(sambungan)
Dalam Amsal ada sebuah ayat yang menarik yang menggambarkan orang malas bagaikan sebuah pintu. "Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya." (Amsal 26:14). Perhatikanlah cara kerja sebuah pintu. Pintu hanya berputar pada engselnya. Bergerak sih bergerak, tapi tidak berpindah, alias hanya berputar ditempatnya saja. Orang yang malas untuk mulai melakukan sesuatu pun seperti itu, hanya akan berjalan di tempat dan tidak akan berpindah posisi. Jika malas menjadi kebiasaan kita, bagaimana kita bisa maju? Dalam ayat 16 kita membaca demikian: "Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana." (ay 16). Ayat ini menggambarkan lebih lanjut mengenai sikap orang yang malas. Meskipun banyak orang yang memotivasi, bahkan mungkin siap membantu, mereka tetap saja tidak mau memulai. Mereka tidak mau repot, mungkin terlalu malas untuk keluar dari zona nyaman mereka. Yang kerap terjadi selanjutnya adalah sikap untuk mencari pembenaran diri akibat kemalasannya sendiri.
Kemalasan tidak akan membawa manfaat apa-apa dan hanya akan merugikan. Tuhan pun sangat tidak suka pada pemalas. Dalam perumpamaan tentang talenta, kita melihat apa jawaban Tuhan pada si hamba yang tidak mempergunakan dan melipatgandakan talenta yang telah dipercayakan padanya. "Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?" (ay 25:26). Dan bagi mereka ini, tempat yang disediakan adalah tempat yang tergelap yang penuh ratap tangis dan kertak gigi. (ay 30). Jika kita melihat tokoh-tokoh Alkitab pilihan Allah, semuanya yang dipilih adalah orang-orang yang giat bekerja, bahkan kita sering melihat orang-orang yang ketika mendapatkan panggilan justru tengah bekerja. Tuhan tidak mau memakai orang malas. Bahkan di dalam Alkitab tegurannya sungguh keras. "..jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10).
Kemalasan bukanlah semata-mata berbicara mengenai orang yang tidak mau bekerja saja, tapi juga mengenai orang yang tidak disiplin, malas berusaha atau malas mencari Tuhan. Salomo juga menegur para pemalas untuk belajar dari semut dalam Amsal 6:6 yang berkata "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak." Bayangkan semut yang ukurannya begitu kecil, lemah dan bisa mati dengan sedikit pencetan saja dari manusia, tetapi untuk urusan kerajinan, kita yang berukuran ratusan kali lebih besar dan lebih kuat ternyata harus belajar dari seekor semut. Maka dengan tegas teguran pun datang dalam hal ini."Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (ay 9-11). Kemiskinan, itulah yang menjadi dampak atau akibatnya.
Kemiskinan itu kerap merupakan hasil dari kemalasan, dengan kata lain kemalasan menjadi sumber dari segala kemiskinan. Apakah itu miskin harta, miskin ilmu, miskin hikmat, miskin pemikiran, miskin pengertian, juga miskin rohani. Tuhan memberikan 24 jam sehari, dan itu seharusnya kita syukuri. Bukan saja dengan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, namun bentuk rasa syukur pun akan sangat indah apabila kita wujudkan dengan keseriusan kita untuk memanfaatkannya dengan baik demi kepentingan yang baik pula, bagi diri kita sendiri juga kepada sesama. Sayangnya masih banyak dari kita tidak memaksimalkannya. Sadarilah sedini mungkin bahwa waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali. Mulailah belajar menghargai waktu sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia. Kita harus melatih diri kita untuk disiplin dan tidak berkompromi pada kemalasan, karena gaya hidup malas tidak boleh menjadi bagian dari gaya hidup kita. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu yang dititipkan Tuhan kepada kita? Mulailah bangkit dan lakukan sesuatu. Do something for ourselves, for others, and most of all, for the glory of God. Atur dan manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya, dan itulah cara yang sangat baik untuk menunjukkan rasa terimakasih kita kepada Tuhan.
Waktu yang berlalu tidak akan pernah bisa kembali, jadi jangan buang sia-sia
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, October 13, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)
(sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment