=================
"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!"
Anda tentu mengenal tokoh superhero rekaan Marvel Comics yang bernama Hulk. Mahluk raksasa dengan otot-otot seperti bongkahan batu ini akan timbul di saat Dr Bruce Banner, seorang ilmuwan mulai emosi. Fiksinya, Bruce mengalami itu karena terkena sinar gamma yang ia ciptakan sendiri secara tidak sengaja. Jika anda menonton versi perdana serial televisinya di tahun 70an maka anda akan mendapatkan sebuah prelude atau kisah pembuka awal sebelum Hulk ini terbentuk. Disana digambarkan seorang ibu yang panik melihat anaknya terperangkap di dalam mobil yang terguling lalu tiba-tiba mendapat kekuatan besar di luar batas kemampuannya dalam kepanikan. Ia bisa menggulingkan mobil untuk kembali tegak agar anaknya bisa keluar. Apakah ini mungkin terjadi? Jawabannya mungkin. Kita sering terkaget-kaget ketika kita bisa melakukan sesuatu di luar dugaan pada saat terdesak. Adik ipar saya pernah mengalami hal ini ketika ia berusia 5 tahun. Pada saat itu secara tidak sengaja api menyala dengan besarnya disekitar kompor, dan ia tengah berada berdua dengan kakaknya. Kedua orang tuanya sedang tidak dirumah. Ditengah kepanikannya melihat api yang besar, entah dari mana kekuatannya datang, tetapi ia sanggup mengangkat seember penuh air untuk menyiram api itu, dan itu ia lakukan berkali-kali. Anak perempuan kecil berusia 5 tahun sanggup mengangkat seember penuh air, itu secara normal tidak mungkin. Tetapi kekuatan super itu bisa terjadi pada manusia ketika berada dalam keadaan terdesak. Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli pun menyimpulkan hal yang sama. Itulah yang menjadi adegan pembuka serial televisi Hulk 32 tahun yang lalu ketika Dr Bruce Banner melakukan penelitian akan hal ini.Jika secara nyata manusia bisa mengeluarkan sesuatu yang diluar batas kemampuannya ketika berada dalam keadaan terdesak, bayangkanlah apabila anda berjalan bersama Tuhan yang punya kuasa dan kekuatan tidak terbatas. Mempergunakan kuasa dan kekuatan Tuhan memampukan kita untuk melakukan banyak hal yang mengejutkan, yang bahkan tidak kita duga sebelumnya. Kekuatan disini tidak harus diartikan secara harafiah seperti mampu mengangkat beban sangat berat melainkan secara umum. Misalnya? Sukses meski pendidikan kita rendah, melakukan terobosan-terobosan hebat dalam keterbatasan kemampuan kita sebagai manusia, atau sembuh dari penyakit yang sudah divonis tidak akan bisa sembuh lagi. Berbagai pertolongan Tuhan berupa mukjizat yang ajaib bisa terjadi, dan itu bisa menjadi bagian kita apabila kita mengandalkan kekuatanNya lebih dari apapun.
Mari kita lihat satu contoh bagaimana kuasa yang diberikan Tuhan secara langsung kepada anak-anakNya berikut ini. "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (lukas 10:19). Kata kuasa dalam ayat ini dalam bahasa Inggrisnya dirinci lebih jauh dengan "physical and mental strength and ability". Tuhan memampukan kita untuk mampu mengatasi berbagai masalah dalam hidup ini bahkan mengalahkan roh-roh jahat. Ini akan memberi perbedaan nyata antara berjalan mengandalkan diri sendiri dan mengandalkan Tuhan.
Kita juga bisa melihat kunci kemenangan Daud dalam menghadapi peperangan. Daud tahu bahwa mengandalkan manusia itu adalah sia-sia belaka. Ia berkata "Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia. Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita." (Mazmur 60:13-14). Itu bentuk gaya hidup Daud yang ternyata berkenan bagi Tuhan. Dan ketika ia berperang, ia selalu memperoleh kemenangan. Bukan karena kehebatannya, tapi Alkitab jelas berkata karena Tuhan. "TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke manapun ia pergi berperang." (2 Samuel 8:6b,14b). Bukan kehebatan Daud, tetapi Tuhanlah yang memberinya kemenangan. Itu yang terjadi apabila kita mengandalkan Tuhan lebih dari segalanya.
(bersambung)
Anda kenal lagu karangan Freddie Mercury "Crazy Little Thing Called Love"? Lagu ini menjadi satu dari best hits Queen yang diciptakan pada tahun 1979. Lagu unik ini sepertinya terinspirasi dari Elvis Presley karena irama rock n roll dalam lagu ini jauh lebih menampilkan gaya musik Elvis ketimbang karya-karya Queen biasanya. Belakangan lagu ini diaransir ulang oleh David Foster dan dinyanyikan oleh Michael Buble dengan orkestrasi big band dan kembali menjadi hit dunia. Apa yang ingin saya bahas bukanlah sejarah lagu ini, bukan pula pengarang atau penyanyinya, tetapi judul. Crazy Little Thing Called Love. Kasih atau cinta, dikatakan sebagai sebuah crazy little thing alias sesuatu yang gila, tidak masuk akal. Tidakkah itu benar? Cinta bisa membuat kita rela melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, tidak terduga dan sebagainya. Cinta bisa membuat kita yang tadinya penakut tiba-tiba berubah menjadi pemberani, cinta bahkan bisa membuat kita siap mati demi seseorang yang kita cintai. Cinta bisa begitu mengejutkan dan menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang lebih dari batas kemampuan kita, dan lucunya seringkali hal yang tidak pernah bisa kita perbuat sebelumnya kemudian terjadi, dan itu atas nama cinta. Love makes the world go round, kata pepatah asing, dan itu benar adanya. Entahlah, mungkin saya terlalu romantis jadi orang, tetapi bagi saya cinta memang segalanya. Saya rela mengorbankan apapun demi orang yang saya cintai atau kasihi. Bagi seorang ahli kimia, cinta mungkin dianggap sebagai sebuah reaksi kimia yang kompleks yang belum diketahui senyawa-senyawanya. Ada percikan asmara, ada kontak yang bisa membuat kita bergetar atau merasa deg-degan ketika berada di dekat orang yang kita sayangi. Jelas ada reaksi yang terjadi disana, tetapi biarlah itu menjadi pemikiran para ahli, karena saya bukan orang yang berkecimpung di dalam sisi ilmiah dari segala sesuatu termasuk dari sebuah hal gila bernama cinta.
Begitu takutnya salah seorang sepupu saya akan penyakit-penyakit menular sehingga ketika anaknya masih bayi ia memilih untuk mengurung anaknya di dalam kamar terus menerus. Ia tidak mengijinkan siapapun untuk menggendong anaknya, bahkan untuk melihat saja harus dari luar pintu kamar. Itu berlangsung hingga usia anaknya menginjak dua tahun. "Ada banyak virus dan kuman menular di luar.." katanya. Ini sebuah bentuk ketakutan yang berlebihan, karena tentu tidak sehat apabila anak bayi hanya dikurung di dalam kamar dan tidak mendapat rotasi udara cukup atau sinar matahari yang akan bagus untuk pertumbuhan tulangnya. Tapi keputusan berlebihan itu sedikit banyak memang punya alasan. Jika saya berjalan di pasar-pasar tradisional atau pusat perbelanjaan, maka saya akan bertemu dengan beberapa orang yang menggunakan masker seperti yang digunakan oleh dokter yang hendak melakukan operasi. Betapa banyaknya kuman penyakit yang bisa menular dengan mudah lewat udara, dan di tempat-tempat ramai kita akan rentan tertular. Kita bersinggungan atau berpapasan dengan begitu banyak orang yang tidak kita kenal. Kita tidak tahu apakah mereka sehat atau sakit, kalaupun sakit apakah sakit flu biasa atau penyakit-penyakit menular yang sulit disembuhkan seperti flu burung misalnya. Pada suatu kali ada seorang pemain bass dari luar yang memilih untuk memakai masker ketika berada di hall di mana ia bermain. Ia membuka maskernya di saat bermain, tetapi kemudian ia memakainya lagi sambil berjalan hilir mudik kesana kemari. Melihat virus-virus yang semakin lama sepertinya semakin bermutasi menjadi lebih berbahaya, kita bisa mengerti alasan-alasan mulai dari yang wajar hingga yang terlihat berlebihan itu. Dan saya belum berbicara mengenai berbagai situasi buruk lainnya di sekitar kita seperti bencana alam, tingkat kejahatan yang semakin meningkat mulai dari pencurian, perampokan, copet, penipuan sampai pembunuhan. Coba pikirkan, jika kita tidak memiliki jaminan apapun dalam menjalani hidup ini, tidakkah itu akan sangat mengerikan? Kalau demikian, adakah janji Tuhan akan hal ini? Jawabannya ada.
Setiap kali saya menelepon ayah saya yang tinggal di kota lain, ia hampir selalu menyampaikan pesan yang sama sebelum menutup telepon, "tetap semangat!" Pesan ini sangatlah baik, dan selalu menguatkan terutama pada saat dimana saya sangat memerlukannya. Semangat akan membuat raut muka dan gerak tubuh kita berbeda. Orang yang bersemangat akan terlihat sangat kontras dengan yang tidak. Orang patah semangat biasanya terlihat lesu dan murung. Sebaliknya orang yang bersemangat akan terlihat antusias dengan wajah berseri dan ceria. Senyum pun akan mengembang di wajah mereka. Apakah orang-orang yang bersemangat ini hidup tanpa masalah? Tentu tidak. Semua manusia sama-sama berhadapan dengan masa-masa sulit sekali waktu. Tetapi reaksi dalam menanggapinya akan berbeda jika disertai semangat atau tidak. Penampilan dan performa orang bersemangat akan jauh di atas orang yang hidupnya layu tanpa semangat. Dalam melamar pekerjaan seringkali faktor semangat ini sangat menentukan. Pola pikir positif, gairah, semangat juang akan sangat menentukan malah kerap mendapat prioritas lebih dari gelar, pengalaman dan keahlian.
Apakah anda termasuk satu di antara banyak orang yang semakin kehilangan kegembiraan hari-hari ini? Ada banyak orang di sekitar saya yang dulunya terlihat ceria sekarang cenderung terlihat murung. Kalaupun senyum itu terlihat dipaksakan karena air muka dan matanya menyiratkan kemurungan. Senyum dan tawa semakin lama semakin menghilang dari raut muka banyak orang. Jika ketika tertawa atau tersenyum mulut melengkung ke atas, sekarang lengkungannya ke bawah. Sinar mata berbinar semakin lama semakin jarang ditemukan. Beberapa teman saya yang tadinya sering bercanda sekarang lebih banyak duduk menghela nafas dan terlihat melamun. Betapa banyak orang yang kehilangan sukacita akhir-akhir ini. Jika melihat hidup yang semakin sulit, itu tidaklah mengherankan. Tetapi itulah sebenarnya sebuah kekeliruan yang seringkali kita buat dalam mencari sukacita. Kita berpikir bahwa sukacita akan otomatis hadir jika hidup tanpa masalah. Tetapi saya pun telah bertemu dengan banyak orang yang tidak merasa bahagia justru di tengah kemewahan mereka. Beberapa hari terakhir saya terus merasa terdorong untuk menulis mengenai sukacita, dan hari ini ijinkan saya untuk menuliskannya sekali lagi.
Beberapa hari terakhir ini ternyata Tuhan menggerakkan saya untuk terus berbicara mengenai sukacita. Sukacita bisa kita rasakan baik lewat pengalaman-pengalaman pribadi kita bersama Tuhan, lewat kesadaran kita akan kebaikan dan penyertaan Tuhan, dan kemarin kita melihat pula bahwa kita tidak boleh berhenti hanya kepada sukacita atas diri sendiri tetapi juga harus menuju kepada sukacita selanjutnya, yaitu ketika ada jiwa-jiwa yang bertobat. Kacamata iman akan sangat menentukan bagaimana kita menyikapi kehidupan lengkap dengan liku-likunya. Sebuah sukacita yang sejati bukanlah tergantung dari berat ringannya kondisi yang kita hadapi di dunia melainkan berasal dari seberapa jauh kedekatan dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Kacamata seperti inilah yang seharusnya kita miliki, sebuah kacamata yang memampukan kita untuk memperoleh atau melihat bukti dari sesuatu yang tidak/belum kita lihat. Dua hari yang lalu kita sudah melihat bentuk kacamata iman ini lewat apa yang dimiliki Abraham dan Sara. Hari ini mari kita kembali melihat bagaimana mereka bisa memiliki sebentuk kacamata iman seperti itu.
Merasa bersukacita ketika kita berada dalam kondisi baik itu wajar dan tidak salah sama sekali. Siapa yang tidak bergembira jika segalanya berjalan dengan lancar tepat seperti yang diinginkan? Lebih dari itu, bersukacitapun seharusnya ada pada kita ketika kita menyadari atau merasakan kebaikan Tuhan serta penyertaanNya dalam hidup kita. Segala yang telah Dia anugerahkan bagi kita termasuk di dalamnya yaitu keselamatan sudah sepantasnya membuat kita bersyukur dan dipenuhi rasa sukacita. Dalam keterbatasan dan kesederhanaan hidup saya bersukacita. Bersukacita untuk kesehatan yang diberikan Tuhan, bersukacita karena saya masih bisa bekerja dalam kondisi baik, bersukacita untuk istri yang luar biasa dan rumah tangga yang hangat. Meski saya baru saja pulang sehabis bekerja hingga lewat tengah malam, meski rasa lelah terasa, tetapi saya saat ini tersenyum sambil menulis renungan ini karena merasakan sukacita tersebut. Dan memang Tuhan menginginkan kita agar senantiasa bersukacita. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4) Dalam renungan kemarin kita pun melihat bahwa sukacita mampu membawa kemuliaanNya turun dari langit. "...Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan." (2 Tawarikh 5:13). Bersukacita atas keadaan kita tentu baik. Tetapi ada sebuah sukacita lagi yang seharusnya kita sadari dan rasakan. Seperti apa sukacita selanjutnya itu?
Hampir setiap film box office saat ini dibuat versi 3D nya. Penonton bisa memilih apakah mereka lebih suka menonton versi biasanya atau ingin meningkatkan serunya menonton dengan memilih versi 3D. Meski harganya sedikit lebih mahal, tetapi kepuasannya jelas berbeda. Film dengan sistem 3D akan membuat tayangan seolah hadir tepat di depan kita. Untuk bisa menyaksikan dengan sempurna, maka anda memerlukan kacamata khusus. Cobalah masuk kesana dan menonton tanpa memakai kacamata. Anda akan pusing karena gambarnya berbayang dan tidak jelas. Kacamata 3D berbeda dengan kacamata minus, berbeda pula dengan kacamata plus. Jika mata anda minus, maka pandangan tidak akan membaik dengan memakai kacamata plus, dan begitu pula sebaliknya. Bagaimana untuk memandang masa depan? Sebaik apapun mata anda, dengan kacamata seperti apapun yang disediakan di dunia ini, anda tidak akan pernah bisa melihat masa depan. Tetapi Alkitab berkata bahwa ada satu kacamata yang bisa membuat kita mampu melihat sesuatu di depan sana. Itu adalah kacamata iman.
Sebuah SMS di tengah malam membangunkan saya dari tidur. Ternyata sms berasal dari seorang teman yang tinggal di kota lain yang saat ini aktif melayani. Bunyi smsnya adalah sebagai berikut: "Allah ingin melakukan perkara-perkara yang baik bagi kita bukan karena kita baik dan layak, tetapi karena Dia baik. Jesus be with you." Di tengah rasa mengantuk saya pun tersenyum dan merasakan sukacita lewat sms yang ia kirimkan. Apa yang ia kirim itu sangatlah benar. Tuhan selalu rindu melakukan perkara-perkara yang baik dalam hidup kita. Lihatlah bunyi Firman Tuhan ini: "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Dan Tuhan selalu ingin memberikan segala yang baik bagi kita. Apakah karena kita hebat, baik dan layak? Tidak. Apakah Tuhan berkewajiban untuk membalas budi baik atau jasa-jasa kita? Tidak. Semua itu diberikan Tuhan bukan karena kita yang baik, tetapi karena Dia baik. Di saat ada banyak beban yang berkecamuk dalam pikiran saya beberapa waktu terakhir ini, sms di tengah malam mengingatkan saya kembali bahwa ada kebaikan Tuhan yang senantiasa menyertai anak-anakNya. Dan untuk itu dalam kondisi apapun sudah sepantasnya jika kita bersukacita dengan penuh rasa syukur.
Mengeluh atas keterbatasan atau apa yang kita tidak punya jauh lebih mudah ketimbang memeriksa apa yang kita punyai, yang saat ini ada pada diri kita. Seringkali orang tidak menyadari potensinya karena terlalu sibuk memandang apa yang dimiliki orang lain. Dengan mudah kita berkata, "wajar jika ia sukses, ia punya ini dan itu, sedangkan saya.." Jika mau jujur, kita sering atau setidaknya pernah mengatakan itu atau berpikir seperti itu. Kita mengabaikan talenta yang telah diberikan Tuhan, kita lupa memeriksa apa sebenarnya potensi yang ada pada diri kita. Akibatnya kita tidak mengetahui apa yang bisa kita lakukan saat ini. Kita membuang peluang. Potensi yang ada seharusnya bisa membuat kita berhasil dalam hidup pun kita buang dengan percuma karena kita tidak mau memeriksa apa yang Tuhan telah sediakan buat kita.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa setidaknya ada 4000 peluang yang hadir di depan kita setiap harinya. Ini jumlah yang sangat banyak, tetapi kita jarang menyadarinya. Tanpa sadar kita melewatkan setiap peluang yang ada di depan mata dan terus mengeluh bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan tidak jarang orang kemudian menyalahkan Tuhan atas keadaan yang ia hadapi. Mau buka usaha tetapi tidak ada modal, mau bekerja tetapi tidak ada lowongan, atau belum apa-apa sudah merasa yakin pasti tidak diterima. Betapa sering masalahnya datang bukan dari situasi melainkan justru lewat keraguan atau pola pikir negatif dari diri sendiri. Ada pula orang yang sulit bangkit dari kegagalan. Mereka trauma dan menjadi tidak lagi berani untuk bangkit. Bagi kita yang kerap melewatkan peluang untuk sukses dan sulit bangkit dari kegagalan terdahulu, hari ini saya ajak untuk menanyakan kepada diri sendiri: "Apa yang ada pada kita?" Apa yang masih tertinggal dalam diri kita dan apa yang bisa kita lakukan dengan itu untuk sukses? Cara berpikir seperti ini akan membantu kita dalam melepaskan kegagalan dari masa lalu, membantu kita untuk menyadari potensi diri kita sendiri, membebaskan kita dari ketakutan memandang masa depan dan tentu saja membawa kita kembali menyadari apa yang Tuhan telah sediakan bagi kita.
Berkecimpung di dunia musik untuk masa waktu yang sudah lumayan lama membuat saya mengenal dan mendapati musisi-musisi yang justru bersinar sangat terang dibalik kelemahannya, baik mengenal secara pribadi maupun lewat sejarah hidup mereka. Ada seorang gitaris dengan gaya gypsi yang legendaris bernama Django Reinhardt. Lahir dengan jumlah jari utuh, musibah menimpanya di tahun 1928 ketika caravan yang ditumpanginya mengalami kebakaran. Tangan kirinya terbakar dengan kondisi yang sangat parah. Dengan sisa dua jari yang masih berfungsi di tangan kirinya ia malah berhasil menciptakan fingering system baru. Bayangkan memainkan senar-senar hanya dengan dua jari, mungkinkah? Rasanya sulit dipercaya. Tetapi Django justru mampu memainkan chord dan melodi keduanya hanya dengan dua jari. Django bersinar justru dibalik keterbatasan atau kelemahannya, mengatasi logika manusia. Di korea ada pianis muda wanita yang hanya memiliki empat jari. Tetapi ia mampu bermain lebih baik dari yang masih lengkap jari-jarinya. Di Indonesia saya bertemu dengan pemuda yang buta tetapi permainan pianonya sudah sekelas pemain terkenal dunia. Ada penyanyi yang buta, bahkan gitaris tim musik di gereja saya ada yang tidak mempunyai kaki dan sebelah tangan, tetapi masih mampu melayani para jemaat untuk memuji Tuhan sekalipun ia harus digendong untuk naik dan turun. Lewat mereka-mereka ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam hidup. Mereka tidak meratapi kekurangan mereka. Mereka tidak berfokus kepada keterbatasan kondisi mereka, tidak memandang kepada apa yang mereka tidak punya melainkan memaksimalkan apa yang masih mereka punya, dan itu ternyata mampu membuat mereka bersinar dengan hebatnya.
"Seandainya tidak ada masalah, betapa tenangnya hidup ini.." kata seorang tetangga saya sambil tersenyum kecut. Sebenarnya tidak ada masalah serius yang tengah ia hadapi. Ia memiliki pekerjaan yang baik, kehidupan rumah tangganya rukun, anak-anaknya juga sehat dan bisa bersekolah tanpa kekurangan. Tetapi ia hidup terus dalam kecemasan. Ia tidak bisa merasa senang dan cepat merasa gelisah. Ketika saya tanyakan apa yang membuatnya gelisah ia berkata, "sejauh ini tidak ada sih..tapi siapa yang tahu besok bagaimana..wong hidup ini serba tidak pasti kok.." Ia tampaknya gelisah memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi di depan. Tidak ada yang pasti dalam hidup ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, lusa atau beberapa menit ke depan. Tetangga saya terperangkap dalam ketakutannya sendiri, yang ia sendiri pun tidak tahu alasannya. Ada banyak orang yang merasakan hal seperti ini di sekitar kita, atau bahkan kita sendiri mungkin pernah atau sedang merasakannya. Makan tak enak, tidur tak nyenyak, duduk pun tak nyaman. Di antara anak-anak Tuhan sendiri pun tidak tertutup kemungkinan merasakan hal yang sama. Tetangga saya itu misalnya, ia pun orang percaya. Tetapi tetap rasa takut menguasai dirinya begitu besar. Sekali lagi, apapun bisa terjadi dan kita tidak punya kemampuan cukup untuk bisa melihat apa yang ada di depan. Tetapi itu bukan alasan bagi kita untuk hidup dengan ketakutan. Apa yang biasanya membuat hal ini terjadi adalah kesalah-kaprahan kita untuk membiarkan pikiran-pikiran negatif mencekam perasaan kita. Berhati-hatilah akan hal itu, karena itu akan menjadi lahan subur bagi iblis untuk menancapkan kukunya lebih dalam lagi, membuat kita bertambah takut, kalut dan gelisah.