Thursday, August 20, 2015

Sabar

Ayat bacaan: Ibrani 6:11-12
====================
"Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah."

Bersabar termasuk hal yang paling susah untuk dilakukan. Itu kesimpulan yang saya dapat dari mengamati begitu banyak orang selama bertahun-tahun. Bagai penyakit, masalah ketidaksabaran menyerang siapapun termasuk orang-orang percaya yang seharusnya memiliki iman yang lebih kuat. Ada seorang yang saya kenal sudah melayani sangat lama, lantas mulai melebarkan sayap ke dunia musik sekuler. Ide awalnya keren, ingin menjadi berkat bagi orang banyak seiring dengan menjalani panggilan sebagai pemusik. Sayangnya, semakin lama orientasinya semakin melenceng. Ia menjadi orang yang mengejar uang, tidak sabaran dan terus mencari kambing hitam saat bertemu dengan kendala meski kecil. Ia tidak lagi melibatkan Tuhan melainkan mengikuti pola dunia yang selalu butuh sogokan agar urusan lancar, seperti yang dilakukan oleh hampir semua radio jika ingin lagu dari band itu diputar di stasiunnya. Gelisah, cemas, resah, bahkan kalang kabut. Galau, mood tidak stabil dan kemudian menyerang kesana kemari. Ini sesuatu yang seharusnya tidak terjadi terhadap orang yang mengenal prinsip Kerajaan, tahu bagaimana hati Bapa dan menyerahkan hidup dan profesi ke dalam tanganNya. Ia menjadi orang yang gampang menyinggung orang lain lewat sikap buruknya, berpikiran negatif, menuduh dan mudah tersulut emosi. Ia mulai kehilangan teman satu demi satu, tidak lagi bergembira dalam berkarya dan hingga saat ini karirnya melempem tanpa pencapaian berarti sementara uang sudah ludes akibat membayar sogokan sana sini.

Satu hal yang bisa jelas terlihat adalah, saat karir dan aspek-aspek kehidupan lainnya sudah berpindah dari penyerahan sepenuhnya pada Tuhan kepada pengandalan diri sendiri untuk mengejar segala yang diiming-imingkan dunia, kita akan menjadi orang yang gelisah bahkan panik. Kesabaran pun dengan sendirinya lenyap dari diri kita. Tidak ada lagi faktor Tuhan dan waktunya Tuhan yang dilibatkan, tidak ada lagi kesabaran dalam menantikan datangnya segala yang dijanjikan Tuhan, semua dipusatkan pada keinginan diri sendiri untuk mengejar hal-hal yang sudah melenceng dari cara pandang Kerajaan. Pendek kata, Tuhan disingkirkan, digantikan dengan kedagingan seperti kekayaan, popularitas, reputasi di mata orang dunia dan sebagainya. Jika itu yang terjadi, dalam banyak kasus kegagalan dan kehancuran lah yang kemudian datang menerpa.

Sudah terlalu sering saya menyaksikan orang-orang yang sebenarnya mengetahui panggilan, mengenal kebenaran, para pekerja keras, orang dengan potensi dan bakat besar akhirnya harus gagal menerima bagiannya karena terjebak pada sistem ketidaksabaran yang dianut oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Semua pengennya serba instan, semua harus segera menghasilkan dengan cara apapun, tidak peduli soal benar atau tidaknya jalan yang diambil. Sabar berarti lamban, sabar berarti buang waktu, semua harus buru-buru. Kalau kita sudah seperti itu, artinya kita sudah sangat jauh melenceng dari prinsip Kerajaan untuk menerima apa yang sudah direncanakan tuhan bagi kita.

Dalam iman kekristenan, kesabaran merupakan faktor yang mutlak untuk kita cermati. Ada banyak orang yang sebetulnya sudah berjalan dengan iman, menerapkan hidup kudus dan taat, tetapi ketika apa yang diharapkan sepertinya lambat untuk datang, terutama ketika kita memakai ukuran waktu yang kita inginkan, ketidaksabaran kita bisa mengarahkan kita kepada jalan-jalan yang keliru. Ketika kita sudah mencoba berjalan dengan iman tetapi tangan Tuhan terasa tidak kunjung turun untuk melepaskan anda dari berbagai masalah, apa yang akan kita lakukan? Ini sebuah pertanyaan yang mungkin baik untuk kita tanyakan pada diri sendiri. Apakah kita masih akan terus berjalan dengan pengharapan penuh tanpa putus asa, atau kita sudah panik mengejar semua yang tak pasti dan semakin melenceng dari kebenaran? Apakah kita sudah melupakan Tuhan dan tergoda untuk menyerah atau bahkan mengambil alternatif-alternatif yang bertentangan dengan Firman Tuhan?

Firman Tuhan yang saya pakai sebagai ayat bacaan hari ini menggambarkan dengan jelas bahwa bukan saja iman yang penting dalam urusan menerima janji-janji Tuhan, tetapi faktor kesabaran pun tidak kalah pentingnya. Apakah itu berkat, pertolongan, pemulihan dan sebagainya, kedua faktor ini: iman dan kesabaran, akan sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya kita memperoleh janji-janji Tuhan. Penulis Ibrani menggambarkannya seperti ini: "Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah." (Ibrani 6:11-12).

Dari ayat ini jelas kita lhat bahwa untuk mendapatkan bagian dari apa yang dijanjikan Allah, maka kita harus tetap memelihara keduanya. Iman dan kesabaran harus sama-sama kita perhatikan dengan seksama. Keduanya merupakan satu kesatuan penting yang saling berhubungan erat, tidak terpisahkan dan akan membuat perbedaan nyata jika diterapkan secara bersamaan.

Penulis Ibrani dalam ayat diatas menuliskan panggilan kepada kita semua agar memiliki kesabaran dan tidak mudah putus asa. Ada kalanya kita merasa waktu sepertinya tidak memlihak pada kita dan terasa berjalan jauh lebih lambat. Kita ingin langsung sukses tanpa proses, kita tidak lagi peduli pada yang namanya proses tapi hanya mengejar hasil. Kita berharap pertolongan Tuhan datang segera untuk melepaskan kita dari jerat masalah, tetapi ketika itu tidak juga kunjung terjadi, kita segera menuduh Tuhan tidak lagi peduli kepada kita. Kita pun kemudian menjadi begitu mudah kehilangan harapan lalu menyerah. Tapi perhatikanlah apa yang tertulis dalam Alkitab berikut ini:  "Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang." (ay 10).

Tuhan bukannya tidak adil, tidak peduli atau malah melupakan kita yang sudah belajar untuk patuh kepadaNya. Sama sekali tidak. Tetapi kita harus sadar bahwa bingkai waktu kita memang berbeda dengan waktunya Tuhan. Kita berpikir bahwa kitalah yang paling tahu, tetapi harus kita kethaui pula bahwa Tuhan tentu yang paling tahu apa yang terbaik buat kita. Jika kita sudah memastikan bahwa kita hidup seturut dengan kehendakNya dan sudah berjalan dengan iman, selanjutnya kita perlu memperhatikan pula untuk terus bersabar dan memastikan nyala pengharapan kita tidak padam. Sikap inilah yang bisa menjamin kita untuk tidak buru-buru merasa putus asa dan kehilangan harapan. Kesabaran akan mampu memperkuat dan menopang iman kita sampai kita memperoleh apa yang anda harapkan dari Tuhan.

Setelah kita merenungkan janji-janji Tuhan dan menanamnya dalam roh dan jiwa kita, kesabaranlah yang kemudian akan mendorong kita untuk terus bertahan. Kesabaran pada akhirnya akan membawa kita kepada sebuah kesimpulan bahwa firman Tuhan tidak pernah gagal. Kesabaran membuat kita tidak akan pernah melangkah mundur karena ketakutan, tetapi akan membuat kita terus maju dalam iman sampai kita memperoleh jawaban dari Tuhan. Kesabaran akan membuat kita tetap tenang berjalan dalam proses menuju keberhasilan tanpa harus tertipu disesatkan oleh dunia dan kita pun tidak harus kehilangan sukacita.

Dalam surat Yakobus kita menemukan ayat yang secara inspiratif mengingatkan hal yang sama. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7). Kita bisa belajar dari pengalaman begitu banyak tokoh dalam Alkitab maupun orang-orang yang sezaman dengan kita yang sudah membuktikan bahwa kesabaran mereka akan berbuah manis pada akhirnya, sebaliknya ada banyak pula tokoh yang akhirnya gagal karena ketidaksabaran mereka, meski pada mulanya mereka sudah memulai segala sesuatu dengan baik.

Adalah baik jika kita sudah berjalan dengan firman Tuhan, menerapkan hidup seturut kehendakNya dan mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam berbagai aspek kehidupan. Tapi lanjutkanlah itu dengan terus melatih kesabaran dengan tekun. Tetap gantungkan pengharapan sepenuhnya, teruslah pegang firman Tuhan dengan kesabaran dan iman. Pada saatnya nanti anda akan menerima penggenapan janji Tuhan sebagai sesuatu yang pasti.

"Patience is not the ability to wait but how you act while you're waiting" - Joyce Meyer

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...