Tuesday, April 21, 2015

Di Tepi Aliran Air (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Mazmur 1:1-3
===================
"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."

Saat musim kemarau ada banyak pohon yang beradaptasi agar tetap bertahan hidup dengan cara meranggas, menjatuhkan daun-daunnya agar asupan air bisa cukup untuk membuat pohon tetap hidup hingga kemarau berlalu. Beruntunglah pohon-pohon yang tumbuh di aliran sungai karena saat kemarau air masih bisa diperoleh dengan lebih mudah dibandingkan yang tumbuh di tempat lain. Pohon yang ada di tepi aliran sungai akan terus tumbuh subur dan menghasilkan buah dengan daun yang rimbun. Itulah kelebihan pohon yang ada di tepi aliran sungai atau air.

Itu kalau pohon. Bagaimana dengan kita, manusia? Apakah kita bisa menjadi manusia-manusia yang berada di tepi aliran sungai seperti halnya pohon-pohon yang beruntung itu, atau itu semua tergantung takdir? Kalau bukan takdir, apa yang seharusnya menjadi pegangan kita untuk sebuah kehidupan yang bisa dikatakan bahagia dan berhasil? Apa yang saya maksud dengan bahagia dan berhasil disini bukanlah secara sempit berbicara mengenai finansial seperti yang biasanya dipikirkan mayoritas orang ketika mendengar kata ini. Berhasil yang saya maksud berbicara dalam skala yang lebih luas dalam banyak aspek. Misalnya diberkati secara finansial tapi disertai kuasa menikmati. Setidaknya tidak berkekurangan, memperoleh berkat lewat pekerjaan atau profesi lalu menjadi saluran berkat bagi orang lain. Mengalami hidup yang terus berbuah tanpa tergantung situasi dan kondisi faktual, tetap berada dalam penyertaan Tuhan dan merasakan kuasaNya di saat keadaan sedang tidak berpihak pada kita. Keluarga yang bahagia, kehidupan penuh damai sejahtera bebas dari rasa takut dan berisi peningkatan-peningkatan signifikan seiring waktu dan sebagainya. Semua orang tentu merindukan bentuk kehidupan seperti itu, tapi sedikit saja yang bisa mendapatkannya.

Itu bukan tergantung nasib, dan bukan hanya diberikan kepada orang tertentu saja. Tuhan sangat ingin semua anakNya bisa merasakan hal seperti itu. Masalahnya ada banyak orang yang salah arah dalam mengejar keberhasilan. Ada yang mengandalkan orang lain, hanya bertumpu pada diri sendiri atau kepemilikan atas harta benda. Ada yang salah menempatkan prioritas, ada pula yang mencari untuk kepentingan-kepentingan pribadi. Semua ini seringkali terjadi karena mereka tidak tahu apa yang menjadi kunci utama sebuah keberhasilan, padahal Firman Tuhan sudah memberikan kunci itu ribuan tahun yang lalu.

Kuncinya ada di awal kitab Mazmur. Mari perhatikan ayatnya. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3).

Ayat ini secara jelas membeberkan rahasia untuk memperoleh hidup yang berhasil, yang seharusnya bisa kita jadikan pegangan agar bisa kita peroleh. Disamping itu, ayat ini juga membukakan sebuah kunci penting mengenai kehidupan yang berbahagia dan penuh dengan keberhasilan, sebuah bentuk hidup yang kita semua dambakan sekaligus yang Tuhan inginkan untuk kita miliki.

Mari kita lihat lebih jauh. Kita diingatkan untuk menjadi orang yang:
(1) tidak berjalan menurut orang fasik, artinya tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan gaya hidup dari orang yang tidak mengenal Tuhan
(2) tidak berdiri di jalan orang berdosa, artinya tidak ikut-ikutan melakukan dosa atau mencontoh perbuatan-perbuatan orang berdosa, dan
(3) tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, artinya tidak bergaul di kalangan orang-orang yang menghina Tuhan baik lewat ucapan maupun perbuatan.

Perhatikan bahwa kita hidup di dunia yang isinya penuh dengan orang-orang bertipe seperti orang fasik, pendosa dan pengejek. Dimanapun kita berada, kita akan mudah mendapati mereka. Yang sulit justru menemukan orang-orang yang menunjukkan sikap atau cara hidup sebaliknya. Karena tipikal buruk ini yang lebih banyak, maka kalau tidak waspada kita bisa terseret arus bergaul dengan mereka. Dan kalau tidak kuat, maka kita bisa ikut-ikutan seperti cara hidup mereka yang salah. Maka kalau mau berbahagia, kita harus mampu menghindari tipikal orang seperti itu.

Selanjutnya pada bagian berikutnya menyatakan apa yang seharusnya kita lakukan, menjadi orang yang:
(1) kesukaannya ialah Taurat Tuhan dan
(2) merenungkan Taurat itu siang dan malam.

Ini mengacu kepada sebuah keputusan untuk berakar pada perintah atau ketetapan Tuhan, selalu mendasarkan apapun yang kita kerjakan agar tidak melenceng dari ketetapan Tuhan itu alias menjadi pelaku-pelaku Firman secara nyata di dunia.

(bersambung)

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker