Tuesday, February 7, 2023

Tak Jemu-Jemu Berdoa (2)

 (sambungan)

Ada banyak orang yang ingin doanya langsung dijawab instan, kalau bisa secepat bikin kopi. Begitu bilang amin langsung dapat. Bisakah Tuhan melakukan itu? Tentu saja bisa. Tapi masalahnya, saat bukan itu yang terjadi, bagaimana reaksi kita? Yang banyak terjadi, orang berdoa hanya sekedarnya, begitu tidak dikabulkan lantas berhenti dan menuduh Tuhan tidak peduli atau bahkan tidak ada. Doa dianggap sebagai sarana meminta-minta yang wajib dikabulkan, atau kalau tidak maka Tuhan dipersalahkan. Bagi mereka-mereka ini Tuhan tak ubahnya seperti kopi instan yang hanya tinggal diseduh air panas langsung jadi.

Ada seorang penyanyi pop rock dari Amerika yang sangat terkenal, suatu kali bercerita tentang prosesnya untuk menjadi penyanyi di awal karir. Ia piawai menulis lagu, membuat komposisi dan menyanyi, juga bermain instrumen. Ia pun membuat demo tape dan menawarkannya ke perusahaan musik. Langsung diterima? Ternyata tidak. Ia terus mendapat penolakan. Bahkan oleh seorang penulis lagu/musisi/penyanyi yang dijuluki 'Hit Man' , ia sempat disarankan agar jangan pernah bernyanyi. Untungnya ia tidak menyerah. Ia terus menawarkan dari satu label ke label berikutnya. Akhirnya ada label yang tertarik, ia dikontrak, dan ternyata sukses besar. Ia masih terkenal sampai hari ini. Ia sangat aktif di twitter dan terus menyemangati anak-anak muda yang tertarik untuk berkarir di dunia musik. Bayangkan jika ia menyerah, patah semangat, jemu, ia akan gagal meraih mimpinya dan tidak akan pernah menjadi seterkenal dan seberpengaruh sekarang.

Apa yang ia lakukan bagi saya sangat menginspirasi. Ia gigih, ulet, berpikir positif dalam menggapai mimpinya, tipe pejuang sejati yang tidak kenal kata menyerah, bukan bersungut-sungut, kecewa, menyebar kata-kata negatif dan gampang menyerah. Bukankah kita sudah sering mendengar kisah sukses yang terjadi tidak instan, melainkan lewat perjuangan tak kenal lelah dan tak jemu-jemu dari mereka?

Sama halnya dengan doa. Dalam menghadapi masalah dan mengharapkan pertolongan Tuhan, seberapa besar kesabaran kita untuk berharap kepadaNya? Kita kerap lupa bahwa seringkali ketidaksabaran menjadi penghalang terbesar bagi kita untuk menikmati janji-janji Tuhan. Awalnya mungkin kita berdoa dengan rajin, tapi ketika jawaban tidak kunjung datang secepat yang kita kehendaki, intensitas doa pun menurun drastis hingga akhirnya berhenti total. Ada yang bahkan hanya sekali dua kali dan kalau tidak cepat dijawab maka mereka segera kecewa. Lalu banyak pula yang segera mencari alternatif-alternatif lain termasuk yang berhubungan dengan kuasa kegelapan, apakah karena terlanjur kecewa pada Tuhan jadi tidak lagi percaya, atau karena tidak bisa bersabar.

(bersambung)

No comments:

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...