Thursday, August 27, 2015

For Everything There's a Season (1)

Ayat bacaan: Pengkotbah 3:1
=======================
"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya."

Tepat disamping rumah saya ada tanah kosong yang tidak diurus lagi oleh pemiliknya selama bertahun-tahun. Tanahnya cukup luas dan penuh semak dengan rumput yang sudah tinggi sekali. Belum lama ini ada seorang warga desa yang berpikir untuk memanfaatkan tanah tersebut menjadi lahan bercocok tanam, selagi tanah memang tidak dipakai oleh si pemilik. Selama beberapa hari ia memotong rumput-rumput disana, membersihkan tanah seluas 200 meter itu sendirian. Setelah rumput dan semak ia tebas, ia kemudian mencangkul dengan tujuan agar tanahnya menjadi gembur dan siap tanam. Kalau dihitung-hitung, ia butuh waktu sekitar seminggu untuk mengerjakan itu. Lantas ia mulai menanam bibit-bibit disana, dan rajin menyiram dengan menggunakan gembor yang terbuat dari plastik. Ia harus bolak balik menenteng gembor berat berisi air untuk menyiram benih yang ia tanam di lahan tersebut. Seminggu kemudian saya mulai melihat apa yang ia tanam ternyata kangkung. Kurang lebih sebulan berikutnya, kangkungnya sudah siap panen. Selain ia jual, sebagian lagi ia bagikan ke tetangga, termasuk saya yang berada tepat disamping lahan kosong yang ia manfaatkan tersebut.

Life is a process. Hidup adalah bagian dari proses. Kita lahir, tumbuh, dewasa lalu tua dan kemudian meninggal. Agar bisa bekerja kita belajar sejak kecil, menimba ilmu baik yang formal maupun informal, termasuk tambahan-tambahan keahlian tertentu seperti pengoperasian komputer, bahasa dan sebagainya. Dalam bekerja kita mulai dari bawah dan kemudian berusaha menapak naik ke tingkatan yang lebih tinggi. Ada kalanya profesi mengalami stagnasi atau malah menurun, tapi dengan usaha keras kita kemudian naik kembali. Bapak warga desa tadi tidak akan memanen kangkung sebegitu banyak kalau tidak membersihkan lemak, menggemburkan tanah, menanam bibit dan merawatnya. Pendek kata, semua dalam hidup ini merupakan bagian dari proses. Bagai roda pedati, ada kalanya kita di atas, ada pula saatnya kita dibawah. Dari pengalaman saya, masa-masa sukar ketika kita seolah sedang berada di titik terbawah roda pedati, disana kita justru bisa belajar banyak. Belajar hal baru, belajar lebih sabar, tabah, dewasa dan bijaksana.

Sayangnya, orang semakin lama semakin menginginkan hasil instan. Semakin lama semakin sedikit yang menghargai proses. Jika itu yang diinginkan, tidaklah mengherankan kalau orang menjadi semakin cepat putus asa. Cepat menyerah, cepat kehilangan harapan, gampang panik, lekas emosi dan mudah goyah. Sedikit saja hidup terguncang, semua langsung runtuh. Tidak ada kekuatan iman yang bisa menopang, dan seringkali itu berawal dari pola pikir yang maunya serba instan, pakai cara gampang dan tidak mau susah melewati proses.

Pernahkah anda merasakan bahwa anda sudah berbuat yang terbaik, namun tidak mendapatkan hasil yang terbaik? Anda sudah mati-matian belajar, tapi hasilnya jelek. Anda sudah mati-matian bekerja, tapi belum mendapatkan imbalan memadai, atau jangan-jangan malah kena PHK. Anda tidak melakukan kesalahan, tapi anda dipersalahkan. Anda sedang menikmati zona nyaman dalam hidup anda, tiba-tiba semua seakan-akan diambil dari anda, dijungkirbalikkan, dan dalam sekejap mata anda berada dalam keadaan yang sebaliknya. Hal seperti itu bisa terjadi kapan saja pada siapa saja. Ada saja waktu-waktu dimana kondisi sulit yang rasanya tidak sebanding dengan apa yang telah kita lakukan dengan sebaik-baiknya datang menerpa kita. Sebagian orang akan patah semangat bahkan merasa pahit untuk melanjutkan usahanya, tapi kalau kita melihat itu sebagai bagian dari proses, kita akan mempergunakan masa-masa itu untuk belajar banyak. Pada suatu hari nanti kita akan tersenyum ketika menyadari bahwa itu adalah sebuah proses kehidupan yang bisa mendewasakan, menguatkan dan menebalkan iman kita.

Di dalam Pengkotbah ada rangkaian ayat yang bagi saya selalu terasa sangat menarik. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). There's a season to everything, and a time for every matter or purpose.

"Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai."(ay 2-8).

(bersambung)


No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...