Thursday, August 21, 2014

Melakukan Hal Nyata Bagi Bangsa (4)

(sambungan)

3. Kesejahteraan kota adalah Kesejahteraan kita juga

Sangatlah menarik untuk dicermati bahwa Daniel menggunakan kata "kami" dan bukan "mereka". Daniel memiliki sebuah kerendahan hati untuk tidak bermegah diri meski dia sendiri sudah mengaplikasikan hidup benar dan akrab dengan Tuhan sejak semula. Daniel mengasihi bangsanya, ia peduli terhadap nasib bangsanya dan dalam doanya ia memakai kata 'kami' yang menunjukkan kesadarannya bahwa ia merupakan bagian dari bangsanya. Jika bangsanya menderita, ia pun akan turut menderita. Sebaliknya jika bangsanya makmur dan sejahtera, maka ia pun akan menjadi bagian yang bisa menikmati itu. Daniel mengerti bahwa meski ia tidak berbuat satupun kesalahan, tapi biar bagaimanapun ia tetap merupakan bagian yang terintegrasi dengan bangsa yang saat itu tengah memberontak, tengah berperilaku fasik, bangsa yang bergelimang perilaku menyimpang dan dosa. Selain itu, Daniel sadar betul bahwa jika bukan dia, siapa lagi yang harus berdoa agar malapetaka dan murka Tuhan dijauhkan dari bangsanya?

Lihatlah bagaimana Daniel berdoa. "Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami." (Daniel 9:16). Kemudian, "Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri. Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!" (ay 17-19). Dalam doanya, Daniel menempatkan diri dari bagian kota dan bangsanya. Ia tidak mengatakan 'mereka' tapi 'kami'. Artinya Daniel tahu bahwa kesejahteraannya akan sangat tergantung dari kesejahteraan dimana ia tinggal sekaligus menunjukkan bentuk cintanya terhadap kota dan bangsanya.

Seperti Daniel, kita sebagai anak-anak Tuhan pun seharusnya bisa melihat dari sisi yang sama. Jika bukan kita, siapa lagi yang bisa berdoa agar Tuhan menjauhkan segala malapetaka dari negara kita, agar Tuhan berkenan memberkati bangsa dan negara kita ini. Lantas jangan berhenti disitu, tapi lanjutkan pula dengan melakukan perbuatan-perbuatan nyata sesuai dengan panggilan masing-masing yang sesuai pula dengan kebenaran dan tidak melanggar ketetapanNya.

Sudahkah kita melakukan karya nyata bagi kota, bangsa dan negara kita? Sudahkah kita mendoakan para pemimpin?  Sudahkah kita menjadi anak-anak Tuhan yang tidak egois, tidak apatis dan peduli dengan kemakmuran serta kemajuan bangsa kita? Sudahkah kita ambil bagian sesuai porsi kita dan berdoa syafaat bagi bangsa kita? Sebagai anak bangsa, sudah selayaknya kita melakukan itu. Hendaklah kita sebagai orang percaya tampil menjadi warganegara yang baik. Hormati dan tunduklah pada pemimpin kita, jangan hanya mengeluh dan membuat segalanya semakin sulit. Sebab firman Tuhan berkata: "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu." (Ibrani 13:17). Dan Petrus pun mengingatkan hal yang sama, untuk tunduk kepada pemerintah demi nama Allah. "Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.." (1 Petrus 2:13).

Akan sangat membantu jika kita anak-anak Tuhan bersepakat untuk melakukan apa yang difirmankan Tuhan untuk kita lakukan. Dan tentu saja, berdoalah bagi bangsa. Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang termasuk bagi pemimpin-pemimpin kita dan juga untuk bangsa dan negara kita. Sedalam apa kita mencintai negeri ini? Betul, kondisi negeri ini masih jauh dari kondisi ideal. Masih begitu banyak yang harus dibenahi. Untuk itulah kita harus berperan serta, baik lewat perbuatan nyata maupun memanjatkan doa-doa syafaat bagi bangsa ini. Jadilah orang percaya yang peduli. Ingatlah bahwa kita diselamatkan untuk menjadi berkat buat orang lain, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang bisa menyelamatkan orang lain (Efesus 2:10), termasuk buat bangsa dan negara kita.

Jadilah orang percaya yang peduli terhadap bangsa dan negara

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...