Wednesday, January 18, 2023

The Ultimate Goal (3)

 (sambungan)

Saya akan ambil contoh sederhana. Jika anda menuang air ke dalam gelas, tentu air itu akan mengikuti bentuk dari wadahnya bukan? Tidak mungkin air dituang ke dalam gelas tapi berbentuk seperti mangkok. Air akan mengikuti wadah dimana ia dituangkan. Yohanes menyatakan hal itu. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Dengan kata lain, siapapun yang berkata bahwa ia hidup bersatu dengan Allah, ia wajib mengikuti jejak Kristus. Melakukan sesuatu sebagaimana keteladanan yang ditunjukkan Yesus sendiri, we do what Jesus would do, we think like what Jesus would think, we conduct in the same way in which He walked and conducted Himself.

Kalau anda ingat pesan Kristus agar kita menjadi terang dan garam, itu menunjukkan sebuah rangkaian cara hidup yang meneladani Kristus. Menjadi terang dan garam merupakan sebuah gambaran bahwa kita tengah dalam proses menjadi serupa dengan Dia. Semakin kita menjadi terang dan semakin berfungsinya kita menggarami dunia, semakin pula kita menjadi semakin serupa seperti Yesus. Dan hal ini tidak bisa berhenti hanya sebatas wacana saja melainkan harus tercermin dalam kehidupan kita secara nyata, lewat perbuatan-perbuatan nyata.

Pertanyaannya, dimana dan bagaimana dengan kita hari ini? Kita mengaku percaya pada Kristus, mengaku tinggal di dalamNya, tapi apakah kita sudah mencerminkan itu lewat perilaku, sikap, perbuatan dan gaya/cara hidup kita? Sayangnya yang sering menjadi gambaran dari pengikut Kristus hari ini justru bertolak belakang dengan tujuan yang paling utama ini. Banyak diantara orang percaya yang menunjukkan perilaku yang jelek, bahkan lebih jelek dari orang-orang dunia sehingga bukannya tertarik tetapi orang malah anti pati atau alergi ketika mendengar namaNya. Di satu sisi gemar ngomong rohani, di sisi lain bersikap buruk terhadap orang lain. Menjadi hamba Tuhan dan melayani, tapi kasar kepada karyawan. Apa benar ada orang-orang seperti ini? Saya harus katakan: banyak. Justru mencari yang mencerminkan Kristus dalam kehidupan sehari-hari di hadapan banyak orang itu sedikit sekali. Bagaimana mau berharap orang mau mengenal Kristus? Jangankan mengenal, mendengar saja sudah menolak.

Banyak orang percaya yang melakukan hal-hal yang bukannya menjadi berkat, tetapi malah sebaliknya menjadi batu sandungan bagi banyak orang. Berhati-hatilah agar jangan terjatuh ke dalam bentuk seperti ini, karena konsekuensi dari kegagalan mencapai tujuan paling utama ini sangatlah berat.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...