Wednesday, November 30, 2022

Kisah Kasih dan Secangkir Kopi (1)

Ayat bacaan: Matius 24:12
=====================
"Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."


Saya jadi tertawa sendiri pagi-pagi. Ceritanya, seperti biasa saya membuat kopi setelah bangun. Tepat pada saat air mendidih, Pak RT datang untuk mengutip iuran sampah. Seperti biasa jika ia datang, ngobrol menjadi sebuah keniscayaan. Setelah ia pulang, saya kembali ke dapur untuk melanjutkan membuat kopi, tapi air sudah keburu tidak panas lagi. Maka saya pun memanaskan ulang. Eh, ada tetangga yang datang karena ingin meminjam sesuatu. Dan, ngobrol jilid dua pun jadi sarapan pagi saya. Setelah ia pulang, saya ke dapur lagi, dan yah... airnya sudah tidak cukup panas lagi. Maka saya ulang lagi memasak airnya.

Anak saya bangun dan memanggil papanya. Lagi-lagi seperti biasa ia segera menuntut perhatian penuh dari papanya. Minta dibuatkan sarapan, mengajak bermain, dan kopi saya pun batal hingga siang.


Untuk membuat kopi dibutuhkan air panas. Semakin mendidih maka harum kopinya akan terasa, dan bubuknya pun larut dengan baik. Dari apa yang terjadi pagi ini, pemikiran saya tertuju pada air yang bisa mendidih tapi juga bisa jadi dingin. Tak peduli sepanas apa airnya, jika didiamkan selama beberapa waktu, maka panas air akan hilang. Begitu pula dengan makanan. Jika anda memasak makanan dan lama dihidangkan, makanan akan menjadi dingin dan tidak lagi senikmat kalau dihidangkan panas-panas.

Sesuai teori fisika, segala yang hangat lama-lama akan menjadi dingin karena terjadinya perpindahan kalor. Itulah sebabnya di beberapa restoran disediakan portable gas stove agar makanan tetap bisa hangat selagi disantap. Beberapa termos yang baik juga bisa menghindari terjadinya perpindahan kalor sehingga panas bisa tahan lebih lama.

Hal itu membawa saya berpikir tentang kasih, yang entah kebetulan atau tidak sedang saya bahas sebagai bahan renungan. Perhatikanlah, bukankah kasih di dalam diri kita pun bisa seperti itu? Kasih yang dibiarkan saja dan tidak pernah atau jarang diperhatikan atau dipakai lama-lama bisa menguap. Dari hangat lantas menjadi dingin.

Apa yang menyebabkan kasih bisa menjadi dingin? Tuhan Yesus sebenarnya sudah
 menyampaikan hal itu. Demikian FirmanNya:

"Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12).

Dalam bagian dari Injil Matius ini dikatakan bahwa menjelang kesudahan dunia akan semakin banyak kedurhakaan. Kejahatan merajalela di mana-mana, kesesatan tumbuh subur. Dan berbagai hal itu akan mengakibatkan kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Dahulu begitu, sekarang pun sama. Kasih lama-lama bisa terbatas pada slogan saja, hanya disinggung dan dibicarakan, tapi semakin jarang diaplikasikan dalam kehidupan secara nyata. Kita sering terbawa kebiasaan dalam dunia, mengacu pada teori ekonomi semata berdasarkan prinsip untung rugi. Kalau mau membantu kita melihat dahulu keuntungan apa yang bisa kita peroleh atau motivasi-motivasi lain, bukan lagi didasarkan kasih. Kita menjadi pribadi-pribadi yang individualis, tidak lagi punya rasa empati dan belas kasih, lalu kemudian mulai terbiasa melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran. Jauh dari Tuhan, menjadi durhaka, dan kasih pun menjadi dingin.


(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...