Ayat bacaan: Titus 2:7
================
"Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik."
Secara teoritis begini, pada prakteknya begitu. Ketidaksesuaian antara teori dan praktek menjadi hal yang biasa terjadi dalam hidup manusia. Peraturan sedianya dibuat untuk membuat kita menjadi lebih baik, tapi bagi banyak orang peraturan ada untuk dilanggar. Contoh sederhana saja, ada berapa banyak diantara kita yang tetap mematuhi lampu merah saat malam hari yang sepi, tidak ada polisi disana? Pada hakekatnya lampu merah harus dipatuhi agar kita terhindar dari kecelakaan dan mencelakakan orang lain, tapi orang lebih takut rugi ditilang polisi daripada mencegah terjadinya kecelakaan. Berbagai penyimpangan kebenaran menjadi hal yang sangat lumrah. Saking lumrahnya, justru orang yang mencoba hidup benarlah yang terlihat aneh. Tidak sedikit orang percaya yang bukannya menunjukkan pola hidup yang benar menurut Kerajaan Allah tapi malah menyerah ikut-ikutan prinsip dunia dalam memandang hidup. Orang tua melarang anaknya ini dan itu, tapi mereka sendiri melanggarnya didepan anak-anak. Di tengah dunia yang semakin jahat, dimanakah seharusnya orang percaya berdiri? Apakah memang jumlah orang percaya yang benar terlalu sedikit sehingga kita harus terlalu mudah menyerah dan mengikuti cara hidup orang dunia?
Kepada kita telah disematkan tugas mulia untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia, menjadikan seluruh bangsa sebagai muridNya. (Matius 28:19-20), menjadi saksi Kristus dimanapun kita berada, bahkan sampai ke ujung bumi. (Kisah Para Rasul 1:8). Tetapi bagaimana mungkin kita bisa menjalankan tugas ini hanya dengan menyampaikannya sebatas kata-kata saja? Meski kita terus menyampaikan firman Tuhan sampai berbusa sekalipun tidak akan membawa hasil apabila itu tidak tercermin dari sikap hidup kita. Itu hanyalah akan menjadi bahan tertawaan atau olok-olok dari orang yang disampaikan. Kita juga dituntut untuk menjadi terang dan garam dunia. (Matius 5:13-16). Garam tidak akan bermanfaat kalau tidak dipakai secara langsung dalam masakan dan hanya dibiarkan diam di dalam botol saja. Terang pun demikian. Lampu tidak akan bermanfaat kalau hanya disimpan, tidak dinyalakan atau tidak diletakkan pada posisinya. Semua ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kabar gembira yang kita sampaikan dengan bentuk perbuatan nyata yang harus tercermin lewat sikap hidup kita sendiri. Dengan kata lain, keteladanan lewat sikap dan perbuatan kita merupakan hal yang mutlak untuk kita perhatikan apabila kita ingin menjadi agen-agen Tuhan yang berfungsi benar di dunia ini.
Menjadi teladan, setting up examples through our own lives merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Dalam Titus 2 kita bisa membaca serangkaian nasihat yang menggambarkan kewajiban kita, orang tua, pemuda dan hamba dalam kehidupan. Pertama, kita diminta untuk memberitakan apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat. (Titus 2:1). Pria dewasa diminta untuk "hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan." (ay 2). Sementara wanita dewasa "hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang." (ay 3-5). Anak-anak muda diminta agar mampu "menguasai diri dalam segala hal". (ay 6). Semua pesan ini menunjukkan perintah untuk memberikan keteladanan secara nyata tanpa memandang usia, gender maupun latar belakang lainnya. Itulah yang akan mampu membuat ajaran yang sehat bisa diterima oleh orang lain secara baik dan membuahkan perubahan. Seruannya jelas: "dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik." (ay 7). Jadikan diri kita teladan, menjadi agen-agen Tuhan menyampaikan kebenaran lewat perbuatan-perbuatan baik yang merupakan buah dari keselamatan yang kita terima dalam Kristus.
Kalau kita mundur ke kitab Perjanjian Lama, perihal keteladanan juga telah disampaikan terutama ditujukan kepada orang tua. Ketika pesan "haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun" (Ulangan 6:7) diberikan, itu kemudian disusul dengan keharusan untuk mengaplikasikan itu ke dalam kehidupan sehari-hari yang mampu memberikan teladan. "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (ay 8-9). Ayat ini berbicara dengan jelas mengenai keharusan kita untuk menunjukkan contoh secara langsung dalam hidup kita dan bukan hanya sebatas kata saja. Ini adalah hal yang wajib diaplikasikan setiap kehidupan anak-anak Tuhan. Kita tidak akan pernah cukup menyampaikan saja, tetapi terlebih pula harus mampu menunjukkan secara langsung melalui keteladanan lewat kehidupan kita.
Banyak yang mengira bahwa mewartakan kabar keselamatan hanya bisa dilakukan lewat kotbah panjang lebar, artinya menjadi tugas para pendeta atau pelayan Tuhan di gereja saja. Itu adalah pemikiran keliru, karena semua orang percaya wajib melakukannya. Bisa jadi sebagian dari kita tidak terlalu pintar berbicara, tetapi saat kita menunjukkan perbuatan-perbuatan baik yang sesuai dengan firman Tuhan kepada orang lain lewat keteladanan yang mencerminkan kebenaranNya, itu sudah lebih dari cukup untuk bisa memperkenalkan pribadi Kristus kepada orang lain. Anda akan jauh lebih mudah dalam menyampaikan kebenaran apabila hidup anda sudah mencerminkan kebenaran itu secara nyata. Bagaimana orang mau percaya kalau kita sendiri masih belum beres dan tidak punya kesaksian apa-apa? Dari pengalaman sendiri, dari kesaksian sendiri, semua akan menjadi bukti-bukti bahwa firman Tuhan mampu membawa banyak hal luar biasa ketika dipatuhi dan dijalankan dengan benar. Keteladanan kita akan mampu membawa sebuah perubahan besar dalam lingkungan di mana kita berada. Ada banyak orang yang mengaku anak Tuhan tetapi sama sekali tidak menunjukkan itu dalam perilaku dan perbuatan sehari-hari. Bukannya kesaksian yang datang, malah mereka menjadi batu sandungan. Bukannya menjadi teladan tapi malah ikut-ikutan melakukan perbuatan-perbuatan yang salah. Tuhan ingin kita menjadi teladan dalam perbuatan baik. Kita harus menunjukkan bahwa kita mampu. Ingatlah bahwa tindakan yang kita lakukan akan membawa dampak, apakah itu baik atau buruk, dan itu tergantung dari tindakan seperti apa yang kita lakukan. Mari hari ini kita menjadi anak-anak Allah yang mampu menjadi teladan, khususnya dalam menyatakan kasih dan perbuatan baik bagi orang-orang di sekitar kita.
Menjadi teladan dalam berbuat baik merupakan kewajiban dari umatNya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belajar dari Rehabeam (2)
(sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment