==================
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman."
Setelah lelah bekerja sepanjang hari dan panas-panasan di tengah kemacetan luar biasa di jalan raya dalam perjalanan pulang, tidakkah anda merindukan sesuatu yang menyegarkan untuk dinikmati begitu anda tiba di rumah? Bentuk dari kata "segar" ini bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang langsung membayangkan segelas teh dingin, sirup, sejuknya air mengenai muka atau seluruh tubuh dengan mandi, berbaring di ruangan ber-AC atau sekedar duduk di sofa yang empuk. Ada yang menganggap bermain dengan anak-anak sepulang kerja merupakan sesuatu yang terasa sangat menyegarkan dan bisa memulihkan keletihan dengan cepat, menonton televisi dan sebagainya. Atau bahkan memilih beberapa dari yang saya sebutkan itu sekaligus atau dalam urutan tertentu. Yang pasti, di saat kita lelah sesuatu yang menyegarkan itu akan terasa sangat indah. Bahkan ketika itu masih kita pikirkan saja kita bisa tersenyum sendiri membayangkannya. We need a refreshment, we need to be restored. Semua orang butuh itu.Tidak hanya tubuh, tapi kondisi spiritual pun sama. Setiap hari ketahanan spiritual atau rohani kita terus berhadapan dengan berbagai kondisi yang melelahkan. Berperang baik melawan berbagai keinginan daging dari diri sendiri maupun berbagai godaan iblis yang terus berusaha untuk menjatuhkan kita, menghadapi tawaran-tawaran yang sekilas terlihat menjanjikan namun di balik itu tersimpan banyak penyesatan dan sebagainya. Kondisi ini kita hadapi setiap hari, dan jika tidak dijaga, keadaan rohani kita pun bisa kehabisan energi, mengering, drained out. Betapa berbahayanya jika kita membiarkan jiwa kita mengalami kekeringan. Tidak lagi punya daya tahan kuat untuk menghadapi berbagai tantangan yang bisa melemahkan bahkan menghancurkan kondisi spiritual kita. Seperti halnya tubuh kita yang lelah butuh sesuatu yang menyegarkan, secara rohani kita pun butuh hal yang sama agar tidak keburu kering dan terkapar lemas. Just like our body, our spirit needs to be restored and refreshed as well.
Kesegaran secara jasmani bisa kita peroleh dari berbagai hal yang saya sebutkan dalam paragraf pembuka renungan hari ini. Tidakkah semua itu rasanya menyegarkan? Tetapi kesegaran rohani tidak bisa kita peroleh lewat semua itu. Kesegaran rohani kita akan sangat tergantung dari asupan Firman Tuhan. Firman Tuhan akan selalu menguatkan, meneguhkan, memberi kelegaan dan menyegarkan. Dan jiwa kita, seperti halnya tubuh kita butuh penyegaran setiap saat. Dan itu tertulis jelas dalam kitab Mazmur. "Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman." (Mazmur 19:8). Firman Tuhan mampu menjawab kebutuhan akan kesegaran jiwa. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "The law of the Lord is perfect, restoring the whole person."
Restoring. Memulihkan. Bayangkan jika anda penggemar game dan tokoh yang anda mainkan tengah berada dalam keadaan sekarat akibat terus digempur musuh. Tidakkah anda akan senang sekali jika bertemu dengan item-item yang bisa kembali merestorasi atau mengembalikan "health-bar" dari tokoh anda itu kepada kondisi sempurna? Seperti itu pula Firman Tuhan mampu merestorasi atau mengembalikan kesegaran dari jiwa dan roh kita yang sudah lelah akibat terus digempur berbagai hal negatif setiap harinya. Hidup di dunia yang sulit ini akan membuat stamina rohani kita dengan cepat terkuras. Karenanya kita sangat membutuhkan "a splash of fresh cold water", percikan air yang akan mengembalikan kesegaran jiwa kita. Dalam Yesaya kita bisa melihat janji Tuhan yang begitu indah buat kita: "Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu. Mereka akan tumbuh seperti rumput di tengah-tengah air, seperti pohon-pohon gandarusa di tepi sungai." (Yesaya 44:3-4). Pengenalan yang kontinu, terus menerus akan Tuhan pun akan memberikan kita kesegaran seperti ini seperti yang tertulis dalam Hosea. "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3) Betapa menyegarkannya hujan yang turun di saat kemarau, dan itulah janji Tuhan untuk kita yang mau bersungguh-sungguh mau mengenalNya.
Sungguh sangat penting bagi kita untuk terus membekali dan menjaga kesegaran jiwa kita dengan firman Tuhan. Daud tahu bagaimana bahagianya jika ia tetap berada dekat dengan firman Tuhan yang penuh dengan kuasa. Bacalah Mazmur 119 dimana Daud mendeskripsikan dengan panjang lebar dan lengkap mengenai bahagianya orang yang hidup menurut Taurat Tuhan. Semua itu tentu terasa sangat menyegarkan bagi jiwa. Berkali-kali pula Daud memberikan testimoni dari pengalamannya hidup dekat dengan firman Tuhan. Salah satunya berbunyi seperti ini: "Aku mendapatkan kebahagiaan dalam mentaati perintah-perintah-Mu." (Mazmur 119:55). Dalam bahasa Inggris (amplified)nya kita bisa menemukan kalimat yang lebih detail: "This I have had [as the gift of Your grace and as my reward]: that I have kept Your precepts [hearing, receiving, loving, and obeying them]." Jangan biarkan jiwa kita mengalami kekeringan. Tetaplah dekat dengan firman Tuhan agar jiwa kita tetap segar dengan daya tahan yang kuat sehingga kita bisa menghadapi segala tantangan dan kesulitan setiap hari dengan teguh.
Segarkan jiwa dengan Firman Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Jika kita menonton film dari luar maka kita sering melihat anak-anak mereka dibacakan bedtime story alias dongeng sebelum tidur. Anak-anak itu akan mendengarkan kisah-kisah yang dibacakan oleh ibu atau ayah mereka hingga terlelap. Kebiasaan ini mungkin sudah semakin jarang dilakukan oleh para orang tua di negara kita seiring dengan kesibukan yang terus menyita waktu. Sebagian lain beranggapan bahwa dongeng sebelum tidur itu buang-buang waktu dan tidak bermanfaat apa-apa bagi anak mereka, selain menyusahkan diri mereka saja yang sudah lelah bekerja sepanjang hari. Saya termasuk satu dari sekian anak yang beruntung sempat merasakan indahnya mendengar berbagai kisah menjelang tidur baik dari ibu maupun nenek saya. Sampai hari ini ketika usia saya sudah dewasa saya masih mengingat betul bagaimana rasanya mendengar cerita demi cerita hampir setiap malam. Sebagian besar cerita itu bahkan masih saya ingat betul hingga hari ini.
Semua orang ingin terus lebih baik lagi dari hari ke hari. Terus belajar dan mendalami Firman Tuhan, menjauhi kejahatan, menghindari berbuat dosa dan menjaga kekudusan, terus berubah menjadi semakin baik, itu semua tentu saja sangat baik untuk dilakukan. Jika itu sudah atau sedang anda lakukan hari ini maka anda sedang terus semakin mendekati dan mencerminkan pribadi Kristus. Tetapi berhati-hatilah, karena di balik proses itu apabila kita tidak hati-hati maka kita bisa dengan gampang dirasuk dosa kesombongan. Kita bisa terjerumus ke dalam sebuah perasaan yang menganggap diri kita paling suci, paling bersih, paling benar dan kemudian merasa punya hak untuk menghakimi orang lain. Kita bisa menjadi orang yang merasa diri paling sempurna dan dengan cepatnya menjatuhkan "vonis" kepada orang lain. Jika dibiarkan, maka kita pun akan menjadi komentator-komentator cerewet yang penuh kesinisan dan kenegatifan. Si A berdosa ini, si B dosanya itu, gereja itu sesat, gereja ini tidak benar dan sebagainya. Begitu mudahnya kita memvonis orang, bahkan dengan berani menyatakan siapa yang ke surga atau neraka. Semakin banyak yang kita kritik maka rasanya semakin hebat pula diri kita. Bahkan di kalangan hamba-hamba Tuhan gejala seperti inipun bisa saja terjadi. Ini bukanlah hasil yang diharapkan dari sebuah pertobatan dan usaha menguduskan diri. Alih-alih menjadi garam dan terang dunia, kita malah bisa terperangkap dalam sikap yang cenderung menjauhi mereka yang sebetulnya sedang butuh pertolongan agar tidak binasa. Dan disisi lain itu sama saja seperti kita sedang membinasakan diri sendiri.
Seberapa penting doa bagi kehidupan kita? Roh manusia sepanjang perjalanan peradaban tahu bahwa ada "kekuatan" yang jauh lebih besar dari manusia yang harus disembah. Kita memanjatkan doa dalam nama Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita, dan kita tahu bahwa ada kuasa yang demikian besar dibalik sebuah doa yang paling sederhana sekalipun, selama doa itu dipanjatkan benar-benar dari hati yang tulus dan iman yang sungguh-sungguh. Kita tahu itu benar, tetapi sejauh mana aplikasinya dalam hidup kita saat ini? Seberapa besar kita mementingkan doa dalam kehidupan kita? Ada banyak orang yang menomor duakan waktu untuk berdoa. Mereka hanya melakukannya disaat tidak terlalu sibuk atau kapan sempat saja. Bekerja itu penting, mengurus keluarga, bersosialisasi dan sebagainya itu penting. Tetapi doa merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak boleh dinomorduakan apalagi diabaikan sama sekali. Doa merupakan salah satu sarana komunikasi kita dengan Tuhan yang seharusnya menempati posisi di urutan teratas. Disaat kita sibuk kita harus berhati-hati agar tidak tergoda untuk berkompromi mengurangi jam-jam khusus untuk bersekutu secara pribadi dengan Tuhan. Orang bisa terjebak untuk lebih mementingkan menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu ketimbang terus memberikan waktu khusus untuk mendengar suara Tuhan.
Berhadapan dengan orang yang bersikap acuh tak acuh bisa terasa sangat mengesalkan. Seorang teman saya baru saja bercerita bahwa ia merasa kecewa dengan sikap atasannya yang seperti tidak menghargai jerih payahnya. "Saya sudah bekerja keras memberi hasil yang terbaik tetapi tanggapannya dingin, seperti saya tidak melakukan apa-apa saja." ceritanya. Kita memang tidak boleh gila pujian, tetapi semua orang pada suatu ketika ingin dipuji setidaknya dihargai kerja kerasnya, apalagi jika ia sudah berusaha mati-matian sebelumnya. Ada seorang teman saya yang saat ini tidak pernah mau serius melakukan apa-apa karena pada masa kecilnya ia selalu ditanggapi dingin oleh orang tuanya. Sebuah ketidak acuhan ternyata tidak saja terasa mengesalkan, tetapi juga bisa membawa dampak yang merusak masa generasi selanjutnya.
Di hampir setiap pagelaran musik saya bertemu dengan berbagai orang yang dari atribut dan cara berpakaiannya saja sudah ketahuan mereka mengidolakan siapa. Barusan saya bertemu dengan sekelompok anak muda memakai topi jas terbuka yang dengan jelas menunjukkan mereka adalah fans Jason Mraz. Itu baru satu contoh dari sekian banyak artis-artis lainnya yang akan dengan senang hati ditiru oleh fans yang mengidolakan mereka. Tidak saja gaya berpakaian dan atribut, tetapi orang juga akan meniru gaya rambut, cara berjalan bahkan kesukaan-kesukaan dari idola mereka. Untuk ini mereka tidak akan sayang mengeluarkan dana yang kerap tidak murah. Tidak jarang pula mereka mengikuti perilaku dari idola mereka, sehingga kita bisa sedikit banyak mengenal seperti apa kira-kira sikap sang idola lewat fansnya.
Dahulu kita menterjemahkan magician sebagai pesulap. Tapi hari ini ada banyak diantara mereka yang tidak lagi mau disebut sebagai pesulap, Meski sama-sama menghibur lewat trik-trik dan tipuan mata yang mencengangkan. Mereka tidak mau disamakan dengan para pesulap yang dianggap hanya tahu mengeluarkan kelinci dari dalam topi atau mengeluarkan bunga dari sapu tangan. Ada sebutan lain yang lebih mereka sukai, yaitu mentalis atau ilusionis. Ilusionis sangat pintar melakukan tipuan mata untuk membuat sebuah suguhan yang tidak masuk akal. Mereka sangat lihai dalam urusan mengherankan penontonnya. Kita dibuat seolah melihat sesuatu yang nyata, sepertinya kasat mata, namun semua itu tetaplah sebuah trik yang bisa dipelajari oleh siapa saja. Keterampilan mereka sungguh luar biasa, sehingga tidak jarang orang kemudian menganggap mereka melakukan ilmu sihir atau ilmu hitam dalam melakukannya. Ilusi visual seperti ini hanyalah salah satu dari berbagai bentuk ilusi, karena ilusi pun bisa hadir dalam perasaan atau pikiran kita. Kita seringkali terpengaruh untuk menganggap apa yang kita percaya itu benar tanpa memahami terlebih dahulu kebenarannya. Otak bisa tertutupi oleh ilusi ini, demikian juga perasaan dalam hati kita, sehingga keduanya akan mengeluarkan sinyal yang menyatakan bahwa itu adalah sesuatu yang benar. Ini adalah hal yang tidak boleh disepelekan. Masalahnya, ketika ilusi seperti itu mengelabui pikiran kita untuk mengenal Tuhan dan prinsip-prinsipNya secara benar, maka kita bisa mengalami kehancuran rohani yang sanggup membawa dampak fatal bagi perjalanan kehidupan kita saat ini maupun untuk yang akan datang.
"Apa sih yang saya punya..saya tidak akan pernah bisa menang bersaing untuk mendapatkannya.." kata seorang teman yang sudah patah semangat duluan dalam mendekati gadis yang ia sukai. Ini hanya contoh kecil dalam satu jenis persaingan karena dalam hidup ini kita akan sering berhadapan dengan begitu banyak kejadian dimana kita harus cukup tangguh dan kuat untuk menghadapi persaingan. Apalagi sekarang era globalisasi, dimana persaingan menjadi semakin luas. "Only the strong survive", kata sebagian orang, dan memang seperti itulah kelihatannya. Kita menyaksikan banyak jagoan yang sanggup mengalahkan ratusan musuh sendirian, tetapi itu kan hanya terjadi di film-film saja. Begitu pikir kita. Kita seringkali mengukur diri kita terlalu rendah, merasa tidak mampu bahkan sebelum mencoba. Sedihnya itu kita anggap sebagai hal yang logis. Menang dalam persaingan sengit hanya mimpi, dongeng atau apapun yang tidak logis dan realistis.
Sebuah artikel yang baru saja saya baca menyebutkan bahwa ada sekitar 300 juta sel sperma sekali keluar. Ini jumlah yang luar biasa banyaknya. Tetapi untuk membuahi hanya diperlukan satu sel sperma untuk bertemu dengan sel telur. Bayangkan betapa ketatnya kompetisi yang terjadi. 300 juta bersaing, hanya satu yang bisa membuahi sel telur. Dan itulah anda dan saya. Selain dari pada itu, jika dibandingkan antara sel sperma yang sangat kecil, untuk bisa mencapai sel telur yang hanya berjarak sekitar 10 cm ke dalam tentu sudah merupakan jarak tempuh yang sangat jauh. Jika dibuat perbandingan dengan ukuran tubuh manusia secara rata-rata, maka ternyata sperma harus menempuh jarak setara dengan 150 km jarak yang ditempuh manusia untuk bisa mencapai sel telur. Belum lagi dalam menempuh jarak sejauh itu ratusan juta sperma ini harus melewati tingkat keasaman tertentu untuk akhirnya bisa mencapai sel telur dengan selamat. Sebagian besar yang tidak tahan akan mati dalam perjalanan. Perjuangan yang luar biasa, kompetisi yang sangat ketat, namun sebuah sel sperma pemenang itu akhirnya berhasil mencapai sel telur, membuahinya, dan lahirlah anda dan saya.Satu sel juara itulah yang akhirnya menjadi diri kita.
Ada sebuah pepatah klasik yang sudah sangat kita kenal berkata "rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh." Ini pepatah yang rasanya akan disampaikan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka dari generasi ke generasi. Seringkali orang mengasosiasikan kepintaran secara terlalu sempit dengan hanya mengarah kepada tingkat pendidikan saja. Padahal masalah kerajinan, kedisplinan, semangat berjuang dan sikap pantang menyerah pun merupakan hal yang sangat menentukan seberapa pintar seseorang itu nantinya, yang akan berpengaruh pula kepada sebuah keberhasilan dalam hidup.
Kedipan mata sering dipakai orang untuk menjadi kode atau isyarat akan sesuatu. Bisa untuk menggoda teman, ingin bercanda, atau bahkan untuk hal-hal yang negatif seperti menipu. Hari ini ketika berbelanja di pasar saya pun melihat penjual bermain mata dengan pegawainya tanpa sepengetahuan si pembeli. Entah apa yang ia isyaratkan dengan kedip mata yang disertai sedikit senyum itu, tapi tampaknya keduanya sama-sama mengerti kode yang disampaikan lewat kedipan itu. Mencari orang jujur semakin sulit saja memang. Dimana-mana kita bertemu dengan orang-orang yang gemar menipu dalam berbagai bentuk. Mungkin anda masih ingat sms penipuan yang marak beberapa waktu lalu yang isinya seolah-olah dari ibu yang dihubungi, meminta uang untuk sebuah keperluan. Teman saya pernah tertawa karena ibunya sudah lama tiada. Tetapi ada berapa banyak orang yang tertipu oleh sms seperti itu? Sms atau telepon yang mengatakan menang undian, pegawai yang menaikkan harga di kwitansi, murid yang bolos dengan mengaku sakit, supir yang mengisi bensin berbeda dengan yang tertera di bon dan sebagainya. Tipu menipu terus hadir dalam berbagai bentuk. Bahkan iklan-iklan lowongan pekerjaan di surat kabar harian pun tidak luput dari para penipu ini. Mereka terus mempergunakan segala cara dalam menjalankan operasinya. Bersepakat berbohong, menipu dan melakukan tipu muslihat akan terus ada selama peradaban manusia masih berjalan.
Punya mata tapi tak bisa melihat. Betapa seringnya manusia mengalami masalah seperti ini. Cobalah mengemudi di jalan raya tanpa mempergunakan mata dengan baik. Meleng sedikit saja resikonya bisa bahaya. Anda bisa menabrak kendaraan lain, terjerembab masuk ke dalam lubang menganga di tengah jalan dan sebagainya. Mata adalah organ tubuh yang sangat penting bagi kita. Jika kita melihat seorang pengemis buta bernama Bartimeus yang bertemu dengan Yesus dalam Markus 10:46-52, kita melihat bahwa meskipun Bartimeus bisa meminta macam-macam ketika berkesempatan bertemu langsung dengan Yesus, lebih dari segalanya ia hanya minta agar matanya dipulihkan. "Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (ay 51). Tidak saja mata jasmani yang penting, tetapi mata rohani pun jelas harus mampu melihat dengan jelas. Tanpa itu niscaya kita akan kesulitan dalam menjalani hidup dengan benar. Hidup akan terus diliputi ketidakpastian, kecemasan, kekhawatiran dan sebagainya, kita hanya akan penuh dengan ketakutan karena tidak mampu melihat apapun lewat iman kita.
Tadi malam ada dua ekor ayam yang nyasar berjalan kesana kemari di halaman rumah saya. Kedua ayam itu tampak kebingungan, dan pada akhirnya "hinggap" di atas pagar, tidak bergerak lagi.Saya tidak tahu keduanya ayam siapa, tetapi mereka terlihat sangat pasrah. Saya pegang pun tidak bergerak. Agaknya kondisi ayam yang tidak lagi bisa melihat dengan baik di malam hari membuat keduanya pasrah diapa-apakan juga. Ayam tahu kalaupun ia melompat turun, ia pasti akan terbang menabrak sana sini karena tidak bisa melihat dengan baik, meski kedua matanya tetap menempel seperti di siang hari. Kedua ayam ini membuat saya berpikir, seperti itu pula terkadang mata rohani kita. Ketidakpahaman terhadap pesan-pesan dan janji-janji yang telah disampaikan Tuhan dan tercatat di dalam Alkitab bisa membuat kita bagaikan ayam rabun senja ini, yang akhirnya harus pasrah bahkan ketika berhadapan dengan bahaya sekalipun. Tidak tahu harus berbuat apa, kalaupun berbuat sesuatu akan menabrak sana sini.
Anda masih ingat kisah Si Kancil Mencuri Ketimun, atau Siput dan Kelinci Lomba Lari? Kisah-kisah klasik seperti ini yang mengangkat hewan sebagai tokoh-tokoh utamanya biasanya disebut Fabel. Fabel konon berasal dari bahasa Belanda yang merupakan dongeng-dongeng dengan karakter hewan. Walt Disney dan Looney Tunes dari Warner Bros sering juga memakai tokoh-tokoh hewan sebagai karakternya. Dalam film-film animasi 3D yang banyak beredar satu dasawarsa terakhir ini pun kita kerap menemukan tokoh-tokoh hewan dengan berbagai karakternya. Selalu saja ada sesuatu yang bisa dipelajari dari kartun-kartun atau dongeng-dongeng berbentuk fabel ini, bukan saja bagi anak-anak tetapi kerap membawa pesan-pesan moral bagi segala usia termasuk kepada kita yang sudah dewasa.