=====================
"Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam."
Ada sebuah pohon yang disebutkan dalam beberapa kesempatan di dalam Alkitab tapi kurang kita kenal dan jarang sekali disebut namanya, yaitu Pohon Badam. Pohon Badam merupakan pohon yang mampu tumbuh pada keempat musim. Bahkan ketika musim salju, ketika pohon-pohon lainnya kebanyakan meranggas, pohon badam mampu berbunga dengan indahnya. Bunganya yang putih berpadu dengan kemilau salju akan memberi kesan keindahan tersendiri bagi mata kita. Pohon badam ini juga seringkali diasosiasikan dengan pohon yang berbunga lebih awal, karena kemampuannya untuk berbunga disaat pohon-pohon lain masih "tidur" ketika musim salju tiba. Tidak banyak pohon yang bisa bertahan selama empat musim penuh dan terus berbunga, tetapi pohon badam memiliki kelebihan itu. Adalah menarik apabila pohon badam ini berulang kali disebutkan di dalam Alkitab, Tentu ada alasan tertentu mengapa pohon ini dipakai Tuhan dalam beberapa kesempatan untuk menyampaikan sesuatu bagi kita. Hari ini mari kita lihat sebuah kisah yang tertulis dalam kitab Yeremia. Ketika Yeremia mendapatkan tugas dari Tuhan, Tuhan memberikannya dua buah penglihatan. Yang pertama ia lihat adalah sebatang dahan pohon badam."Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam." (Yeremia 1:11). Apa yang ia lihat merupakan visi yang diberitahukan Tuhan kepadanya. Kita bisa mengetahui bahwa apa yang dilihat Yeremia itu memang benar dahan pohon badam, sebab kemudian Tuhan membenarkan apa yang ia lihat. (ay 12). Kemudian penglihatan kedua pun datang. "Firman TUHAN datang kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya: "Apakah yang kaulihat?" Jawabku: "Aku melihat sebuah periuk yang mendidih; datangnya dari sebelah utara." (ay 13). Jika penglihatan pertama terlihat indah, penglihatan kedua tidaklah demikian. Yeremia menyaksikan datangnya periuk yang mendidih dari utara. Ini menyatakan akan adanya malapetaka yang bakal menimpa penduduk yang jahat di mata Tuhan berasal dari utara. Bahkan Tuhan sendiri memberi penjelasan tentang penglihatan ini. "Lalu firman TUHAN kepadaku: "Dari utara akan mengamuk malapetaka menimpa segala penduduk negeri ini. Sebab sesungguhnya, Aku memanggil segala kaum kerajaan sebelah utara, demikianlah firman TUHAN, dan mereka akan datang dan mendirikan takhtanya masing-masing di mulut pintu-pintu gerbang Yerusalem, dekat segala tembok di sekelilingnya dan dekat segala kota Yehuda." (ay 14-15). Ini merupakan hukuman Tuhan atas segala kejahatan bangsa Yehuda yang sudah sangat keterlaluan pada masa itu. Lihatlah apa kata Tuhan selanjutnya. "Maka Aku akan menjatuhkan hukuman-Ku atas mereka, karena segala kejahatan mereka, sebab mereka telah meninggalkan Aku, dengan membakar korban kepada allah lain dan sujud menyembah kepada buatan tangannya sendiri." (ay 16). Menduakan Allah, itu fatal akibatnya. Bagi mereka yang jahat ini Tuhan menghukum dengan kemurkaanNya seperti periuk mendidih. Namun lihatlah di sisi lain, dahan pohon badam tersedia bagi Yeremia dan siapapun yang tetap teguh, taat dan setia kepada Tuhan. Tuhan mengatakan kepada Yeremia: "Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!" (ay 17). Inilah tugas Yeremia, menyampaikan bahwa saatnya sudah tiba bagi hukuman Tuhan untuk jatuh kepada bangsa itu atas kejahatan mereka. pesan Tuhan agar mereka segera berbalik dari kejahatan mereka, kembali kepada Bapa yang telah begitu banyak menunjukkan kasih dan kebaikanNya kepada mereka. Bertobatlah, agar jangan sampai periuk mendidih ini jatuh atas mereka. Janganlah periuk mendidih yang menjadi bagian mereka, tetapi hendaknya pohon badam, pohon yang terus tumbuh, berbunga dan berbuah empat musim penuh.
Saya tertarik untuk membandingkan ayat ini dengan apa yang tertulis pada awal kitab Mazmur. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Pohon badam memiliki karakteristik seperti itu. Ia tidak layu dan terus berhasil tumbuh meski dalam iklim atau musim yang berbeda. Dan kitab Mazmur ini memberikan kunci bagi kita agar bisa memiliki karakteristik yang sama, sama seperti seruan dari Tuhan yang diberikan kepada Yeremia untuk mengingatkan bangsa Yehuda pada saat itu agar bertobat.
Umat Tuhan yang benar seharusnya hidup seperti pohon badam. Di tengah badai apapun, ditengah kesulitan atau lingkungan yang tidak mendukungpun tetap bisa mengeluarkan tunas, berbunga dan berbuah. Seperti itulah gambaran umat Tuhan yang ideal, dan seperti itu pula sebenarnya Tuhan menginginkan kita. Tuhan sendiri telah menyediakan segala yang diperlukan agar kita bisa seperti itu. Dia siap untuk terus menggendong kita sampai tua, "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4), Tuhan bahkan siap untuk berperang bagi kita. "Janganlah takut kepada mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berperang untukmu." (Ulangan 3:22). Atau lihat pula apa yang dikatakan Yahaziel ketika ia dihinggapi Roh Tuhan dalam kitab 2 Tawarikh: "Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah." (2 Tawarikh 20:15). Tentu saja ada banyak lagi janji-janji Tuhan lainnya yang akan memampukan kita untuk terus tumbuh berbunga dan berbuah subur sepanjang musim yang akan luput apabila kita tidak tertarik untuk mencari tahu ribuan janji Tuhan yang terdapat di dalam Alkitab. Bagian mana yang akan hadir pada kita dari penglihatan Yeremia, apakah pohon badam atau periuk yang mendidih, semua tergantung dari keputusan kita sendiri dalam menjalani hidup. Oleh karena itu mari kita perhatikan baik-baik cara hidup kita. Sudah sejauh mana kita mengaplikasikan Firman Tuhan dalam hidup, sudah seberapa jauh kita taat dan setia kepadaNya. Itu akan sangat menentukan apa yang akan menjadi bagian kita, apakah pohon badam atau periuk mendidih.
Hidup bagai pohon badam, itulah yang diinginkan Tuhan untuk menjadi bagian kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Pernahkah anda merasa kecewa bahwa tidak ada satupun orang yang sepertinya mau mengerti anda? Saya pernah mengalaminya, dan terkadang masih juga merasakan hal itu pada waktu-waktu tertentu. Perasaan seperti ini bisa muncul ketika kita merasa semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing. Terkadang kita bisa merasa bahwa orang hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau tahu tentang kita. Dalam keluarga sekalipun hal seperti ini bisa kita rasakan. Orang tua terlalu sibuk, mereka hanya menginginkan anak mereka untuk mengikuti perintah mereka secara sepihak tanpa mau melihat apa yang menjadi masalah dalam diri anak-anaknya. Suami terlalu sibuk kerja sehingga tidak lagi punya cukup waktu untuk mendengarkan istrinya. Istri terlalu sibuk mengurusi rumah dan sebagainya sehingga tidak lagi punya waktu untuk suaminya. Teman-teman tidak mengikuti secara serius apa yang anda rasakan, atau bagai lenyap ditelan angin justru disaat anda membutuhkan mereka. Pendeknya, tidak ada orang yang mau mengerti, tidak ada yang peduli apakah anda sedang bergembira atau bersedih. "I'm nobody's child..nobody cares", ucap seorang teman di twitternya hari ini. Apakah anda termasuk orang yang merasakannya saat ini? Apakah benar sama sekali tidak ada satupun yang mengerti dan peduli?
Anda suka punya gigi ompong? Hampir pasti orang akan tertawa minimal tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tetapi hari ini teman saya bercerita bahwa anaknya malah bangga dengan gigi ompongnya. Bagaimana bisa? Itu karena dia mengatakan kepada anaknya bahwa ompong itu tanda menjadi dewasa, semata-mata agar anaknya tidak sedih ketika gigi susunya harus dicabut. Ternyata apa yang ia ajarkan itu membuat anaknya bangga. Si anak pun bercerita dengan bangga kepada teman-temannya bahwa ia sudah ompong, dan kata mamanya itu artinya ia sudah dewasa. Maka keesokan harinya datanglah salah seorang temannya yang tinggal dekat, dengan bangga pula memamerkan gigi ompongnya. Beberapa teman yang belum pun kemudian mereka tertawakan, karena dianggap masih kecil sebab giginya belum ada yang copot. Saya tertawa mendengar ceritanya, membayangkan anak-anak itu sibuk memamerkan keompongannya dan menganggap bahwa diri mereka sudah dewasa. Dan saya pun berpikir, hal yang sama dalam bentuk berbeda seringkali membuat kita tertipu. Betapa banyaknya tahayul atau kepercayaan-kepercayaan yang kita anggap benar padahal itu malah menjauhkan kita dari ajaran Allah yang sebenarnya.
Ketika masih kecil, ada salah satu jenis belalang yang saya sukai bentuknya karena terlihat seperti sedang memasang kuda-kuda kungfu. Saya pun menyebutnya belalang kungfu, yang belakangan saya ketahui disebut dengan praying mantis karena bagi sebagian orang belalang ini pun terlihat seperti melipat tangan mengambil posisi berdoa. Saya tidak tahu pasti apakah praying mantis tergolong belalang atau tidak, tetapi yang pasti postur fisik dan warnanya memang menyerupai belalang. Hewan ini termasuk jenis karnivora. Tidak seperti belalang biasa yang memakan tanam-tanaman seperti daun, gandum, serbuk bunga dan sebagainya, praying mantis memakan serangga-serangga lainnya seperti belalang biasa, lalat, kumbang atau bahkan laba-laba. Meski tergolong karnivora, sesungguhnya belalang ini pun tidak bisa dikatakan kuat. Ukurannya kecil dan begitu rawan dimangsa oleh predator-predator yang lebih besar seperti burung misalnya. Jika jenis yang karnivora ini saja sudah termasuk lemah, apalagi belalang biasa yang berlompatan di rerumputan. Ukurannya rata-rata lebih kecil dan tidak memiliki pertahanan apa-apa selain daya lompatnya yang cukup jauh dan bisa pula terbang. Bayangkan betapa lemahnya seekor belalang jika berada sendirian di lingkungan yang keras. Setiap saat ia bisa mati menjadi santapan pemangsanya. Bagi kita seekor belalang kecil dan lemah mungkin terlihat lucu. Tetapi apa yang terjadi ketika belalang secara beramai-ramai menyerbu pertanian? Hasil tani bisa ludes seketika. Bagi para petani, serangan belalang ini tergolong hama yang tidak boleh diabaikan. Berabad-abad lamanya serangan belalang ini mengancam penghasilan pertanian di berbagai belahan bumi. Bahkan di Alkitab kita pun bisa menyaksikan bagaimana dahsyatnya serangan yang dilakukan belalang jika berkelompok.
Pelanduk adalah sejenis mamalia yang berukuran kecil. Hewan ini masih tergolong keluarga rusa, tapi ukuran pelanduk dewasa kira-kira sama dengan kelinci. Hewan ini kecil dan lemah dan tidak memiliki senjata apapun yang bisa melindungi mereka. Mereka tidak memiliki tubuh besar, mereka tidak memiliki sistem pertahanan yang mumpuni, tidak memiliki bisa atau gigi-gigi yang tajam dan sebagainya. Bayangkan jika hewan berukuran kecil ini berkeliaran bebas di hutan belantara. Pelanduk akan dengan mudah menjadi santapan hewan-hewan lain yang lebih besar darinya. Burung elang misalnya, akan dengan mudah menyambar pelanduk dan memangsanya. Begitu pula ular, dan hewan-hewan buas lainnya. Lantas bagaimana pelanduk mampu melindungi dirinya? Ternyata pelanduk cukup bijaksana untuk membuat rumahnya di bukit batu. Pelanduk melindungi dirinya dari keganasan rimba dengan cara berlindung di balik bebatuan di bukit-bukit yang tinggi letaknya. Jika tidak demikian, rasanya mustahil bagi pelanduk untuk dapat bertahan hidup. Nalurinya menyadari bahwa dirinya akan jauh lebih aman jika berada di perbukitan berlindung di balik batu ketimbang berada di bawah dimana ada banyak predator yang siap memangsa mereka dengan seketika.
Jika anda tengah menonton televisi lalu ada orang yang mencabut kabelnya dari stop kontak, apa yang terjadi? Tentu televisi itu akan mati. Stasiun televisi yang tengah menyiarkan acara yang sedang anda tonton masih terus berjalan, tetapi anda tidak lagi bisa melihatnya karena tidak ada lagi listrik yang mengalir agar televisi bisa beroperasi. Sama halnya dengan berbagai peralatan elektronik lainya yang mengunakan listrik sebagai sumber dayanya. Ketika kabel tercabut, aliran listik yang menjadi sumber daya dari peralatan-peralatan itu pun terputus. Dan akibatnya alat-alat elektronik itu pun tidak lagi bisa berfungsi. Ada kalanya hal ini sepele, tetapi ada saatnya pula dimana terputusnya aliran listrik ini merepotkan kita. Beberapa hari yang lalu secara tidak sengaja kabel listrik laptop saya tercabut ketika saya menggerakkan kaki. Ternyata kabelnya tersangkut pada gerakan itu dan kemudian membuat kabel lepas dari stop kontak. Saya kebetulan tengah melepas baterainya karena sedang menggunakan listrik. Laptop mendadak mati, sedang ketikan yang sedang saya kerjakan belum disimpan. Maka saya harus mengulang lagi dari awal, dan itu cukup merepotkan dan memakan waktu ekstra yang tidak sedikit.
Kita mengenal beberapa hamba Tuhan yang benar-benar diberkati secara luar biasa dengan menjadi perantara Tuhan dalam melakukan berbagai mukjizat. Lewat mereka Tuhan bekerja memberi kesembuhan, pelepasan dan sebagainya. Menyaksikan semua ini bisa membuka mata kita akan kuasa Tuhan, betapa tidak ada yang mustahil bagi Dia. Hanya saja sangat disayangkan, ada banyak orang mendasarkan keimanannya secara sempit hanya pada mukjizat, keajaiban, hal-hal mustahil yang jadi nyata dan sebagainya. Jika tidak ada mukjizat terjadi, berarti Tuhan tidak ada, minimal sedang dianggap sedang tidak berada ditempat, sedang tidak peduli, atau malah menganggap bahwa mereka mungkin dianggap Tuhan tidak sepenting orang lain. Ada banyak orang juga yang bersikap apatis, merasa bahwa menjalankan amanat agung itu bukanlah tugas mereka karena mereka tidak mampu membuat mukjizat seperti halnya para hamba Tuhan dalam KKR-KKR besar dan sebagainya. Hanya mau melayani jika bisa membuat mukjizat, kalau tidak berarti itu bukan panggilan. Benarkah demikian?
Sambil duduk pagi ini saya mendengar sebuah lagu lawas milik Guns n Roses yang berjudul Patience. Saya tertarik mendengar salah satu bagian lagu itu yang berkata, "All we need is just a little patience.." Apa yang dikatakan bagian ini sesungguhnya benar. Seringkali apa yang menghambat kita bukan hal-hal lainnya tetapi justru kesabaran. Kita cenderung kurang sabar dalam melakukan atau menghadapi sesuatu, dan akibatnya kerugian pun datang, atau malah mungkin juga kita malah menambah masalah lain hanya gara-gara kurang sabar. Maka kesabaran menjadi sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk diterapkan. Hampir di setiap lini kehidupan kita bertemu dengan situasi-situasi dimana kesabaran kita harus diuji. Dan seringkali apa yang menentukan berhasil tidaknya kita melewati ujian-ujian itu adalah faktor kesabaran kita.
Ada sebuah iklan produk beberapa waktu lalu mempergunakan slogan yang tidak asing lagi untuk menyampaikan perubahan kemasan mereka. Slogan itu berbunyi: "Perubahan Itu Perlu". Sejauh mana perubahan itu dibutuhkan? Bayangkan apabila orang diam di satu titik saja, tidak ada inovasi, tidak ada perkembangan, semua berjalan datar dan hambar. Jika itu terjadi, maka kita tidak akan pernah bisa maju. Seorang penyanyi legendaris Indonesia pernah berkata: "Kalau kita tetap berpegang pada prinsip lama dan tidak memahami dengan apa yang sedang digandrungi di masa sekarang atau masa yang akan datang, niscaya perjalanan tersebut akan berhenti dan tidak akan bisa bertahan lama." Ini sebuah prinsip yang dipegangnya sejak awal, sehingga tidak heran ia tetap bisa berkarir dengan baik semenjak memulainya di pertengahan tahun 60'an. Hari ini ia masih aktif dan bersemangat bernyanyi di mana-mana, bahkan masih kerap dipanggil untuk tampil di luar negeri. Ini adalah buah dari prinsip hidupnya yang tidak pernah mau berhenti untuk belajar, berkembang dan berinovasi mengikuti perkembangan jaman.
Masalah bisa menyerang kapan saja dan dimana saja, bahkan bisa hadir pada saat yang tidak disangka-sangka.Reaksi akan hal itu bisa beraneka ragam. Ada yang kehilangan kontrol atas emosinya, kemudian meledak kemana-mana sehingga orang-orang di sekitar kita yang tidak bersalah menjadi korbannya, ada yang meratapi nasib tak kunjung henti, ada yang terus mengisinya dengan keluh kesah dan sebagainya. Ada kalanya pula masalah itu hadir sedemikian sulitnya sehingga membuat kita tidak mampu berkata-kata lagi. Untuk berdoa pun bisa bingung, karena beban berat itu membuat kita sulit merangkainya dalam bentuk perkataan. Seperti yang kita lihat kemarin, ternyata Daud pun pernah mengalaminya. "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat." (Mazmur 39:3).Kita tahu bahwa Tuhan sanggup, kita tahu kuasa Tuhan itu sungguh besar, namun kita tidak tahu bagaimana menyampaikannya karena kita sudah tidak lagi bisa berkata-kata. Atau kita tahu Tuhan itu Maha Tahu, tapi kita merasa kurang lengkap jika kita tidak mengatakannya. Ini seringkali jadi permasalahan banyak orang, terutama yang tengah ditimbuni beberapa persoalan berat sekaligus seperti teman saya tadi. Lidah serasa kelu, kita tidak lagi bisa berpikir jernih dan mulai gelisah bahkan stres. Sesungguhnya Tuhan mengerti mengenai hal ini, dan Dia pun telah menyediakan solusi yang bisa membantu kita dalam menghadapi persoalan, terutama persoalan berat yang membuat kita tidak lagi bisa menyampaikannya.
Mengalami tekanan beban masalah bertubi-tubi akan terasa sangat menyiksa, apalagi jika masalah itu seolah betah tinggal pada kita untuk jangka waktu lama. Belum beres satu masalah, masalah lain datang, perginya pun tidak cepat. Kita bisa gelagapan, kalang kabut, stres atau menjadi sangat labil. Lama kelamaan kita merasa muak dengan situasi yang sedang kita hadapi. Kita marah, kehilangan kontrol, mengamuk, meradang penuh emosi, rasanya ingin memberontak keluar dari keadaan yang sudah terlalu menyesakkan kita. Dalam keadaan seperti itu tenaga kita terkuras, mental kita pun bisa anjlok ke titik terendah. Jangankan masalah, pekerjaan yang menumpuk tak habis-habisnya saja bisa membuat kita kehlangan kontrol diri seperti ini. Ada kalanya saya pun merasakannya disaat tugas-tugas mengalir deras bak air bah menerpa saya. Ada kalanya saya ingin berteriak, "I'm fed up, I need a break!" Dalam banyak bentuk perasaan seperti ini bisa kita alami. Mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang lain, orang-orang yang menyebalkan yang bagai tak punya hati terus mengusik kita, orang-orang yang kita anggap dekat ternyata mengecewakan kita atau malah menusuk dari belakang dan banyak lagi. Di saat seperti ini, ketika anda merasa sangat marah terhadap kondisi yang anda rasakan saat ini kita rawan mengambil tindakan yang salah yang pada suatu ketika bisa kita sesali. Emosi yang tidak terkontrol bisa lepas menerkam orang yang tidak bersalah. Kita pun beresiko mengalami berbagai serangan penyakit jika dibiarkan terus menerus. Setidaknya, sukacita akan hilang dari diri kita. Tidak baik bagi kita sendiri, tidak baik juga buat orang di sekitar kita, padahal mereka tidak salah apa-apa. Ada kalanya pula tekanan-tekanan itu membuat kita tidak lagi sanggup berkata apa-apa. Lidah terasa kelu, kita hanya bisa terdiam membisu karena tidak tahu lagi harus bagaimana. Daud pernah mengalaminya, "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat." (Mazmur 39:3). Jika hal-hal seperti ini yang tengah menimpa anda hari ini, mungkin inilah saat yang paling tepat untuk mengambil sebuah tindakan penting. Dari pada terus berteriak, mengeluh, mengaduh, menangis atau malah melakukan tindakan-tindakan yang didasari emosi hinga merugikan diri sendiri dan orang lain, ada baiknya kita memilih untuk melakukan sebaliknya, yaitu memilih untuk diam dan mengingat Bapa, Sang Pencipta yang begitu mengasihi kita.
Bagus tidaknya sebuah tim sepakbola bukan hanya tergantung dari satu dua pemain, melainkan bagaimana kerjasama tim sebagai suatu kesatuan. Benar bahwa ada beberapa pemain kunci yang akan sangat menentukan aliran serangan dan kekuatan pertahanan, tetapi mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa jika pemain lainnya bermain buruk. Ada pula yang dikenal dengan "pemain keduabelas" yang tidak lain adalah penonton. Dukungan dari suporter atau penonton ini sering pula memberi nyawa tambahan tersendiri bagi tim yang bermain. Semua itu adalah satu kesatuan, satu unit, yang saling bersinergi satu sama lain untuk mencapai kesuksesan. Dalam perkembangan musik pun demikian. Saya bergelut di dunia musik dari sisi media mengetahui dengan pasti bahwa jika semua elemen di dalamnya berjalan sendiri-sendiri, maka tidak ada yang bisa kita capai. Musisinya luar biasa, tetapi jika tidak ada pihak media yang mendukung dengan serius maka mereka tidak akan bisa menapak naik. Sebaliknya untuk apa media musik seperti saya tanpa musisi yang punya kemampuan baik? Elemen-elemen lainnya seperti event organizer, promotor, manajer termasuk juga fans dan keluarga pun harus turut ambil bagian mengerjakan bagiannya masing-masing. Hanya dengan itulah kita bisa mencapai sesuatu hasil yang baik.
Seorang teman pada suatu kali bercerita bahwa ia dikatakan sebagai ayah tanpa kejutan oleh anak-anaknya. Semua yang ia lakukan sangat terpola, dalam memberi pun demikian, sehingga anak-anaknya sudah bisa mengetahui apa yang akan ia berikan sebagai hadiah kepada mereka. "Itu sama persis dengan apa yang dikatakan istriku.." katanya sambil tertawa. Teman saya itu memang termasuk orang yang teratur, terpola atau seolah "terprogram" sehingga orang mudah membaca dirinya meski belum terlalu lama mengenalnya. Buat saya ini menunjukkan bahwa manusia cenderung suka mendapatkan kejutan, terutama dalam momen-momen istimewa dalam kehidupannya. Hadiah yang tak terduga atau surprise party misalnya dalam hari ulang tahun, biasanya akan membawa sesuatu yang berkesan bagi sang penerimanya. Kejutan yang menyenangkan ini tidak selalu harus berharga mahal, karena seringkali hal-hal kecil seperti sekuntum bunga, sebuah puisi atau kehadiran disaat tak terduga pun bisa menjadi kejutan yang tidak akan mudah mereka lupakan. Coba perhatikan wajah anak-anak ketika mendapat hadiah kejutan dari orang tuanya atau ketika mereka tiba-tiba diajak berlibur ke sebuah tempat yang mereka sukai. Mata mereka akan berbinar, senyum mengambang dan seringkali akan disertai sorak dan tawa dari mereka saking riangnya. Mereka akan mudah menangkap rasa sayang kita lewat kejutan-kejutan yang menyenangkan seperti itu.