Thursday, October 27, 2011

Belajar dari Pelanduk (2)

 (sambungan)

Dari kerabat pelanduk yaitu rusa kita pun kita bisa mendapatkan pesan yang sama di dalam Alkitab. "Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit" (Mazmur 18:33-34). Ayat yang kurang lebih sama bisa kita dapati dalam kitab Habakuk. "ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:19). Sebagai mahluk yang lemah, seberapa jauh kita bisa berjalan mengandalkan kekekuatan kita sendiri? Cepat atau lambat kita akan menyerah kalah oleh kesulitan-kesulitan hidup. Kita tidak akan mampu keluar dari beban persoalan jika hanya bergantung pada kemampuan diri sendiri. Kita harus menyadari keterbatasan kita. Ketika kita sendiri mengetahui batas kemampuan kita, disanalah kita akan sadar bahwa Tuhan siap menjadi jawaban atas segala yang kita alami. Kita harus naik ke tempat yang lebih tinggi agar bisa selamat, dan Tuhan siap memberikan kaki-kaki yang kuat untuk menapak naik kesana. Tuhan siap membuat kita naik lebih tinggi di atas semua masalah dan keluar menjadi pemenang. Berada di tempat tinggi di atas bukit menggambarkan sebuah tempat di mana masalah tidak lagi mampu menyulitkan kita. Dalam Yesaya dikatakan di tempat tinggi itulah rumah Tuhan akan berdiri tegak, tak peduli sekencang apapun badai yang mencoba mengguncang. "Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Yesaya 2:2-3). Rumah Tuhan yang dikatakan disini, atau bait Allah, itu berbicara mengenai diri kita. (1 Korintus 3:16). Jadi apa yang dijanjikan Tuhan adalah sebuah pertolongan yang akan memampukan diri kita untuk meloncat dengan lincah melewati batu-batu masalah untuk sampai di atas bukit dan berdiri dengan tegak disana.

Untuk lepas dari masalah, naiklah ke tempat yang lebih tinggi, dan bangunlah kehidupan anda di atas Gunung Batu, Allah yang mengasihi dan akan selalu melindungi kita. Daud menyadari itu dengan berkata: "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:3), dan menyimpulkan satu hal penting: "Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?" (ay 32).

Seperti pelanduk kita pun adalah mahluk lemah yang rentan dalam menghadapi bahaya. Setiap saat berbagai hal di dunia ini bisa mengancam kita bagai predator yang siap menerkam dan melumat kita. Oleh karena itulah kita sebaiknya belajar dari kebijaksanaan pelanduk yang mau menyadari kelemahannya dan memilih untuk membangun rumah di atas bukit batu. Pelanduk tahu dimana ia harus berada agar bisa aman, dimana ia bisa berlindung, itu karena hewan ini menyadari keterbatasannya. Demikian pula halnya dengan kita. Terus latih kehidupan rohani kita agar semakin meningkat dan terus tumbuh. Teruslah menapak naik, terus kenali Tuhan lebih jauh dan lebih dekat lagi dan bangunlah seluruh sendi-sendi kehidupan di dalam Tuhan. Semakin tinggi kita berada, semakin sulit pula bagi masalah untuk menggoyahkan kita. Di tempat tinggi kita berdiri tegak, tidak mudah terseret ke dalam hal-hal yang sifatnya duniawi, tidak mudah goyah meski digoyang masalah berat sekalipun. Di bukit atau gunung batu kita akan terlindung dari berbagai ancaman yang siap membinasakan kita. Di tempat seperti itulah kita akan mampu mendirikan rumah Tuhan yang kokoh dan tahan terhadap goncangan apapun. Hanya disanalah kita akan mampu berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." (Habakuk 3:17-18). Bergantung kepada kekuatan diri sendiri yang terbatas lambat laun kita tidak akan sanggup mendakit naik ke atas. Sekali lagi, kita mahluk yang lemah dan terbatas. Karena itu andalkanlah Tuhan dan bangunlah pondasi yang kokoh berakar kepadaNya.

Belajarlah dari pelanduk yang mengetahui ada perlindungan di bukit batu

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...