Ayat bacaan: Lukas 15:32
========================
"Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Bersukacita merupakan hal yang penting untuk dirasakan oleh semua orang percaya tanpa memandang apa yang terjadi saat ini. Sebuah sukacita sejati sesungguhnya berasal dari Tuhan dan tidak tergantung dari situasi dan kondisi yang tengah dialami. Saya bahkan menganggap sukacita sebagai sebuah kemampuan luar biasa yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Anda bisa bayangkan bagaimana hidup tanpa rasa sukacita. Suram, kelam, sedih, perih, itu tentu tidak enak sama sekali, apalagi kalau dirasakan berkepanjangan. Pada kenyataannya ada banyak orang yang tetap bisa bersukacita meski tengah mengalami berbagai bentuk masalah dalam hidupnya. Dari mana itu bisa terjadi? Tentu saja karena mereka merasakan keberadaan Tuhan dalam hidupnya. Sukacita akan jauh lebih mudah dirasakan saat hidup sedang berada dalam keadaan baik. Tanpa masalah berarti, tanpa problema, tanpa kendala. Baik ketika tidak mengalami masalah maupun karena merasakan kehadiran Tuhan, orang yang bersukacita akan mudah terlihat dari raut mukanya. Senyum merekah, hati riang dan hidup pun terasa ceria. Ini adalah reaksi normal dari orang yang sedang berbahagia, dan itu sangat wajar. Tapi sukacita seperti ini barulah sebuah sukacita yang saya sebut dengan sukacita pertama. Jika ada sukacita pertama, tentu ada sukacita kedua. Seperti apa bentuk sukacita kedua?
Injil Lukas pasal 15 menggambarkan sukacita kedua bukan hanya lewat satu atau dua, tapi lewat tiga perumpamaan. Mari kita lihat terlebih dahulu perumpamaan ketiga tentang anak yang hilang. (Lukas 15:11-32). Kisah anak yang hilang tentu sudah sangat familiar bagi kita. Meski demikian ada baiknya saya sampaikan sedikit seperti apa garis besarnya.
Secara singkat kisah ini menggambarkan seorang anak yang keterlaluan dengan meminta warisannya ketika sang ayah masih hidup. Uang tersebut lantas ia pakai untuk berfoya-foya, dan dalam waktu singkat ia jatuh miskin dan menderita. Ia menyesal dan memutuskan untuk pulang. Melihat kembalinya si bungsu, sang ayah langsung berlari menyambut dan memeluknya. Ia menyediakan pesta yang besar untuk merayakan kembalinya anak yang hilang. Semua bersukacita, kecuali abangnya, si anak sulung. Ia merasa cemburu karena adiknya yang durhaka ternyata lebih dihargai ketimbang dirinya yang selama ini selalu taat kepada ayahnya. Ia pun protes. Bagaimana reaksi sang ayah? Ayahnya menjawab begini: "Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali." (Lukas 15:32).
Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu bersukacita atas kehidupannya yang terjaga baik bersama sang ayah, tapi sayangnya sukacitanya hanya berhenti disana. Sukacitanya berhenti pada sukacita pertama yang berpusat pada kebaikan yang dirasakan diri sendiri. Si sulung tidak mampu melihat sebuah sukacita ketika adiknya yang hilang dan tadinya sesat sekarang kembali dengan selamat. Maka sang ayah kemudian mengingatkan bahwa sudah sepatutnya ia pun bersukacita karena adiknya yang telah mati menjadi hidup kembali, yang telah hilang telah didapat kembali. Inilah bentuk sukacita kedua, yaitu sukacita yang hadir dalam diri kita ketika melihat ada jiwa yang harusnya mati tapi menjadi hidup kembali, diselamatkan dari kebinasaan dan beroleh hidup yang kekal melalui pertobatan mereka.
Dua perumpamaan sebelumnya menggambarkan hal yang sama. Perumpamaan tentang domba yang hilang (Lukas 15:1-7) menunjukkan kepedulian Tuhan kepada jiwa yang hilang, bagaikan gembala yang akan bergegas meninggalkan 99 ekor domba yang sudah selamat demi mendapatkan satu jiwa yang sesat. "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?" (ay 4). Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira (ay 5) dan akan bersukacita karena jiwa yang hilang telah ditemukan kembali. (ay 6). Dan Yesus pun dengan jelas menggambarkan suasana yang terjadi di surga ketika ada seorang bertobat. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (ay 7).
Lalu perumpamaan berikutnya adalah mengenai dirham yang hilang. (ay 12-14). Jika seseorang memiliki 10 dirham lantas kehilangan satu diantaranya, tidakkah mereka berusaha mencari dirham yang hilang itu? (ay 8). Sukacita pun akan hadir ketika dirham yang hilang telah ditemukan. Dan kembali Yesus menggambarkan suasana yang terjadi di surga. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10). Semua perumpamaan dalam Lukas 15 ini menggambarkan sebuah sukacita pada tingkatan baru, bukan hanya berhenti pada sukacita ketika kehidupan kita diberkati Tuhan, tapi juga mengalami sukacita ketika ada jiwa yang bertobat, yang kembali selamat dari kesesatan. Seperti itulah sukacita kedua.
Dalam Roma 15 kita dapati firman Tuhan yang berbunyi "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1). Kita masing-masing haruslah mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya, menguatkan dan membangun mereka secara spiritual. Dalam bahasa Inggris kebaikan ini digambarkan dengan lebih lengkap: "his good and true welfare, to edify him (to strengthen him and build him up spiritually)"(ay 2). Bentuk kepedulian seperti inilah yang akan memungkinkan bangsa-bangsa berbalik memuliakan Allah dan menyanyikan mazmur bagi namaNya. (ay 9). Dan dengan demikian, bangsa-bangsa akan bersama-sama bersukacita dengan umat Allah. (ay 10). Tidakkah itu indah, ketika kita bisa bersama-sama memuliakan Tuhan bersama jiwa-jiwa yang kembali ke pangkuan Tuhan, menerima anugerah keselamatan dan menjadi bagian dari karya penebusan Kristus? Ini sudah sepantasnya menjadi sebuah hal yang bisa membuat kita dipenuhi sukacita.
Dalam kesempatan lain, mari kita lihat apa yang dikatakan Kristus. Kepada kita semua yang percaya telah diberikanNya kuasa untuk "menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19). Ini adalah sebuah pemberian yang luar biasa, bukan untuk gagah-gagahan atau pamer kekuatan, tapi adalah pemberian yang bertujuan agar kita semua diperlengkapi dalam menjalankan Amanat Agung, mewartakan kabar gembira untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Karena itulah Yesus kemudian berpesan: "Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." (ay 20). Jangan bergembira karena roh-roh jahat itu takluk, tapi bersukacitalah justru karena itu berarti nama kita tercatat di surga. Sebuah nama yang muncul dalam kitab kehidupan akan membuat seisi surga bersukacita, dan demikian pula seharusnya dengan kita.
Mampu bersukacita dan bergembira karena kehidupan baik yang dilimpahkan Tuhan kepada kita tentu sungguh baik. Itu sudah jauh lebih baik dari orang-orang yang terlena dalam kenyamanan dan lupa untuk bersyukur atas berkat-berkat yang disediakan Tuhan bagi mereka. Menikmati sukacita sejati yang berasal dari Tuhan dimana keadaan tidak lagi bisa mengganggunya juga tentu sangat baik. Tapi alangkah lebih baik lagi jika kita meningkatkan sukacita kita kepada sukacita berikutnya, yaitu sebuah sukacita yang hadir dalam diri kita ketika melihat adanya jiwa-jiwa yang diselamatkan. Sukacita Bapa adalah sukacita kita juga. Rindukah kita untuk mengalami sukacita kedua? Sudahkah anda tergerak untuk mewartakan keselamatan kepada sesama? Sesungguhnya kita memikul Amanat Agung untuk mewartakan kabar keselamatan bagi setiap orang, dan kita bisa membuat surga terus bersukacita bersama dengan kita jika kita melaksanakan apa yang diamanatkan Yesus kepada setiap orang percaya. Jangan berhenti hanya pada sukacita pertama, tapi tingkatkanlah kepada sukacita kedua.
Setelah bersyukur dengan sukacita pertama, tingkatkan dengan sukacita kedua
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, November 17, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lanjutan Sukacita Kedua (5)
(sambungan) Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment