Monday, July 11, 2011

Percaya

Ayat bacaan: Yohanes 11:40
====================
"Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"

percayaSelagi saya duduk melepas lelah sepulang kerja malam ini, saya mendengar sebuah lagu pernah sangat saya gemari beberapa waktu lalu. Lagu yang dinyanyikan oleh Mariah Carey dan Whitney Houston yang berasal dari soundtrack The Prince of Egypt ini berjudul "When You Believe". Lagu ini bukan lagu rohani, tetapi liriknya mengingatkan kita untuk percaya meski situasi sama sekali tidak mendukung. Awal refrainnya berbunyi: "There can be miracles, when you believe". Mukjizat bisa terjadi apabila kita percaya. Dan itulah memang yang seringkali menjadi permasalahan. Mukjizat Tuhan gagal terjadi kepada kita bukan karena Tuhan tidak mempedulikan atau mendengarkan tangisan kita, tetapi justru karena keragu-raguan dari kita sendiri. Dan itu sering menjadi pangkal permasalahannya. Alkitab sudah berulang kali menegaskan agar kita menepis keraguan dari hati kita, Yesus berulang kali mengingatkan kita agar percaya, bahkan menegur kita yang tidak atau kurang percaya, tetapi kita masih saja terus membiarkan keraguan menguasai hidup kita. Logika-logika kita yang terbatas seringkali kita kedepankan, menganggap kita paling hebat jika memakai logika paling kuat, lalu membatasi sendiri terjadinya kuasa-kuasa keajaiban Tuhan yang justru tidak terbatas oleh apapun.

Bacalah sepanjang Alkitab, maka anda akan mendapati ribuan janji Tuhan tersebar dari awal sampai akhir. Begitu banyak janji-janjiNya yang luar biasa yang sanggup memberikan jaminan keselamatan hingga akhir, juga kehidupan yang berkemenangan selama di dunia ini. Ketika janji-janji itu tidak kunjung terjadi maka kita pun kemudian menyalahkan Tuhan, menuduhNya ingkar janji. Ada banyak penyebab terhalangnya mukjizat Tuhan turun atas kita, dan satu yang tersering adalah karena ketidak percayaan atau kekurang percayaan kita sendiri. Kita berharap mukjizat terjadi, tetapi kita sendiri membatasi atau menghalanginya. Dan sikap seperti ini bukan saja terjadi saat ini, tetapi bahkan pada masa ketika Yesus sendiri hadir di dunia ini.

Lihatlah kisah Lazarus, Marta dan Maria dalam Yohanes 11:1-44. Marta dan Maria berharap Yesus mau datang di saat Lazarus masih terbaring sakit. Mereka tahu bahwa Yesus sanggup menyembuhkan, tetapi hanya sampai disitulah keyakinan mereka. Marta berkata: "Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." (ay 21). Maria pun berkata sama: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." (ay 32). Mereka mulanya hanya percaya sebatas bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang sakit, dan Yesus akan membangkitkan orang-orang mati pada akhir zaman. (ay 24). Tetapi membangkitkan orang yang sudah terlanjur meninggal? Nanti dulu. Logika tidak bisa menerima hal itu. Oleh karena itulah kita kemudian mendapati seruan Yesus yang menegur rendahnya kepercayaan manusia akan kuasa Allah. "tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya." (ay 15). Lalu Yesus juga berkata kepada Marta: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (ay 25-26). Dan akhirnya Marta pun berkata bahwa ia percaya. Dari jawaban Marta itu lalu Yesus pun kemudian datang kesana. Tapi benarkah kepercayaan Marta sudah penuh? Ternyata belum. "Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." (ay 39). Lazarus sudah empat hari mati. Empat hari mati, umumnya mayat sudah bau dan mengalami dekomposisi. Artinya, tidak ada lagi harapan secara logika atau memakai pengetahuan ilmiah model apapun bukan? Tetapi lihatlah kemudian apa yang dikatakan Yesus. "Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" (ay 40). Dan terjadilah mukjizat luar biasa. Lazarus bangkit kembali dari kematiannya.

Mengapa keajaiban-keajaiban atau mukjizat Tuhan tidak bisa terjadi pada diri kita? Mengapa kita tidak kunjung melihat kemuliaan Tuhan? Yesus berkata: "Karena kamu kurang percaya." (Matius 16:20a).  Yesus tidak mengatakan bahwa Tuhan pilih-pilih dalam memberikan itu, Yesus tidak berkata itu tergantung giliran atau nasib baik, tetapi dengan singkat, padat dan jelas Yesus berkata itu terjadi karena kita kurang pecaya. Masih dalam ayat yang sama selanjutnya Yesus mengatakan: "Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (ay 20b). Hal yang sama dalam kesempatan lain kemudian diulangi pula oleh Yesus: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya." (Markus 11:23). Perhatikanlah bahwa sesuatu yang tidak mungkin, seperti melemparkan gunung ke dalam laut, itu bisa terjadi pada kita, tetapi kuncinya adalah tidak bimbang hatinya, melainkan percaya.

Ada banyak problema dalam hidup yang siap mendatangkan rasa takut, dan apakah yang bisa diberikan oleh keraguan untuk mengatasi rasa takut itu? Tidak ada. Justru Yesus berkata bahwa takut itu berasal dari kurang atau tidak percayanya kita terhadap Tuhan. (Matius 8:26). Kuncinya adalah percaya. Yesus juga sudah berkata "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:24). Lihatlah betapa pentingnya percaya itu dalam menerima kuasa Tuhan yang ajaib yang jauh melebihi segalanya. Dalam banyak lagi kesempatan di dalam Alkitab kita bisa menemukan pesan-pesan Tuhan agar kita jangan membiarkan keraguan menguasai kita. Tidak salah memang untuk memakai logika, tetapi jangan biarkan logika membelenggu kepercayaan kita akan Tuhan. Kita mengaku sebagai orang percaya, tetapi sejauh mana sebenarnya kita percaya kepada Tuhan? Saya sudah menyaksikan sendiri berbagai mukjizat Tuhan yang luar biasa masih berlangsung hari ini, saya pun telah mengalaminya sendiri pula dalam banyak kesempatan hingga hari ini. Hari ini, marilah kita perbaharui keyakinan kita sepenuhnya kepada Tuhan. Jangan biarkan segala janji dan kuasa Tuhan menguap karena kita terus menerus menghalanginya dengan keragu-raguan kita.

There can be miracle, when you believe

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...