Friday, August 15, 2014

Orang Jujur Dijagai Tuhan

Ayat bacaan: Yesaya 33:15-16
===================
"Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin."

Kalau kita perhatikan di sekeliling kita, kejujuran sudah menjadi semakin langka. Karenanya kita akan kaget dan terpana saat masih bertemu dengan orang yang jujur. Pada suatu kali saya datang ke sebuah depot pengisian air isi ulang. Si penjual dengan jujur berkata bahwa meski tampak berfungsi, filter pembersih galon di tempatnya sebenarnya sedang mengalami masalah. "Lebih baik ke tempat lain saja pak, ada yang dekat dari sini, tidak sampai 100 m ke bawah." katanya. Ada 3 galon yang hendak saya isi, dan saya tidak akan pernah tahu apakah alat pembersih galon disitu berfungsi baik atau tidak tanpa kejujuran dari penjualnya. Dengan mengatakan demikian ia sebenarnya rugi, karena keuntungannya harus pindah kepada penjual lain. Tapi ia lebih memilih untuk jujur daripada mementingkan keuntungannya saja. Orang-orang seperti ini sudah sangat jarang kita temukan terlebih di saat memenuhi kebutuhan begitu sulitnya di negara ini. Pendapatan tidak sebanding dengan kenaikan harga-harga terutama untuk kebutuhan pokok. Yang lebih aneh, anak-anak yang seharusnya masih lugu pun sudah sering bohong, entah dari mana mereka belajar untuk itu. Aparat yang menjebak orang agar bisa diperas, orang-orang yang berprofesi sebagai pejabat atau aparatur negara melakukan berbagai tindak kecurangan mulai dari korupsi sampai suap menyuap, kongkalikong antara dua pihak dan sebagainya menjadi hal yang sudah dianggap lumrah hari ini. Kalau jujur terus kapan kayanya? Itu menjadi pola pikir banyak orang. Mereka melupakan hal yang mendasar bahwa semuanya berasal dari Tuhan, bukan dari kemampuan kita untuk menimbun harta sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara. Kalau yang mendasar saja sudah lupa, apalagi menyadari bahwa Tuhan justru menjaga, menjamin dan melimpahi orang-orang yang memutuskan untuk hidup jujur sepenuhnya dalam hidup mereka.

Selain kesetiaan dan kebenaran, kejujuran merupakan sebuah nilai yang terkandung di dalam pribadi yang berintegritas. Masalah kejujuran adalah masalah serius yang harus diperhatikan serius karena ada begitu banyak godaan yang bisa membuat nilai ini lenyap dari diri manusia. Kejujuran bukan hanya menjadi masalah hari ini, tapi sejak dahulu kala pun itu sudah terjadi. Peringatan untuk bersikap jujur termasuk dalam berdagang pun sudah disampaikan sejak jauh hari. Dalam Imamat peringatan tersebut sudah disebutkan. "Apabila kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari padanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain...Janganlah kamu merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu." (Imamat 25:14,17) Masalah jujur bukan saja berbicara secara sempit mengenai dunia transaksi, tetapi juga menyangkut aspek-aspek kehidupan lainnya, seperti perilaku, perkataan, sikap, berbuatan dan lain-lain. Berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, tidak menipu atau membohongi, tidak curang di saat ujian dan sebagainya, itu pun merupakan aspek-aspek yang berkaitan dengan kejujuran.

Seperti apa Tuhan menilai kejujuran? Ayat bacaan hari ini menggambarkan jelas akan hal ini. "Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin." (Yesaya 33:15-16). Dari ayat ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa Tuhan menjanjikan penyertaanNya secara luar biasa bagi orang-orang yang memutuskan untuk hidup jujur. Tuhan menjaga dan melindungi mereka bagai orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, membentengi, dan dilimpahi berkat sehingga semua kebutuhan terjamin. Dalam prakteknya bisa jadi sulit, mengingat godaan untuk berlaku curang terus menyerang kita dari segala sisi dan sepertinya sudah menjadi gaya atau bahkan budaya manusia hari ini. Tapi meski sulit atau malah terlihat seolah merugikan, Tuhan tidak akan pernah menutup mataNya dari usaha dan keseriusan kita. Dalam Mazmur dikatakan "Tuhan tidak akan pernah menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." (Mazmur 84:12). Tuhan juga sudah berfirman: "Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia." (Amsal 2:7-8). Karenanya tepatlah jika Pemazmur mengatakan "Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!" (Mazmur 32:11).

Hobi berbohong pun menunjukkan perbuatan melanggar kejujuran. Seringkali bermula dari kebohongan-kebohongan kecil, tetapi itu bisa menjadi kebiasaan yang pada suatu ketika sudah menjadi sulit untuk diubah. Yesus berkata "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37). Kejujuran dalam berbicara atau berkata-kata juga sangat penting untuk kita perhatikan. Orang jujur bukan saja membawa manfaat baik pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain bahkan punya kekuatan untuk mendatangkan berkat bagi kotanya. Dalam Amsal kita bisa membaca sebuah ayat yang berbunyi "Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya." (Amsal 11:11).

Panggilan untuk hidup jujur disebutkan dalam begitu banyak ayat dalam Alkitab. Ini jelas menunjukkan betapa pentingnya hidup dengan jujur di mata Allah. Pandangan dunia mungkin akan mengatakan bahwa semakin anda pintar menipu maka keuntungan akan semakin besar, tetapi selain perbuatan itu bisa membuat kita rugi sendiri, Tuhan pun sangat tidak suka terhadap bentuk-bentuk kecurangan yang dilakukan oleh orang bermental penipu. Bahkan dalam sebuah ayat Tuhan dikatakan jijik melihat penipu. (Mazmur 5:7). Paulus berseru: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9-10)

Untuk bisa menerapkan sikap jujur, kita harus ingat bahwa dunia tidak akan pernah bisa menjamin kebahagiaan kita. Tidak peduli seberapa besarpun harta kekayaan yang kita miliki, kebahagiaan sejati hanyalah berasal dari Tuhan. Oleh karena itulah kita harus mulai menerapkan sikap hati yang tulus untuk memilih bersikap jujur. Sikap hati yang tulus, itulah yang menjadi awal dari datangnya kejujuran. Firman Tuhan berkata "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." (Amsal 11:3). Tuhan tidak akan pernah menutup mata dan mengabaikan anak-anakNya yang mau memilih untuk jujur, itu haruslah kita sadari sepenuhnya dan pegang teguh sebagai prinsip hidup. Dunia mungkin memandang kejujuran sebagai kerugian, dunia mungkin menertawakannya, tetapi yakinlah bahwa itu bernilai tinggi di mata Tuhan. Bayangkan sebuah hidup yang diisi dengan kejujuran, dan didalamnya penuh limpahan berkat Allah. Bukankah itu luar biasa? Semua itu bisa menjadi bagian dari hidup kita kalau kita mau memutuskan untuk hidup jujur tanpa syarat. Kitalah yang bisa membuktikan bahwa kejujuran bukan mendatangkan kerugian malah bisa mendatangkan keuntungan baik di dunia ini maupun dalam kehidupan selanjutnya kelak. Mari kita belajar untuk memelihara sikap jujur dan jadilah orang-orang yang berintegritas dalam segala aspek kehidupan.

"He who walks uprightly walks securely" (Amsal 10:9, English Amp)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...