Tuesday, April 28, 2015

Kearifan Kerajaan

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Efesus 5:15
===================
"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif"

Anda tentu sering mendengar istilah kearifan alam dan kearifan lokal. Meski sering didengar, tapi tidak terlalu banyak yang memahami artinya. Sebuah kearifan alam mengacu kepada bagaimana nilai kehidupan alam dan segala kebaikan yang menginspirasi kehidupan baik bagi alam itu sendiri maupun kepada mahluk hidup yang ada didalamnya, termasuk manusia. Sebuah kearifan lokal berbicara mengenai bagaimana karakteristik yang ada pada suatu daerah atau wilayah terbangun dari kekhasannya sendiri-sendiri yang menjadi sumber nilai dan inspirasi yang selama ini membuat mereka mampu membangun kehidupan selama berabad-abad.

Ada nilai-nilai kearifan yang bisa kita peroleh dari baik dari sebuah kultur atau budaya lokal maupun alam. Tapi jangan lupa bahwa Alkitab pun mengandung begitu banyak kearifan yang tentu akan membuat kita mampu memiliki karakter yang bercahaya di tengah kegelapan yang merajai dunia. Kata arif memang sempat menghilang dan baru kembali digunakan di berbagai media, tetapi sebenarnya kata ini tetap penting karena nilai yang terkandung di dalamnya.

Apa yang dimaksud dengan arif? Arif adalah sebuah karakter yang bijaksana, cerdik, pandai, berilmu sehingga paham mengenai kebenaran. Orang yang arif akan selalu mendasarkan pada kebenaran, berani mengakui kesalahan dan akan melihat segala sesuatu secara komprehensif, tidak aku-centris, tidak mementingkan diri sendiri dan mengacu kepada kebenaran. Mereka memiliki hikmat dan mengedepankan keadilan.

Sangatlah menarik apabila melihat bahwa Alkitab mengkomparasi antara bebal dan arif. Orang bebal itu artinya orang yang keras kepala, bandel, hanya peduli terhadap kepentingan diri sendiri dan mau menang sendiri. Mereka akan terus melakukan sesuka hati meski yang dilakukan itu salah. Tidak bisa ditegur, tidak suka diprotes dan tidak mau dinasihati. Itu bukanlah hidup yang mencerminkan Kerajaan Allah, dan sebagai warga Kerajaan kita tidak boleh seperti itu. Maka Paulus mengingatkan: "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif" (Efesus 5:15).

Ayat ini hadir diantara pesan Paulus agar kita hidup sebagai anak-anak terang. Anak-anak yang jadi penurut-penurut Allah (ay 1), hidup dalam kasih (ay 2), menjauhi percabulan, rupa-rupa kecemaran dan keserakahan (ay 3), menghindari perkataan kotor, kosong, sembrono dan tidak pantas (ay 4), tidak cabul, cemar (ay 5), tidak gampang disesatkan (ay 6) dan memperhatikan pertemanan (ay 7). Kita harus terus mengenal apa yang berkenan kepada Tuhan (ay 10), tidak ikut serta dalam perbuatan-perbuatan kegelapan (ay 11), mengoptimalkan penggunaan waktu dengan sebaik-baiknya (ay 16), mencari tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan (ay 17), tidak menuruti hawa nafsu dan mabuk didalamnya (ay 18) dan senantiasa mengucap syukur (ay 19-20) serta memiliki kerendahan hati (ay 21).

Rangkaian panjang dari pesan Paulus ini lebih dari cukup untuk menunjukkan seperti apa yang dikatakan hidup seperti orang arif itu. Jika tidak demikian, berarti kita hidup sebagai orang bebal, dan kehidupan kita sebenarnya tengah tidur atau mati. Hidup yang sia-sia, tawar, tanpa makna dan hanya mendatangkan masalah baik bagi orang lain maupun diri sendiri. Tapi orang yang hidup dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupannya secara seksama, itulah orang yang benar-benar hidup. Apabila kita melihat apa yang dikatakan pada ayat 14, kita bisa melihat bahwa orang yang arif adalah orang yang hidupnya memancarkan cahaya Kristus.

Orang yang hidupnya arif mengalami kemuliaan Tuhan dan memancarkannya kepada orang lain lewat pikiran perkataan dan perbuatan. Bercahaya bagai anak-anak terang ditengah kegelapan dan kemuraman dunia. Itu menjadi sebuah kewajiban dan harus mendapat perhatian serius secara seksama. Itulah hidup yang arif dan bukan hidup bagai orang bebal. Pertanyaannya sekarang, maukah kita hidup dengan kearifan Kerajaan atau kita terus membuang waktu hidup tanpa makna atau malah mengganggu orang lain?

Hidup menjadi penuh makna dan bermanfaat apabila kita hidupi dengan kearifan Kerajaan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

1 comment :

iamgraceangs said...

Renungannya selalu memberkati saya!

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker