dari orang lain, dan tidak ada salahnya kita sampaikan. Ingatlah bahwa Tuhan bisa memakai tangan orang lain untuk memberkati anak-anakNya.

Mengenai hal ini kita bisa belajar dari Nehemia. Nehemia adalah satu dari sekelompok orang Yehuda yang kembali dari pembuangan di Babel seperti yang bisa dibaca dalam Ezra 2:2. Nehemia hidup pada masa ketika Yehuda menjadi bagian dari Persia. Nehemia punya jabatan dengan posisi yang cukup baik, yaitu sebagai juru minuman raja. Jabatan ini memungkinkannya untuk memiliki hubungan yang relatif cukup dekat dengan sang raja Persia waktu itu bernama Artahsasta.

Suatu hari ia mendengar berita mengenaskan mengenai keadaan orang-orang sebangsanya yang telah kembali dari pembuangan. Sementara ia cukup karena punya jabatan terpandang, ternyata saudara-saudara sebangsanya justru menderita dalam kesengsaraan berat. "Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." (Nehemia 1:3). Bagaimana reaksi Nehemia mendengar tentang kemalangan yang diderita bangsanya? Nehemia menangis dan berkabung berhari-hari. Bukankah Nehemia bisa saja tidak peduli, karena dia sebenarnya sudah aman dan hidup berkecukupan? Tentu bisa, tapi Nehemia tidak bersikap demikian. Nehemia merasakan kepedihan yang dirasakan bangsanya.

Menyikapi rasa pedih di hatinya akan bangsanya, apa langkah-langkah yang ia ambil? Nehemia berpuasa dan berdoa. Itulah yang pertama ia lakukan. Bukan hanya memohon ampun bagi bangsanya, tapi juga pembersihan atau pertobatan dari dosa-dosanya sendiri. Dosanya sendiri? Untuk apa? Nehemia tahu bahwa doanya tidak akan punya pengaruh apabila ia sendiri belum bersih dari dosa. Maka dalam doanya ia berkata: "berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa." (ay 6).

Mari kita lanjutkan dengan Nehemia pasal 2. Pada suatu hari empat bulan kemudian, ketika Nehemia tengah menghidangkan anggur bagi raja Artahsasta, sang raja melihat wajah Nehemia yang murung. Ia bertanya kepada Nehemia, apa gerangan yang terjadi. (ay 1-2). Nehemia lalu menceritakan rasa sedihnya melihat kehancuran bangsanya. (ay 3). Raja Artahsasta lalu menawarkan bantuan, menawarkan apa yang bisa ia bantu. Mendengar itu, Nehemia kembali berdoa dalam hatinya. (ay 4). Setelah berdoa, Nehemia menyampaikan dengan jujur bahwa ia butuh pertolongan dari raja. "Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja menganggap baik, berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku." (ay 7-8). Nehemia tidak berpangku tangan, dia tidak pula merasa mampu segalanya. Dia tahu bahwa dia butuh pertolongan raja untuk bisa membangun kembali Yerusalem.  Artahsasta mengabulkan hal itu. Tentu merupakan hal sepele bagi raja untuk membuat surat-surat seperti yang diminta Nehemia, sedangkan Nehemia tidak memiliki otoritas untuk melakukan hal itu. Berawal dari sini, kita mengetahui bahwa Nehemia berhasil membangun kembali Yerusalem yang sudah hancur lebur dengan keberhasilan besar. Apakah itu semua semata-mata karena keberuntungan? Tidak. Nehemia tahu pasti bahwa itu semua adalah berkat tangan Allah yang murah melindunginya. Tuhan menyalurkan berkatNya kepada Nehemia lewat perantaraan raja Artahsasta.
(bersambung)

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker