Ayat bacaan: Yesaya 26:3
===================
"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya."
Rumah kami tidaklah besar sehingga dibutuhkan kepintaran untuk menatanya agar tidak terlihat sempit atau sumpek setelah diisi barang-barang. Syukurlah saya memiliki istri yang kreatif dalam menata. Ia mendesain sendiri sofa dengan laci dibawahnya agar bisa dipergunakan sekaligus untuk menyimpan selain dipakai duduk. Ada yang bisa dilipat supaya hemat ruang kalau sedang tidak diperlukan, wastafel yang berukuran kecil dan lain-lain. Tetangga saya punya rumah yang ukurannya kurang lebih sama tetapi ia tidak memperhatikan penataan dalam membeli perabotan. Beberapa kali ia bingung tidak tahu lagi dimana perabot yang baru ia beli harus ia letakkan, pernah pula ia mengalami kesulitan karena membeli sebuah bangku panjang dari kayu jati yang tidak muat di pintu masuk rumah.
Anggaplah hati sebagai sebuah rumah yang tadinya kosong, maka hati tentu bisa diisi dengan berbagai perasaan. Ada banyak orang yang seperti tetangga saya tidak memikirkan pentingnya menata isinya, membiarkan berbagai hal yang tidak perlu atau malah negatif masuk kesana. Mereka menggantungkan kondisi hati dari situasi dan kondisi atau keadaan yang tengah dialami. Kalau hidup sedang baik dan berkecukupan maka hatinya tenang, tapi kalau sedang menghadapi masalah bahkan sedikit saja maka berbagai perasaan negatif pun berkecamuk dalam hatinya. Hari ini mereka gembira, besok mereka diliputi rasa cemas. Hidup dibiarkan terombang-ambing bagai layangan putus yang melayang tak tentu arah. Mereka bisa terlihat bagai orang termalang di dunia saat mendapat masalah, seolah tidak ada manusia yang lebih susah dari mereka lagi di dunia. Kuatir ini, kuatir itu, cemas ini, cemas itu, takut ini, takut itu. Pandangannya negatif terhadap semua hal. Mereka punya hati tapi tidak tahu mengontrolnya. Mereka lupa bahwa ibarat rumah, kita bisa mengatur apa saja yang baik untuk diisi didalamnya, bukan membiarkan segala sesuatu masuk kesana dengan bebas. Mereka pun lupa bahwa Tuhan bisa mengingatkan bahkan menegur kita lewat suara hati.
Damai sejahtera tidaklah tergantung dari keadaan yang tengah kita alami melainkan berasal dari Tuhan. Ada tidaknya damai sejahtera akan sangat tergantung dari bagaimana kedekatan kita kepadaNya, apakah kita taat mematuhi ketetapanNya atau tidak. Dan rasa damai sejahtera ini pun sanggup memandu kita dalam mengambil keputusan-keputusan untuk melakukan sesuatu seperti yang sudah saya sampaikan kemarin "Hendaklah keputusan-keputusanmu ditentukan oleh kedamaian yang diberikan oleh Kristus di dalam hatimu." (Kolose 3:15, BIS). Artinya kita bisa menjadikan damai sejahtera sebagai penegasan apakah keputusan atau apa yang sedang kita lakukan itu baik atau tidak di mata Tuhan. Masalahnya, itu tidak akan bisa kita peroleh kalau kita masih saja membiarkan segala perasaan negatif masuk dengan bebas ke dalam hati kita. Mau bagaimana ada damai sejahtera kalau isinya sudah terkontaminasi oleh perasaan-perasaan yang merusak?
Tuhan selalu ingin hati kita dipenuhi oleh damai sejahtera. Tuhan bahkan telah menyediakan RohNya untuk itu. Dalam kitab Roma dikatakan "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera." (Roma 8:6). Jika Roh Allah tinggal di dalam kita, keinginanNya adalah sebuah kehidupan yang penuh damai sejahtera, berbeda dengan keinginan daging yang mengarah pada maut. Jadi kalau kita hidup oleh Roh, kenapa kita harus takut kehilangan damai sejahtera? Damai sejahtera bisa lenyap dari hati kita kalau tidak berbuat apa-apa untuk menjaga rasa itu agar tetap berdiam dalam hati. Damai sejahtera berasal dari Tuhan, tapi itu akan tergantung dari keputusan kita, apakah kita mau membiarkannya hidup dalam hati kita atau kita memilih untuk menolaknya lantas mengijinkan perasaan-perasaan buruk masuk sebagai gantinya. It's up to us, not depending on the situation we're currently facing in life.
Jika demikian, apa yang bisa membuat kita tetap memiliki damai sejahtera? Mari kita lihat ayat dalam kitab Yesaya berikut ini. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3). Lihatlah bahwa damai sejahtera akan selalu diberikan Tuhan kepada orang-orang yang hatinya teguh dan selalu mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Itulah kunci agar kita bisa mendapatkan damai sejahtera sejati yang tidak akan terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang tengah menimpa kita .
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)
(sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment