Monday, April 3, 2017

Sukacita Sang Pemilik Rumah

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Lukas 5:19
==================
"Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. "

Bersukacita yang Tuhan ingin kita miliki adalah sebuah sukacita yang tidak terpengaruh oleh apapun yang tengah dialami saat ini. Kenapa? Sebab sebuah sukacita sejati sesungguhnya berasal dari Tuhan, karena Tuhan dan tidak tergantung dari situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Saya bahkan menganggap sukacita sebagai sebuah kemampuan luar biasa yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Coba bayangkan kalau kita tidak dianugerahi rasa sukacita. Suram, kelam, sedih, perih, lantas takut, kalut, cemas, kuatir terus menerus, itu tentu tidak enak sama sekali. Di saat banyak orang yang membiarkan hidupnya diliputi awan kelabu, masih ada orang-orang yang tetap bisa bersukacita meski tengah mengalami berbagai bentuk masalah dalam hidupnya. Dari mana itu bisa terjadi? Tentu saja karena mereka merasakan keberadaan Tuhan dalam hidupnya. Mereka memandang Tuhan dan hidup mereka dengan kacamata iman, bukan menggantungkan kepada kondisi yang sedang terjadi.

Tentu saja sukacita akan jauh lebih mudah dirasakan saat hidup sedang berada dalam keadaan baik. Tanpa masalah, tanpa pergumulan, tanpa kendala. Baik ketika tidak mengalami masalah maupun karena merasakan kehadiran Tuhan, orang yang bersukacita akan mudah terlihat dari raut mukanya. Senyum merekah, hati riang dan hidup pun terasa ceria. Ini adalah reaksi normal dari orang yang sedang berbahagia. Ada seorang teman yang berprofesi sebagai penyanyi sangatlah ekspresif pada saat ia sedang bersukacita. Ia bisa menari-nari dan bernyanyi riang sambil menggoyang rambut orang yang ada di sekitarnya. Itu pun merupakan reaksi wajar dari orang yang sedang bersenang hati. Tapi sukacita seperti ini barulah sebuah sukacita yang saya sebut dengan sukacita pertama. Jika ada sukacita pertama, tentu ada sukacita kedua. Seperti apa bentuk sukacita kedua?

Sukacita di atas adalah sukacita yang berasal dari apa yang muncul dari diri kita pribadi. Sebuah pertanyaan pun hadir. Bagaimana reaksi kita saat kita melihat ada orang yang dijamah Tuhan, saat ada pertobatan, saat ada yang mengalami mukjizat? Apakah kita turut bergembira dan bersukacita bersama mereka atau kita malah iri melihatnya? Pertanyaan selanjutnya, apakah kita berpikir untuk bisa menghadirkan itu semua pada orang lain lewat kita? Apakah kita mau berusaha melakukan sesuatu untuk itu? Lantas yang perlu juga kita renungkan, apakah saat orang lain mengalami kuasa Tuhan tapi sedikit banyak merugikan kita, apakah kita bisa tetap bersukacita bagi mereka atau kita marah dan menuntut mereka? Mungkin terdengar sedikit aneh, tapi itu bisa terjadi.

Hari ini saya masih ingin membahas tentang peristiwa heroik sekaligus meragukan dari empat orang yang menggotong sahabat mereka yang lumpuh untuk bertemu dengan Tuhan. Kisah ini setidaknya tertulis dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. Saat itu Yesus tengah berada di Kapernaum. Mendengar Yesus ada di sana, orang pun datang berkerumun. Yesus pun mulai mengajar. Injil Lukas mencatat bahwa bukan hanya rakyat yang datang, tapi ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat juga yang turut mendengarkan. Mereka ini datang dari semua desa di Galilea, Yudea dan Yerusalem. (ay 17). Masih di ayat yang sama dikatakan bahwa "kuasa Tuhan menyertai Yesus sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit."

Lalu terjadilah kisah heroik dan mengharukan itu. Datanglah seorang lumpuh yang digotong oleh beberapa temannya. Berapa orang yang menggotong? Injil Markus menyebutkan berapa jumlahnya, yaitu empat orang (2:3). Tapi ternyata yang terjadi tidaklah semudah itu. Mereka tidak dapat langsung bertemu Yesus karena ayat sebelumnya mengatakan disana sudah tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Dan yang terjadi selanjutnya menunjukkan bagaimana determinasi yang dimiliki oleh keempat orang ini demi menolong sahabat mereka yang lumpuh. "Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus." (Lukas 5:19). Versi Markus berkata "Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring." (Markus 2:4).

Saat merenungkan ayat atau kisah ini, saya mendapat pencerahan dan melihat sesuatu yang rasanya sangat jarang kita cermati. Jika kemarin kita melihat kisah ini dari sisi orang lumpuh dan teman-temannya yang bersusah payah menggotongnya ke atap lantas menurunkan tepat di hadapan Yesus yang berada di dalam rumah, sekarang coba kita posisikan diri kita sebagai si pemilik rumah. Bayangkan apabila anda adalah pemilik rumah. Sudah rumah anda penuh sesak oleh pengunjung, mungkin tanaman-tanaman di pekarangan hancur diinjak-injak, mungkin ada barang-barang yang jatuh dan pecah di dalam rumah, atau jangan-jangan ada yang hilang, anda masih harus melihat atap rumah anda dibongkar oleh sekelompok orang. Bukan bolong kecil tentunya, karena mereka harus menurunkan tandu yang ada orang di atasnya.

Jika anda adalah pemilik rumah, apa yang anda lakukan? Mungkin anda akan marah. "Hey! Apa-apaan itu? Pergi sana sebelum saya panggil polisi!" Mungkin itu reaksi spontan kita. Atau anda biarkan, tapi mencoba mencari cara bagaimana mendapatkan uang ganti rugi. Atau cari sponsor? Atau minta langsung pada Yesus. Tapi mengacu kepada ketiga Injil yang menuliskan kejadian ini, tidak ditemukan tanda-tanda protes dari sang pemilik rumah. Tidak ada kemarahan, tidak ada keluhan, tidak ada komplain. Ia membiarkan saja itu terjadi, dan saya yakin ia bersukacita melihat bahwa rumahnya dipakai Tuhan sebagai tempat dimana banyak mukjizat kesembuhan terjadi dan menjadi tempat dimana Yesus menyampaikan pengajaranNya.

Ia tentu harus memperbaiki sendiri atapnya setelah itu. Keluar uang lagi membeli bahan, keluar tenaga atau harus membayar upah tukang. Tapi ia tidak mempermasalahkan itu. Ia merasa terhormat dan bangga rumahnya lah yang dipilih Tuhan sebagai tempat untuk melakukan kesembuhan Ilahi dan memberi pengajaran. Di antara sekian banyak rumah di Kapernaum, yang dipakai rumah saya. Wow. Itu yang paling penting, yang lain bisa diurus nanti. Saya pikir itulah yang ada di benaknya saat itu. Melihat orang lumpuh yang tadinya ditandu kini bisa berjalan dan membawa pulang tandunya sendiri, itu tentu pengalaman spiritual yang luar biasa.

Bagi si pemilik rumah itu adalah bagian atau resiko dari pelayanan. Saat kita melayani, kita pun harus rela mengorbankan waktu, tenaga dan uang. Bisa jadi orang yang kita hadapi malah sulit. Memberi penolakan, marah atau kambuhan. Mungkin sudah tidak bayar mereka malah tidak serius dan seperti malah kita yang punya kepentingan. Tapi itulah pelayanan. So be it. Memakai hati hamba dan mengaplikasikan kasih memang butuh pengorbanan.

Adalah baik jika kita sudah bisa bersukacita tanpa terpengaruh oleh kondisi faktual yang tengah kita alami saat ini. Tingkatkanlah sukacita itu kepada sebuah sukacita saat melihat ada orang lain yang diselamatkan, saat ada yang mengalami kuasa mukjizat Tuhan, menerima jamahanNya dan mendapat kesempatan menjadi manusia baru. Meski kita harus rugi karenanya, itu tidak apa-apa, karena sebuah hati hamba yang berisi kasih Allah seharusnya tidak memperhitungkan hal tersebut melainkan turut bersukacita menyaksikannya. Bukankah saat melihat langsung hal itu iman kita pun sedang ditumbuhkan? Pandanglah segala kerugian bahkan penderitaan itu sebagai suatu kehormatan.

Be joyful not only when you look at your life with faith but also when you see people being transformed by God

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker