Friday, April 24, 2015

Tanah Liat dan Penjunan

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Yesaya 64:8
======================
"Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu."

Secara umum seorang ibu tentu mengenal anaknya dengan sangat baik. Mereka tahu pribadi anaknya, kelemahan dan kelebihannya sehingga mereka biasanya tahu apa yang terbaik bagi anaknya. Seringkali seorang anak memberontak dan membantah nasihat ibu, tapi nanti pada akhirnya penyesalan akan datang dan mereka akan mengakui bahwa sebenarnya ibu memang benar. Saya dahulu lama belajar piano karena ibu saya percaya saya punya bakat musik. Saat memasuki masa puber, ada rasa risih yang timbul karena saya jadi laki-laki sendirian di tengah kumpulan murid perempuan. Saya berontak dan minta berhenti. Karena saya bersikukuh, ibu akhirnya terpaksa menyetujui. Tapi ia berkata: "ya sudah, berhentilah. Tapi nanti suatu saat kamu pasti menyesal." Kata-kata itu masih saya ingat sampai sekarang dan ia terbukti benar. Seandainya saya teruskan, saya sekarang sudah jadi pemain piano handal, dan itu sejalan dengan hobi saya di dunia musik. Dia sudah tahu sejak saya masih sangat muda, saya menyadarinya jauh setelah masa itu, setelah saya dewasa.

Tuhan mencurahkan hatiNya untuk membuat yang terbaik, dan merencanakan segala sesuatu yang terbaik pula bagi manusia, ciptaanNya yang teristimewa. Ketika semua ciptaanNya Dia katakan dibuat dengan sungguh amat baik, menyenangkan dan membanggakan hatiNya, manusia ternyata mendapat perlakuan khusus dalam proses pembuatannya. Kita diciptakan Allah secara istimewa dengan mengambil gambar dan rupanya sendiri (Kejadian 1:26-27) dengan mengambil bahan dasar tanah dan membuatnya hidup dengan menghembuskan nafas ke dalam hidungnya (2:7).

Ketika manusia jatuh dalam dosa, Tuhan menganggap penting untuk melakukan langkah atau misi penyelamatan dengan mengorbankan AnakNya yang tunggal agar tidak satupun dari kita binasa melainkan beroleh kehidupan kekal. (Yohanes 3:16). Kepada kita semua Tuhan sudah merencanakan yang terbaik, "... rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Artinya, Tuhan ingin memberi yang terbaik bagi kita, menjamin hidup orang-orang yang hidup seturut kehendak dan rencanaNya, baik dalam kehidupan pada fase dunia menuju keselamatan yang kekal, bersamaNya kelak di Surga. Jika melihat ini semua, alangkah ironis ketika manusia malah merasa lebih pintar dan lebih tahu apa yang terbaik bagi mereka. Berani melawan Tuhan, melanggar ketetapanNya dan melakukan apa yang Dia larang. Kalau Tuhan yang membuat kita, bukankah Dia seharusnya mengenal dan tahu segalanya tentang kita?

Siapapun kita, tak peduli sebesar apa kekuasaan atau kekayaan kita saat ini, jangan lupa bahwa kita tidaklah lebih dari sosok yang kata Alkitab hanya dibentuk dari tanah liat. Itu disebutkan dalam kitab Yesaya. "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu." (Yesaya 64:8). Dalam ayat lain Yesaya mengatakan bahwa manusia tidaklah lebih dari hembusan nafas semata, sehingga kita jangan pernah menaruh harapan terlalu tinggi pada sebuah figur atau sosok manusia. "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22). Dari kedua ayat ini kita bisa melihat bahwa sebagai mahluk ciptaan Tuhan kita tidak boleh meletakkan harapan kekuatan sendiri atau orang lain, tetapi sudah seharusnya kepada Tuhan, Bapa yang membentuk kita, hasil buatan tanganNya yang istimewa. Kita harus menyadari bahwa Tuhanlah yang berkuasa atas segalanya, dan kita hanyalah ciptaanNya yang dibentuk dengan tanah liat dan diberi nyawa lewat hembusan nafasNya sendiri. Dia sudah memberi rancangan atau rencana terbaik bagi kita hingga mencapai garis akhir menuju hidup yang kekal. Jika demikian, sangatlah keliru apabila kita hanya menggantungkan harapan kepada yang lain selain Tuhan dan merasa lebih tahu dariNya. Seharusnya kita mencari tahu apa panggilan kita, menjalani hidup sesuai sekuens Tuhan dan merendahkan diri kita agar Tuhan tetap ditinggikan atas apapun yang kita lakukan. Itu akan membuat kita bisa memiliki sebuah kualitas kehidupan yang tinggi, tidak mudah tergoncang, penuh damai sukacita tanpa tergantung pada situasi dan kondisi. Itu akan memampukan kita menuai segala rencana terbaik Tuhan atas kita.

Yeremia menyampaikan lebih jauh mengenai status manusia dibandingkan Sang Pencipta. Jika kita adalah tanah liat, maka Tuhan adalah Penjunan kita. Sebagai tanah liat tentu kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Tanah liat tidak pernah bisa mengatur pembuatnya untuk membentuk dirinya sesuai dengan keinginannya. Tapi si pembuatlah yang pasti mengenal jenis tanah liat dan seperti apa ia bisa dibentuk agar hasilnya bisa seindah mungkin. Demikianlah sebuah pelajaran yang dipetik oleh Yeremia lewat seorang tukang periuk. Dalam pembuka Yeremia 18 kita membaca bahwa Tuhan menyuruh Yeremia ke tukang periuk untuk mendapat pelajaran penting mengenai hakekat manusia dan hubungannya dengan Tuhan. "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." (Yeremia 18:4). Ini hasil pengamatan Yeremia. Lalu Tuhan berkata: "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!" (ay 6). Ya, Tuhanlah sang Pembuat, sedang kita adalah tanah liat yang berada di tangan sang Pembuat. Karenanya bukan segala kehebatan, kekuatan dan harta kita yang bisa membuat kita menjadi baik, berkelimpahan dan selamat, namun semata-mata karena kehebatan Tuhan membentuk kita-lah maka kita bisa menjadi bejana-bejana yang indah.

Jika Tuhan sebagai sang Penjunan atau sang Pembuat periuk/bejana, ia tentu tahu para "tanah liat" ciptaanNya dengan sangat baik dan tahu pula apa yang terbaik buat kita masing-masing. Kita hanyalah tanah liat yang tidak lebih dari hembusan nafas. Tidak seharusnya kita bersikap paling tahu melebihi Tuhan. Ingatlah bahwa di atas sana ada Tuhan, Sang Penjunan yang begitu mengasihi kita, tidak ingin satupun dari kita binasa dan sangat tahu apa  yang terbaik bagi kita. Kalau beigut cari tahu apa yang menjadi rencanaNya, dan hiduplah sesuai itu. Muliakan Tuhan dalam segala yang kita lakukan dan raih semua rencana luar biasa yang sudah Dia persiapkan bagi kita.

The One who made us knows what best for us more than anyone else

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker