Saturday, April 29, 2017

Henokh (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Imamat 10:3
========================
"..Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku..."

Ada yang sekedar kenal, ada yang dianggap teman, tapi ada yang namanya sahabat karib. Orang yang kita kategorikan sebagai sahabat karib tentu berbeda dengan teman biasa. Kata karib menggambarkan eratnya persahabatan yang sedekat saudara, atau bisa jadi bahkan lebih dekat daripada saudaranya sendiri. Dengan sahabat karib biasanya jika ada perselisihan atau perbedaan kita mudah menyelesaikannya. Itu karena kita percaya kepada mereka dan sudah mengenal mereka dengan sangat baik. Kita tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga kita tidak mudah tersinggung atau sakit hati apabila terjadi konflik.

Menariknya, seringkali seolah ada ikatan batin diantara dua sahabat yang karib. Mereka bisa saling tahu saat terjadi sesuatu pada sahabat dekatnya itu. Kepada sahabat karib-lah biasanya orang akan pertama kali mengadu, mencurahkan isi hati, berkeluh kesah dan bercerita bahkan mungkin mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi sekalipun. Terhadap seorang sahabat karib biasanya kita tidak lagi jaim karena biasanya sahabat karib bisa kita percaya dengan sepenuh hati. Seorang sahabat karib adalah tempat dimana kita bisa berteduh dalam duka, dan akan menjadi orang pertama yang ikut bahagia ketika kita berada dalam suka. Kepercayaan, pengertian, ada di saat kita butuhkan, keringanan hati untuk membantu, bahkan pengorbanan, itu menjadi hal-hal yang bisa kita peroleh dari seorang sahabat karib.

Kita tentu merasa beruntung kalau punya sahabat karib, karena kenyataannya tidak banyak orang yang bisa memilikinya. Teman mungkin banya dan mudah dicari, tapi sahabat karib itu tidak mudah. Kalau punya sahabat karib sesama manusia saja bisa membuat kita bahagia sekali, bagaimana kalau kita bisa bersahabat karib dengan Tuhan? Itu tentu tidak terbayangkan rasanya.

Pertanyaannya sekarang, apakah itu mungkin? Apa kita bisa bersahabat karib dengan Tuhan? Bukankah Tuhan sudah terlalu besar dan tidak lagi bisa dijangkau oleh kemampuan manusia? Benar, Tuhan memang Maha Besar dan tidak sebanding dengan manusia. Tetapi menjadi sahabat karib Tuhan itu bukanlah sesuatu yang mustahil melainkan sangat mungkin!

Alkitab mencatat dengan jelas dalam banyak ayat mengenai kedekatan yang begitu intim yang bisa terjalin antara manusia dengan Tuhan. Beberapa nama bahkan disebut secara jelas sebagai orang yang bergaul/bersahabat karib dengan Tuhan. Kalau kita mundur ke kisah penciptaan awal, Tuhan sejak semula merindukan manusia bisa menjadi sahabat karibnya. Sayangnya manusia jatuh dalam dosa sejak awal pula. Namun demikian, Tuhan tidak henti-hentinya menunggu kerinduan  yang sama dari manusia, yang begitu Dia kasihi, untuk datang kepadaNya dan bergaul akrab denganNya.

Dalam Alkitab kita mengenal tokoh bernama Henokh. Alkitab mencatat bahwa Henokh berusia 65 tahun ketika mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Metusalah. (Kejadian 5:21). Ayat selanjutnya tertulis sebagai berikut: "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi.." (ay 22a). Perhatikan bahwa Henokh dikatakan hidup bergaul dengan Allah selama 300 tahun lagi. Betapa luar biasanya sebuah hubungan kekerabatan yang akrab atau karib yang tidak lekang di makan waktu. Kita bisa melihat dari ayat ini bagaimana seorang Henokh mampu menjaga hubungannya dengan Sang Pencipta, hidup selaras dengan kehendak Tuhan sebegitu lama. Kalau kita 365 hari saja bisa seperti itu mungkin sudah hebat sekali. Tapi Henokh bisa melakukannya, bukan 365 hari tapi 365 tahun! Kesetiaannya teruji dalam rentang waktu yang begitu panjang, melebihi usia normal manusia.

Mungkin kita bisa berpikir bahwa pada saat itu godaan atau cobaan dari dunia tidaklah separah saat ini. Tapi saya percaya godaan duniawi selalu ada pada rentang waktu kapanpun, dimanapun. Bentuknya mungkin berbeda seiring perjalanan waktu, tetapi intensitas dan daya rusaknya saya kira sama saja. Setidaknya pada saat itu pun sangat berat. Saya yakin pada masa itu Henokh bukannya tidak mendapat cobaan dari berbagai keinginan duniawi yang bisa menariknya menjauh dari Allah, tetapi bedanya Henokh tidaklah terpengaruh dengan semua itu.

Fakta Alkitab menyebutkan bahwa Henokh tetap bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, dan itu disebutkan setelah ia menempuh hidup yang bergaul erat dengan Tuhan selama 65 tahun. Pada akhirnya kita tahu apa yang terjadi pada Henokh. Begitu akrabnya ia berhubungan dengan Tuhan, maka ia tidak sampai mengalami kematian. Henokh diangkat langsung dari dunia yang berlumur dosa ini menuju Surga untuk seterusnya bersama-sama dengan Allah. "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah." (ay 24). Penulis Ibrani kemudian menuliskan lagi mengenai Henokh. "Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:5). Perhatikan bahwa perilaku dan kesetiaan Henokh ternyata berkenan kepada Allah dan membuatnya mendapatkan perlakuan sangat istimewa dari Sahabat Karibnya yaitu Allah sendiri.

Selain Henokh, kita tahu bahwa Nuh pun mendapat pengakuan dan kehormatan yang sama dari Tuhan. "Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah." (Kejadian 6:9). Lantas Ayub: "seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku" (Ayub 29:4) dan tentu saja Daud yang kita tahu begitu mengenal Allah dan memiliki hubungan yang sangat dekat lewat berbagai tulisannya maupun seperti yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul: "Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah Para Rasul 13:22b). Mereka-mereka ini telah terbukti kualitasnya sehingga Tuhan pun berkenan untuk menjadi sahabat akrab yang bergaul karib dengan mereka.

Seorang sahabat karib yang akrab dengan kita tentu bukanlah sosok teman yang hanya mencari keuntungan dan kesenangan saja bersama kita. Mereka akan tetap setia bersama kita ketika kita mendapat musibah atau berbagai bentuk kesusahan. Mereka akan dengan senang hati membantu kita sedapat-dapatnya ketika kita dalam kesesakan. Bayangkan apabila hubungan sahabat karib dan seperti itu terjalin antara kita dengan Tuhan. Tapi ingat, selain segala sesuatu yang kita peroleh dari sahabat karib kita, kita sendiri pun punya peran yang akan sangat menentukan berhasil tidaknya hubungan kekerabatan itu terbangun sampai mencapai tingkatan karib.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker