Tuesday, October 4, 2011

Mengetahui Potensi Diri

Ayat bacaan: Markus 6:38
================
"Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!"

potensi diriOrang boleh belajar setinggi langit, tetapi itu tidak menjamin mereka mengetahui potensi diri mereka. Saya mengenal banyak orang yang sudah melalui jenjang pendidikan tinggi tetapi mereka tidak kunjung menghasilkan apa-apa. Hidupnya tetap tidak produktif bahkan sebagian masih bergantung kepada orang tuanya. Ada seorang teman lagi yang terus melanjutkan pendidikan bukan karena ia ingin lebih pintar atau mendapat kesempatan kerja lebih baik, tetapi malah untuk mengelak dari bekerja. Setidaknya dengan terus belajar, ia punya alasan untuk tidak melamar kesana kemari dan menghindar dari desakan orang tua untuk mencari pekerjaan. Begitu kira-kira pikirannya seperti yang ia katakan kepada saya. Tetangga saya hari ini didatangi temannya yang mempunyai anak yang sebentar lagi harus menentukan jurusan apa yang akan ia ambil di Perguruan Tinggi. Ia bercerita bahwa anaknya mengaku bingung mau jadi apa, sehingga bingung pula harus mengambil jurusan apa. Dan kita pun bertemu dengan banyak orang seperti ini, jangan-jangan kita sendiri pun demikian. Banyak orang memilih jurusan bukan karena mengetahui tujuan mereka, melainkan karena desakan orang tua, ikut teman atau asal pilih saja. Akibatnya ada banyak orang kemudian salah jurusan dan menjadi tidak tentu arah setelah tamat kuliah. Ada banyak peluang sebenarnya di dunia ini, tetapi kebanyakan orang mengeluh sulit mencari pekerjaan. Di satu sisi memang benar, jumlah lulusan akademis jauh lebih besar di banding peluang mendapatkan pekerjaan, tetapi itu bukan berarti bahwa kita tidak bisa membuat terobosan-terobosan dengan memanfaatkan peluang lainnya selain melamar. Seperti yang pernah saya bilang, sebuah penelitian menyebutkan bahwa ada 4000 peluang lewat di depan mata kita setiap hari. Setiap hari 4000, sebulan sudah berapa? Tanpa mengetahui potensi diri, akan sulit bagi kita untuk melihat yang mana dari 4000 peluang perhari itu yang bisa kita ambil untuk menjadi sukses.

Tidak mengenali potensi diri sendiri menjadi permasalahan umum begitu banyak orang. Banyak diantara mereka yang merasa kecil dan tidak mampu dalam banyak kategori pula. Banyak yang mengukur dirinya terlalu rendah dibanding potensi mereka yang sesungguhnya. Tuhan menciptakan kita begitu lengkap. Bukan saja organ tubuh, bukan saja nafas kehidupan, tapi Tuhan telah mempersiapkan rancanganNya yang terbaik bagi kita untuk mencapai hari depan gemilang seperti yang telah Dia katakan dalam Yeremia 29:11. Lebih dari sekedar mengaku telah menyiapkan rancangan yang terbaik, Tuhan pun  telah melengkapi kita dengan talenta-talenta khusus lengkap dengan keunikan dan kemampuan yang berbeda-beda bagi setiap orang. Seharusnya kita bisa mulai berbuat sesuatu dengan bakat-bakat kita. Seharusnya kita bisa menggenapi rencana Tuhan lewat talenta yang telah Dia anugerahkan kepada kita. Seharusnya kita bisa terhubung dengan orang-orang lain, saling melengkapi untuk melakukan terobosan-terobosan besar bersama-sama. Sayangnya yang sering terjadi seringkali sebaliknya. Banyak diantara manusia hanya duduk diam lalu mengeluh macam-macam. Mereka mudah merasa iri dengan kemampuan orang lain dan sibuk mengutuki orang lain atau dirinya sendiri. Padahal jika saja mau melihat potensi diri, pasti ada sesuatu yang bisa diolah dan menghasilkan kesuksesan, karena Tuhan telah membekali setiap kita dengan talenta masing-masing. Mungkin tidak pintar jualan tapi pintar bertukang, mungkin tidak bisa memasak tapi mengerti banyak urusan komputer, tidak pintar berbicara, tapi hebat menyusun strategi, tidak suka politik tapi cekatan bekerja, dan lain-lain. Apapun itu, sesuatu yang anda miliki bisa sangat bermanfaat jika diolah. Adakah gunanya untuk terus merasa bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri? Adakah gunanya kita terus mengeluhkan kekurangan tanpa memandang kelebihan diri sendiri? Ingatlah bahwa tidak ada orang yang mampu melakukan segala sesuatu atau memiliki segalanya. Karena itulah Tuhan memberikan talenta yang berbeda-beda agar kita semua bisa sukses, saling melengkapi satu sama lain dan kemudian memuliakan Tuhan di bidang kita masing-masing. Peluang untuk sukses? Itu selalu ada biar bagaimanapun. Semua orang berpeluang untuk sukses. Saya tidak percaya bahwa ada orang yang sial betul direncanakan Tuhan sejak semula untuk gagal total dalam hidupnya. Apa yang penting adalah mengetahui kemampuan atau potensi kita sendiri, kemudian mengasahnya agar lebih tajam, dan terus meletakkannya dalam doa agar langkah demi langkah tetap berada dalam rencana Tuhan. Dikuasai ketakutan, kekhawatiran, keraguan dalam mengambil sikap dan sebagainya, termasuk mengukur diri terlalu rendah merupakan hal yang harus kita atasi, agar kita tidak membuang atau menghalangi segala berkat yang akan dicurahkan Tuhan dengan sia-sia.

Dari kisah Yesus yang menggandakan lima roti dan dua ikan kita bisa melihat seruan Yesus agar kita berhenti mengeluh dan memeriksa terlebih dahulu apa yang ada pada kita. Ketika itu ada 5000 orang pria belum termasuk wanita dan anak-anak yang ikut denganNya untuk mendengar pengajaranNya. Masalah muncul ketika hari sudah larut malam dan mereka semua belum makan sama sekali. Dalam Markus 6:37 Yesus memerintahkan murid-muridNya untuk memberi semuanya makan. Reaksi murid-muridNya? Mereka terlebih dahulu mengeluh sebelum mulai berbuat apa-apa. Mereka langsung melihat kesulitan ketimbang memeriksa terlebih dahulu apa yang ada pada mereka. "Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" (ay 37b). Dan lihatlah jawaban Yesus. "Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" (ay 38a). Dan setelah memeriksa, mereka pun kemudian mendapati ada lima roti dan dua ikan (ay 38b) yang dimiliki seorang anak yang ada disana. Yesus tentu bisa mendatangkan hujan roti dari langit. Itu tidaklah sulit bagiNya. Tetapi Dia tidak melakukan itu. Yesus lebih senang meminta kita untuk memeriksa terlebih dahulu apa yang ada pada kita, dan dengan berkatNya semua itu bisa Dia berkati menjadi berlimpah-limpah. Ini adalah pelajaran penting bagi kita agar tidak menjadi orang-orang manja dan mau berubah menjadi pribadi yang giat berusaha. "Periksalah!" kata Yesus.  Periksa ada berapa "roti dan ikan" yang kita miliki, dan Tuhan siap melipatgandakan itu menjadi berkat yang berlimpah.

Musa mengalami hal yang sama. Keraguan berkecamuk dalam pikirannya karena merasa tidak cukup mampu untuk menjalankan perintah Tuhan yang dianggapnya terlalu besar dan tidak mungkin bisa ia lakukan. Lantas apa jawaban Tuhan untuk mengatasi keraguan Musa? "TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" (Keluaran 4:2a). lalu Musa menjawab: "Tongkat." (ay 2b). Musa sibuk memikirkan apa yang tidak ia punya sampai ia melupakan apa yang ada ditangannya, yaitu sebilah tongkat. Atau mungkin Musa tahu ada tongkat ditangannya, tetapi untuk apa itu? Ia menganggap itu tidak cukup berguna untuk menjalankan tugas dari Tuhan. Tetapi Tuhan menunjukkan bahwa tongkat yang ditangannya itu bisa menjadi media dimana mukjizat Tuhan turun. "Firman TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya." (ay 3). Setelah Musa kaget, lalu Tuhan selanjutnya meminta Musa untuk menangkap ular itu kembali." --Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya." (ay 4)

"Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya." (Amsal 14:8). Demikian firman Tuhan berkata. Orang cerdik yang penuh hikmat akan mampu mengetahui kemampuannya sendiri, tapi sebaliknya orang yang bebal akan terus dikuasai oleh keraguan, kekhawatiran dan ketidakberanian mereka untuk melangkah dan akibatnya tidak kunjung maju. Orang yang bebal hanya akan sibuk melihat kekurangan mereka dan buta akan potensi yang mereka punyai dalam diri mereka. They don't realize what they have within. Dalam perumpamaan talenta di Matius 25:14-30 kita bisa melihat bahwa Tuhan telah membekali kita dengan talenta tersendiri. Jumlahnya bisa jadi berbeda, namun yang terkecil sekalipun, satu talenta, itu sudah merupakan pemberian yang besar dari Tuhan. Dalam alkitab satu talenta digambarkan setara dengan 1000 uang emas. Bukankah itu sudah cukup besar dan cukup layak bagi kita untuk memulai sesuatu? Pemberian Tuhan ini harus mampu kita asah dan olah hingga bisa menghasilkan. Itulah yang Tuhan kehendaki, bukan sebaliknya hanya ditimbun dan malah bersungut-sungut. Dalam perumpamaan ini si hamba yang memiliki satu talenta merupakan gambaran orang yang tidak menghargai pemberian Tuhan, tidak hanya menolak tapi malah menuduh dan bersungut-sungut, diliputi ketakutan akan kegagalan dan memilih untuk diam saja tanpa berbuat apa-apa. Talenta yang kecil sekalipun jika diolah akan berbuah, dan Tuhan siap memberi lebih lagi jika kita sudah mampu bertanggungjawab atas perkara kecil. "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (ay 29). Dan lihatlah Firman Tuhan ini: "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10).

Mulailah berusaha untuk mencari tahu potensi diri kita yang sebenarnya. Yesus berkata, "periksalah dahulu." Mari kita periksa talenta apa yang Tuhan berikan kepada kita, dan mari kita kembangkan, asah dan olah. Saatnya untuk mempergunakan talenta yang kita miliki untuk sukses, dan memakainya untuk kemuliaan Tuhan. Sesungguhnya semua orang dirancang Tuhan untuk sukses, dan Dia telah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk bisa mencapai itu. Jangan biarkan berkat Tuhan berlalu sia-sia, mulailah hari ini untuk menjadi orang cerdik yang penuh hikmat yang mengetahui kemampuan atau potensi diri sendiri.

Tanpa mengetahui potensi diri jangan berharap untuk sukses

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...