Monday, August 11, 2014

Berdoa Dengan Tidak Jemu-Jemu (1)

Ayat bacaan: Lukas 18:1
====================
"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu."

Salah seorang teman bercerita bahwa perjuangannya untuk bisa menaklukkan hati sang pujaan hati jauh dari kata mudah. Berkali-kali ia ditolak, tapi ia terus berjuang, meyakinkan gadis yang ia cintai bahwa ia adalah yang terbaik untuknya baik lewat perbuatan, lewat kata-kata maupun perhatian. Di awal ia ditanggapi dingin bahkan menurutnya ia mendapat kesan penolakan lewat sikap yang sangat jelas terlihat. Normalnya orang akan menyerah, tetapi teman saya tetap tidak mau menyerah. Ia terus berusaha dengan segala daya upaya yang ia mampu. Ia mempelajari sifat, karakter, kebiasaan, hobi dan kesukaan dari wanita yang ia incar. Setelah sekian bulan, ternyata kegigihannya menghasilkan buah manis. Ia berhasil merebut hati sang gadis, dan hari ini mereka menjadi keluarga bahagia yang dikaruniai sepasang anak yang lucu dan pintar. "Gue itu tipe 'fighter', gue nggak bakal menyerah dalam berjuang selama kesempatan masih ada tak peduli sekecil apapun." katanya. Sikapnya dalam menghadapi masalah sangat positif, ia tidak mudah menyerah dan tidak mau kalah dalam memperjuangkan apa yang ia dambakan. Sekarang kebahagiaan menjadi miliknya, dan dari apa yang dikatakan sang istri, teman saya ini ternyata membuktikan bahwa semua yang ia 'kampanye'kan pada masa pendekatan adalah benar adanya, bukan gombal, bukan pepesan kosong. Ini adalah salah satu kisah indah tentang dua pasangan yang diperoleh lewat usaha yang keras, serius dan tidak jemu-jemu.

Sudahkah kita sadar bahwa dalam berdoa pun dibutuhkan keseriusan, kesungguhan dan ketekunan seperti halnya perjuangan teman saya untuk meluluhkan hati gadis yang ia cintai? Banyak orang yang berdoa hanya selintas saja, menjadikan doa sebagai alternatif diantara banyak alternatif lainnya untuk memperoleh apa yang kita harapkan. Dijawab syukur, tidak dijawab ya sudah. Atau ada pula yang mencoba berdoa sebentar saja, tapi saat tidak langsung dikabulkan langsung menuduh Tuhan tidak peduli atau bahkan tidak ada. Doa dianggap sebagai sarana meminta yang harus dikabulkan, atau kalau tidak maka Tuhan jadi terdakwa dan dinyatakan bersalah. Benar, doa tidak harus dilakukan bertele-tele. Yesus sudah mengingatkan hal itu dengan jelas dalam Matius 6:7. "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan." Tapi berdoa yan tidak jemu-jemu tidaklah sama dengan doa yang bertele-tele. Bukan doa yang dikonsep panjang lebar, dikemas indah secara puitis, penuh perulangan kata melainkan datang dari hati yang terdalam secara murni apa adanya. Seperti apa doa yang tidak jemu-jemu dan mengapa doa harus dilakukan seperti itu? Sebelum kita sampai kesana, mari kita lihat dahulu sebuah perumpamaan yang disampaikan Yesus mengenai pentingnya doa yang tidak jemu-jemu dalam menanti jawaban dari Tuhan.

Perumpamaan tersebut ditulis dalam Lukas 18:1-8. Perikop ini dibuka dengan kalimat berikut: "Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." (Lukas 18:1). Yesus mengambil perumpamaan tentang seorang janda, sosok yang lemah dan sering digambarkan sebagai figur yang tertindas, hidup susah dan diperlakukan tidak adil di dalam Alkitab, dan seorang hakim yang lalim. Dalam kisah ini, seorang janda diceritakan terus memohon kepada hakim yang lalim agar berkenan membela haknya. (ay 3). Sementara hakim dalam kisah ini bukanlah orang yang takut akan Tuhan, dan mempunyai sikap arogan yang  tidak menghormati siapapun. Sesuai dengan gambaran pribadi si hakim, sudah tentu ia menolak mentah-mentah permohonan janda ini. Tapi lihatlah kegigihan si ibu janda. Ia tidak jemu-jemu mendatanginya dan memohon, dan akhirnya ia berhasil meluluhkan hakim yang lalim itu. Dan Yesus pun berkata, "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!" (ay 6).

Jika hakim yang lalim saja bisa luluh terhadap permohonan tidak jemu-jemu dari seorang janda dan pada akhirnya mau mengabulkan permintaan si janda, mungkinkah Tuhan yang begitu penuh kasih setia, begitu mengasihi kita manusia ciptaanNya sendiridan menganggap kita begitu istimewa tidak mendengarkan seruan kita? "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (ay 7). Tuhan tidak akan mengulur-ulur waktu. Ia akan menjawab doa kita tepat pada waktunya, selama doa dilakukan dengan benar dengan meminta sesuatu yang baik dan perlu bukan untuk pemenuhan kesenangan diri sendiri (Yakobus 4:3), sudah terlebih dahulu menyelesaikan segala ganjalan yang ada dalam hati terhadap orang lain (Markus 11:25) dan hidup bijaksana dan menghormati pasangan hidupnya (1 Petrus 3:7). Meski demikian, doa tidak boleh dilakukan cuma sekedarnya melainkan datang dari hati yang tulus, jujur dan dilakukan dengan sungguh-sungguh tanpa jemu.

Kalau Tuhan sudah mengatakan bahwa Dia tidak akan mengulur-ulur waktu, mengapa doa harus dilakukan dengan tidak jemu-jemu? Setidaknya ada 4 alasan mengapa doa harus disampaikan seperti itu. Mari kita lihat satu persatu.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...