Saturday, November 29, 2014

Indikator Kasih (2)

(sambungan)

Kalau hanya mengandalkan kemampuan sendiri tentu akan sangat sulit bagi kita untuk bisa mencapai kasih seperti tingkatan yang ditentukan Yesus dimana kita bukan lagi sekedar mengasihi orang lain seperti diri sendiri tetapi mengasihi sebagaimana Yesus mengasihi kita (Yohanes 13:34). Lalu bagaimana agar kita bisa memenuhi indikator-indikator di atas? Kuncinya, kita harus berjalan bersama Tuhan dan tetap dipenuhi Roh Kudus. Selama itu ada, kasih Allah akan hidup dalam diri kita. Dan itulah yang akan memampukan kita untuk memenuhi indikator-indikator kasih di atas.

Yohanes menghimbau kita untuk saling mengasihi dengan sebuah hubungan sebab-akibat yang sederhana.  "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." (1 Yohanes 4:7). Kita tidak bisa mengaku sebagai anak Allah yang mengenal Bapanya apabila kita tidak memiliki kasih dalam diri kita. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (ay 8). Dan Yohanes kemudian melanjutkan: "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita." (ay 11-12).

Kasih dalam kekristenan harus memiliki coverage area yang jauh lebih luas dari sekedar menyayangi orang-orang terdekat kita atau yang kita kenal baik. Artinya, ukuran kasih yang diwajibkan itu jauh lebih besar dari apa yang dipercaya oleh prinsip-prinsip dunia pada umumnya. Yesus sudah memberikan tingkatan yang harus kita capai dalam Yohanes 13:34 seperti yang sudah saya sebutkan diatas. Kita harus mengasihi seperti Yesus? Itu tingkatan atau level yang teramat sangat tinggi. Yesus bukan datang ke bumi untuk sekedar menyembuhkan banyak orang dan melakukan mukjizat-mukjizat dimana-mana saja, tetapi kasih yang dimiliki Kristus membuatnya rela untuk menjalani penderitaan dan kesakitan hingga mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan kita. Lewat karya penebusanNya kita dianugerahkan keselamatan, sebuah bentuk dari kasih karunia yang justru diberikan pada saat kita tengah penuh dosa. Paulus menyatakan hal itu lewat kalimat berikut: "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Waktu Yesus berkata "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13), Yesus sudah menerapkannya sendiri secara nyata. Sesuai dengan pesan Yesus tentang level kasih, maka kita diminta untuk bisa mencapai tingkatan tersebut. Kalau masih belum, setidaknya semakin mendekati dari hari kehari.  Ada banyak aspek di dalamnya yang bukan hanya sekedar menyampaikan ungkapan rasa cinta, tetapi juga mengandung pengorbanan, kerelaan untuk menderita dan kesanggupan untuk mengampuni. Sangat sulit, tetapi kasih seperti itulah yang seharusnya menjadi dasar hidup orang percaya.

Sejauh mana iman kita kita akan tergambar dari sejauh mana kasih bekerja dalam hidup kita masing-masing. Yesus telah mengingatkan kita untuk saling mengasihi, seperti halnya Dia sendiri mengasihi kita. Dan itulah yang akan bisa menunjukkan kualitas hidup sebagai murid Yesus. "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Kristus akan tergambar di dunia lewat perilaku dan perbuatan kita. Tanpa kasih, kita bukan saja akan mengalami banyak kerugian tetapi juga berpotensi mengenalkan sosok Kristus yang keliru. Lewat indikator-indikator ini, mari kita periksa sejauh mana kasih bekerja dalam diri kita. Sejauh mana kita sudah menerapkannya dan mana yang masih harus kita tingkatkan atau perbaiki?

Indikator kasih akan membantu kita menganalisa pencapaian dan pertumbuhan kasih agar bisa mencapai level seperti Yesus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Sukacita Kedua (7)

 (sambungan) Menempatkan diri dari sisi sang pemilik rumah, saya merasa ia sadar bahwa itu adalah bagian atau resiko dari pelayanan. Saat ki...