Wednesday, August 19, 2015

Sekali Berarti, Sudah itu Mati (2)

(sambungan)

Life is actually really, really short. Musa berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Tujuh puluh tahun memang relatif. Ada yang beruntung punya masa hidup lebih dari itu, ada yang jauh di bawah itu. Tapi berapapun panjangnya umur kita, jelas itu sangat singkat dibanding fase selanjutnya yang  kekal yang menanti kedatangan kita. Apakah kehidupan kekal atau kematian kekal yang penuh siksaan mengerikan nantinya yang jadi bagian kita akan tergantung dari bagaimana cara kita menyikapi fase saat ini,.

Alangkah bodohnya kalau waktu yang singkat ini kita pakai untuk sibuk menumpuk harta dengan segala cara bahkan kalau perlu dengan cara-cara curang yang keji dan mengorbankan orang lain. Betapa bodohnya jika kita gila jabatan dan siap menghalalkan segala cara demi itu, mau terang-terangan curang pun tidak malu hanya untuk mengejar sesuatu yang masa berlakunya sangat singkat. Tidak peduli sebanyak apapun kita berhasil memperolehnya, tetap saja pada suatu ketika nanti semua itu ditinggalkan dan tidak akan bisa dibawa untuk berpindah ke fase berikutnya. Dan cara kita memperolehnya akan menentukan kemana pendulum hidup kita selanjutnya mengarah. Dan kali ini, itu berlaku kekal, tidak lagi fana seperti sekarang.

Yesus sendiri sudah berpesan agar kita menyikapi betul hal ini. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20). Seberapa jauh kita menyadari hal ini? Apakah kita saat ini masih termasuk orang yang menilai segala sesuatu hanya dari sisi uang atau harta saja, mementingkan sisi materialisme lebih dari segalanya atau tidak? Apakah kita masih menjadi orang yang hanya sibuk mengejar semua itu lantas melupakan panggilan kita, baik panggilan yang mendasar secara umum untuk menjadi terang dan garam, berkat bagi orang banyak dan mewartakan kabar keselamatan kepada orang lain maupun yang lebih spesifik sesuai dengan rencana Tuhan atas diri kita? Tuhan Yesus berkata: "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (ay 21).

Kembali kepada kata-kata Musa tentang singkatnya hidup di dunia tadi, selanjutnya Musa berkata: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Kita harus bisa menghitung hari dengan bijaksana, mempergunakannya secara bijaksana dan berpikir untuk melakukan hal-hal berarti dengan bijaksana pula, karena waktu untuk melakukan itu sesungguhnya singkat. Janganlah tergoda untuk mengejar kenikmatan yang fana. Mabuk terhadap harta, jabatan atau hal-hal lain yang sering dipercaya dunia dapat mendatangkan kebahagiaan bagi semua orang. Apalagi jika untuk memperoleh itu semua kita lalu tega untuk melakukan cara-cara curang dan jahat yang merugikan, baik bagi orang lain apalagi terhadap kehidupan bangsa dan negara. Tidak satupun dari itu yang abadi. Cepat atau lambat kita akan meninggalkan itu semua.

Apa yang penting untuk kita ingat adalah mengisi setiap detik kehidupan kita dengan hal-hal yang bermanfaat untuk masa depan kita kelak di fase berikutnya yang kekal, berbuat sebaik-baiknya seperti untuk Tuhan, memuliakanNya lewat memberkati banyak orang lain lewat karya-karya kita, dan tidak menyia-nyiakan atu membuang-buang waktu untuk itu. Ketika Tuhan memberkati kita dengan kekayaan, pergunakanlah sebagian dari itu untuk membantu sesama, ketika kita diberikan berkat atas jabatan, muliakanlah Tuhan dengan itu dengan hikmat dan kebijaksanaan yang mencerminkan kita sebagai murid Kristus sejati. Jadilah orang yang menghasilkan karya-karya berarti sesuai panggilan sebelum ajal menjemput. Let's make Him proud with everything we do today and tomorrow!

Life is short, make it amazing

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...