(sambungan)
1. Doa yang tidak jemu-jemu menunjukkan kesungguhan iman kita kepada Tuhan
Doa adalah sarana kita untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Doa juga merupakan bentuk ungkapan iman kita dihadapan Tuhan yang disampaikan lewat kata. Saat kita berdoa, itu menunjukkan seperti apa iman kita dan kepada siapa kita meletakkan iman. Doa yang disampaikan dengan tidak jemu-jemu menunjukkan seperti apa kondisi iman kita saat ini. Iman haruslah disertai percaya, dan hanya orang yang percayalah yang mau terus berdoa meski jawaban belum datang saat ini. Orang yang imannya rapuh akan segera bosan atau malas berdoa meski baru sebentar karena ia tidak punya cukup iman untuk percaya akan pertolongan Tuhan, sebaliknya orang yang punya iman kuat tahu bahwa pertolongan Tuhan akan datang, karenanya mereka akan terus berdoa.
2. Doa yang tidak jemu-jemu menunjukkan sampai dimana kesabaran kita untuk mendapatkan jawaban atas doa
Dalam menghadapi masalah dan mengharapkan pertolongan Tuhan, seberapa besar kesabaran kita untuk berharap kepadaNya? Seringkali ketidaksabaran ini menjadi penghalang terbesar bagi kita untuk menikmati janji-janji Tuhan. Awalnya mungkin kita berdoa dengan rajin, tapi ketika jawaban tidak kunjung datang secepat yang kita kehendaki, intensitas doa pun menurun drastis hingga akhirnya berhenti total. Sebagian orang akan segera mencari alternatif-alternatif lain dengan perasaan kecewa kepada Tuhan. Maka orang yang melakukan doa yang terus dilakukan tanpa rasa jemu pun bisa dijadikan ukuran sampai dimana kesabaran yang ada pada kita dalam menanti jawaban dari Tuhan.
3. Doa yang tidak jemu-jemu menunjukkan seberapa besar kita menggantungkan harapan kepada Tuhan
Ketekunan kita dalam berdoa juga bisa dijadikan gambaran tentang seperti apa kita menggantungkan harapan kepada Tuhan. Apakah kita benar-benar hanya menggantungkan harapan pada Tuhan saja atau hanya menjadikan doa sebagai salah satu alternatif. Di satu sisi berdoa, di sisi lain kita mencoba mengandalkan banyak hal lainnya seperti harta yang kita miliki, koneksi dengan orang lain atau bahkan lewat kuasa-kuasa gelap. Kalau benar kita hanya mengandalkan Tuhan saja dan bukan menjadikan Tuhan hanya sebagai satu dari sekian alternatif, tentu kita akan terus berdoa dengan sepenuh hati. Jadi dengan kata lain, apakah kita sepenuhnya menggantungkan harapan atau menantikan jawaban pada Tuhan atau tidak, itu akan terlihat dari seberapa tekun kita berdoa.
4. Doa yang tidak jemu-jemu menujukkan kesungguhan kita
Apakah kita sungguh-sungguh atau tidak dalam berdoa akan tercermin dari seberapa besar intensitas kita berdoa. Orang yang tidak sungguh-sungguh biasanya akan cepat berhenti, cepat menyerah dan mudah putus asa. Tapi orang yang serius dalam menanti pertolongan Tuhan akan terus berdoa bukan saja sampai doa mereka dikabulkan tapi juga akan terus menjadikan kehidupan doa sebagai sarana membangun hubungan yang kuat dengan Tuhan.
Dari keempat poin di atas kita bisa melihat bahwa doa yang tidak jemu-jemu menunjukkan keteguhan hati dengan pengharapan tanpa henti dan keyakinan sepenuhnya kepada Tuhan. Tanpa itu maka orang akan cepat berhenti berdoa, mudah kembali putus asa, merasa dikecewakan Tuhan dan akibatnya menjadi terombang-ambing atau bahkan meninggalkan Tuhan sama sekali. Tuhan memang tidak akan mengulur-ulur waktu selama doa kita benar dan disertai motivasi yang benar pula. Tetapi jelaslah bahwa disamping itu kita pun perlu untuk berdoa tanpa henti dalam menantikan jawaban dari Tuhan.
Apa yang Tuhan Yesus ajarkan lewat perumpamaan seorang janda dan hakim yang lalim dalam Lukas 18 tersebut begitu jelas. Yesus mengajarkan bagaimana besarnya kuasa doa, bagaimana kita sebagai anak-anak Allah sebaiknya terus berdoa siang dan malam dengan tidak jemu-jemu, tanpa putus asa, tanpa putus pengharapan melainkan dengan keyakinan teguh bahwa Tuhan akan memberi pertolongan tepat pada saatnya. Paulus pun dalam beberapa kesempatan menunjuk pada doa yang terus dilakukan siang dan malam dengan sungguh-sungguh. Salah satu contoh adalah ketika Paulus menyatakan betapa ia terus berdoa siang dan malam dalam kerinduan untuk bertemu dengan para jemaat di Tesalonika dan melayani mereka. (1 Tesalonika 3:10).
Berdoa dengan tidak jemu-jemu, doa yang dipanjatkan terus menerus siang dan malam bukanlah berarti doa harus terus kita ulang-ulang atau bertele-tele. Bukan pula dengan cara-cara memaksa. Hal berdoa diajarkan dengan jelas oleh Yesus sendiri dalam Matius 6:5-15, dan hendaknya itu selalu menjadi acuan kita. Bukan karena banyaknya kata-kata, keindahan rangkaian kata dalam doa, tapi doa yang disertai iman lah yang penting. Bukan pula doa yang hanya dilakukan karena ada permintaan dan kebutuhan, menjadikan doa sebagai paket berisi daftar permintaan, tapi dasarkan doa sebagai sarana bagi kita untuk membina keintiman hubungan dengan Tuhan. Sejauh mana kita mampu bergantung dan mau mengandalkan Tuhan, itu akan terlihat dari kesetiaan kita dalam berdoa. Dalam Roma kita diingatkan agar senantiasa "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12).
Bertekun dalam doa, tidak jemu-jemu, siang dan malam, itu tidak akan pernah berakhir sia-sia. Ada kalanya jawaban Tuhan tidak akan segera datang. Mungkin waktunya belum tepat, mungkin Tuhan masih merasa perlu untuk menguji keteguhan dan ketekunan kita, tapi pada saatnya, Tuhan akan menolong dan memberkati kita sesuai janji-janjiNya. Karena itu, hindarilah ketidaksabaran yang bisa mengarahkan kita kepada rupa-rupa kesesatan ketika kita memilih untuk mencari alternatif atau jalan pintas yang justru akan memperburuk situasi. Adalah jauh lebih penting untuk membina hubungan karib dengan Tuhan, dan sarana untuk itu adalah melalui doa. Bertekun dan konsisten lah berdoa, jangan pernah jenuh meski saat ini jawaban sepertinya belum bisa dilihat.
Tuhan tidak akan memperlambat pertolongan, tapi adalah perlu pula bagi kita untuk terus berdoa dengan tidak jemu-jemu
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belajar dari Rehabeam (2)
(sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment