Thursday, July 21, 2011

Say No to Laziness

Ayat bacaan: Pengkotbah 10:18
=================
"Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah."

malasAda sebuah pepatah klasik yang sudah sangat kita kenal berkata "rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh." Ini pepatah yang rasanya akan disampaikan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka dari generasi ke generasi. Seringkali orang mengasosiasikan kepintaran secara terlalu sempit dengan hanya mengarah kepada tingkat pendidikan saja. Padahal masalah kerajinan, kedisplinan, semangat berjuang dan sikap pantang menyerah pun merupakan hal yang sangat menentukan seberapa pintar seseorang itu nantinya, yang akan berpengaruh pula kepada sebuah keberhasilan dalam hidup.

Sepanjang isi Alkitab kita tidak menemukan satupun orang yang dipakai Tuhan ketika sedang bermalas-malasan. Ini menunjukkan betapa Allah tidak menyukai orang malas. Di masa-masa sulit seperti sekarang ini kita justru seharusnya tertantang untuk bekerja lebih giat lagi, tetapi yang kita lihat malah sebaliknya. Semakin banyak saja orang yang malas berusaha untuk memperjuangkan hidup mereka. Para pemalas ini biasanya tidak mau repot-repot mengeluarkan tenaga atau mempergunakan pikiran mereka. Mereka terbiasa menunda pekerjaan atau bahkan melupakannya sama sekali. Jangan salah, mereka juga sama seperti kita, punya impian tinggi, tetapi yang membedakannya adalah cara menyikapinya. Ketika orang rajin akan berusaha dengan sekuat tenaga dan sungguh-sungguh untuk mencapai impian mereka, si pemalas hanya akan bermimpi untuk itu. Mereka berharap untuk mencapai cita-citanya dengan cara yang paling mudah tanpa harus mengeluarkan setitik keringat pun. Jika tidak? Mereka biasanya akan terus mencari kambing hitam, tidak jarang pula mereka berani menyalahkan Tuhan atas keadaan mereka. Seperti apa kata firman Tuhan "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4). Sikap-sikap seperti ini tidak boleh menjadi bagian dari diri anak-anak Tuhan, karena ada begitu banyak firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk bekerja dan berusaha serius untuk mencapai sebuah tujuan.

Selain ayat Amsal di atas, kitab Amsal berisi begitu banyak firman Tuhan lainnya yang menyinggung soal kemalasan ini. Salah satu bagian yang lumayan banyak menyinggung soal malas bisa kita lihat pada Amsal 6. Bahkan disana dikatakan bahwa kita seharusnya bisa belajar mengenai kerajinan dari seekor semut, binatang yang paling lemah yang akan mati dengan sekali pencet saja. "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak." (Amsal 6:6). Kita tahu bagaimana semut selalu bergerak dan bekerja dengan rajin. Semut mampu mengangkat makanan yang berukuran jauh lebih besar darinya, kalaupun tidak kuat mereka akan bergotong-royong mengangkutnya bersama-sama dengan menempuh jarak yang seringkali sangat jauh menurut ukuran seekor semut. Dan firman Tuhan berkata "biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen." (ay 7-8). Dan hal ini sungguh berbanding terbalik dengan tipe manusia pemalas yang membuang-buang waktu dalam kemalasannya. "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring."(ay 9-10). Ketika ini yang menjadi sikap hidup kita, "maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (ay 11). Demikianlah kemalasan yang terus dipupuk akan membawa kita masuk ke dalam kemiskinan dan kekurangan.

Hidup tidak akan pernah bisa maju jika kita terus membiarkan rasa malas menguasai diri kita, bahkan bisa membuat kita menjadi semakin rapuh dan gampang rontok. Sebuah firman Tuhan dalam Pengkotbah mengatakannya seperti ini: "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Kegagalan dan kehancuran seringkali berawal dari kemalasan yang terus dibiarkan berdiam dalam diri kita. Kemalasan yang dibiarkan? Mari saya beri contoh. Coba perhatikan ketika kita membiarkan diri kita tidur lebih dari biasanya dan terus menambah jam tidur itu, bukankah tubuh kita malah menjadi lemas dan akan semakin malas? Terlalu singkat tidur itu tidak sehat, tetapi terlalu banyak pun tidak baik pula. Singkatnya, kita memerlukan istirahat, tetapi jangan sampai istirahat itu menjadi yang terbanyak menyita waktu kita. 

Untuk itulah kita harus melatih diri sedini mungkin untuk menjadi orang-orang dengan semangat yang kuat dan giat dalam berusaha. Ingatlah bahwa Tuhan tidak menyukai para pemalas seperti ini. Tuhan menyukai orang-orang yang rajin bekerja, dan Dia pun suka memberkati kita lewat usaha sungguh-sungguh yang kita lakukan. Kepada jemaat Tesalonika Paulus mengingatkan dengan sangat keras: "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Lihatlah ayat berikut: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk  manusia." (Kolose 3:23) Ini adalah sebuah panggilan untuk melakukan apapun yang kita perbuat dengan segenap hati seperti sedang melakukannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Artinya keseriusan, kesungguhan dan kerajinan kita sangatlah dibutuhkan. Kemalasan tidak akan pernah masuk dalam konteks ayat Kolose di atas, karenanya jangan sampai kemalasan menjadi bagian dalam hidup kita.

Hari ini saya mengajak teman-teman untuk memeriksa diri masing-masing, apakah ada hal-hal yang belum anda capai yang diakibatkan oleh belenggu kemalasan yang masih mengikat anda? Apakah anda termasuk orang yang suka menunda-nunda sesuatu, malas merancang masa depan anda, malas untuk melangkah dan sebagainya? Apakah anda lebih menyukai tidur-tiduran ketimbang mulai melakukan sesuatu? Jika ini masih menjadi bagian dari diri anda saat ini, berhentilah dan mulailah melakukan perubahan. Kemalasan hanya akan mendatangkan kemiskinan dan kekurangan, yang cepat atau lambat akan meruntuhkan kita habis-habisan. Sebelum itu terjadi, bertindaklah segera. Say no to laziness!

Jangan biarkan rasa malas semakin menguasai diri anda

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...