(sambungan)
Anak saya sejak lama sudah saya ajarkan budaya mengantri dengan tertib dan sabar meski ia masih balita. Ia sudah mengerti tentang lampu merah, kuning dan hijau di jalan raya sejak masih 2 tahunan, ia tahu bahwa papanya mendahulukan orang yang menyeberang, papanya tidak akan menyerobot jalan atau melanggar rambu saat sedang berkendara. Mungkin banyak yang menganggap tak penting untuk mengajarkan hal-hal seperti itu di usia yang masih sangat dini, tapi buat saya itu penting. Saya ingin anak saya menjadi bagian dari masyarakat yang sopan, teratur dan disiplin. Saya ingin sikap-sikap ini menjadi budaya yang mendarah daging dalam dirinya.
Saya pun kemudian berpikir bahwa di saat ketidakteraturan terjadi, potensi timbulnya masalah menjadi bertambah. Oke lah jalan padat di jam pulang kerja atau pagi hari saat orang hendak ke kantor atau mengantar anak sekolah. Tapi kalau semua teratur mengikuti peraturan, bukankah jalan akan lebih lancar dan pengemudi pun bisa lebih nyaman? Dan kalau dalam mengantri ada tenggang rasa memikirkan orang lain, bukankah itu akan jauh lebih baik? Bukan saja konflik yang bisa dihindari, tapi hidup pun bisa lebih tenang karena tidak harus emosi.
Dengan kata lain, keteraturan dan kesopanan sangatlah penting untuk sebuah tatanan kehidupan yang damai sejahtera. Di saat orang teratur, tidak mengganggu atau mengambil hak orang lain, disana kesopanan akan hadir. Sebaliknya saat manusia memilih mementingkan diri sendiri dan menolak diatur, maka kesopanan pun hilang.
Keteraturan dan kesopanan semakin lama semakin saja sulit ditemukan dalam bermasyarakat. Apakah memang sudah sesulit itu kita hidup teratur? Apakah kita sudah berubah menjadi orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa menghiraukan kepentingan atau kenyamanan orang lain? Sudah begitu egoisnya kah kita sebagai anak bangsa yang katanya menjunjung tinggi keramahan dan kesopanan? Sayangnya tabiat ini seperti virus ganas. Ketidakteraturan, ketidaksopanandan perilaku seenaknya semakin lama semakin menular kemana-mana menjangkiti banyak orang. Segalanya dihalalkan untuk kepentingan sendiri yang hanya sesaat, orang tidak lagi peduli terhadap apapun selain dirinya sendiri.
Mengenai masalah keteraturan, kita harus malu kepada belalang. Belalang? Ya. Agur bin Yake ribuan tahun yang lalu yang mengatakan hal itu. "Belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur." (Amsal 30:27)
(bersambung)
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » Teratur dan Sopan (2)
Friday, February 24, 2023
Teratur dan Sopan (2)
webmaster | 9:00:00 PM |
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Perempuan Samaria di Sumur
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
No comments :
Post a Comment