Tuesday, September 13, 2011

From Strength to Strength

Ayat bacaan: Mazmur 84:8
=====================
"Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion."

from strength to strengthGelindingkanlah bola sekuat tenaga di lantai, sekencang apapun bola itu bergulir pada suatu ketika bola akan menjadi lambat dan pada akhirnya berhenti. Biar sekuat apapun tenaga anda menggulirkannya, pada suatu ketika bola akan menjadi semakin menurun kecepatannya sampai berhenti. Itu sudah menjadi sebuah hukum alam, yang berlaku pula kepada kita. Kita yang kuat di masa muda normalnya akan mengalami penurunan tenaga dan daya tahan seiring bertambahnya usia. Selain kekuatan dan daya tahan tubuh, ingatan, penglihatan dan sebagainya pun akan terus berkurang. Saya salut melihat kakek dari teman saya yang ternyata masih mampu jalan pagi dan angkat beban secara teratur seminggu sekali di usianya yang sudah menginjak 85 tahun. Itu sangat jarang kita temukan hari ini terutama di kota-kota besar dengan tingkat polusi, stres dan kesibukan tinggi. Sangatlah menarik apabila hari ini saya mendapatkan ayat yang berbunyi: "Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion." (Mazmur 84:8). Kepada siapa ayat ini berlaku? Pemazmur mengatakan: "Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!" (ay 6). Artinya, ayat ini berlaku bagi orang yang mengandalkan kekuatan di dalam Tuhan, yang hatinya selalu mengarah ke Gunung Sion. Dalam bahasa Inggrisnya disebutkan: "Blessed (happy, fortunate, to be envied) is the man whose strength is in You, in whose heart are the highways to Zion." Bukan hanya malah semakin kuat, increasing in victorious power, from strength to strength, tetapi Tuhan pun melimpahi dengan berkat. "Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat." (ay 7). Ayat ini sangatlah menarik karena ternyata Tuhan sanggup menjanjikan sesuatu yang melawan hukum alam seperti yang kita ketahui.

Ada beberapa tokoh Alkitab yang bisa kita jadikan contoh nyata akan hal ini. Pertama, kita bisa melihat sosok Kaleb. Kaleb mulai kita kenal sebagai satu dari selusin pengintai yang dikirim oleh Musa untuk mengintai situasi Kanaan seperti yang tercantum dalam Bilangan 13. Diantara kedua belas orang itu, 10 orang pesimis, tetapi dua lagi, Kaleb dan Yosua memilih untuk bersikap optimis karena percaya pada Tuhan. Kaleb percaya bahwa kekuatan Tuhan ada di atas kekuatan siapapun mahluk di bumi ini. Jika ia meletakkan kekuatannya di dalam Tuhan, dan apa yang ia hadapi sesuai janji Tuhan, maka tidak ada kata untuk gagal. Itu yang Kaleb percaya. Mari kita melompat ke depan untuk melihat Kaleb hampir setengah abad kemudian. Saat itu Kaleb sudah tua, tepatnya berusia 85 tahun, dan pada saat itulah ia menerima janji Tuhan bahwa ia dan Yosua saja dari angkatan 45 tahun yang lalu yang berhasil masuk ke tanah Kanaan. Ini tepat seperti janji Tuhan sebelumnya: "kecuali Kaleb bin Yefune. Dialah yang akan melihat negeri itu dan kepadanya dan kepada anak-anaknya akan Kuberikan negeri yang diinjaknya itu, karena dengan sepenuh hati ia mengikuti TUHAN...Yosua bin Nun, pelayanmu, dialah yang akan masuk ke sana. Berilah kepadanya semangat, sebab dialah yang akan memimpin orang Israel sampai mereka memiliki negeri itu." (Ulangan 1:36,38). Mari kita lihat penggalan kata-kata Kaleb berikut ini: "Pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk." (Yosua 14:11). Aku masih sama kuatnya seperti 45 tahun yang lalu. Aku masih siap berperang dengan kekuatan yang sama seperti dahulu. Demikian kira-kira kata Kaleb. Ini keluar dari mulut orang yang sudah berumur 85 tahun. Bagaimana mungkin? Pada Kaleb, ternyata hukum alam tidak terjadi. Pada diri Kaleb ada mukjizat Tuhan. Ini berlaku kepadanya, karena dia merupakan orang yang selalu meletakkan kekuatannya dan dirinya secara keseluruhan di dalam Tuhan.

Mukjizat adalah keajaiban yang terjadi dari kuasa Tuhan yang mampu melampaui hukum alam dan logika. Ketika hukum alam membuat segala sesuatu melambat, merosot, memudar dan berkurang dalam perjalanan waktu, mukjizat Tuhan mampu melakukan sebaliknya. Lewat Kaleb kita menyaksikan hal itu. Lihat apa yang tertulis di antara dua ayat Mazmur di atas. Jika mengacu kepada Mazmur 84:7 di atas, mukjizat Tuhan ternyata tidak hanya berbicara mengenai kekuatan yang tidak merosot dimakan usia, tapi juga berbicara mengenai mukjizat Tuhan untuk mengubah lembah Baka (artinya lembah air mata) menjadi lembah penuh berkat, menjadi lembah yang penuh sukacita. Ini pun janji Tuhan kepada orang yang meletakkan kekuatannya di dalam Tuhan. Perhatikan sosok Abraham yang justru mendapatkan anak di usia yang sudah sangat lanjut. Lihat pula Nuh yang masih mampu membangun kapal berukuran raksasa di usia senjanya. Mereka ini pun merupakan bukti nyata dari kemampuan Tuhan yang tidak terbatas. Tuhan menjanjikan kekuatan yang sama kepada orang-orang yang mau menggantungkan kekuatannya kepada Tuhan dan bukan kepada kehebatan diri sendiri. Tuhan bahkan sudah menjanjikan langsung secara begitu spesifik: "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4). Ini menunjukkan betapa besar perhatian Tuhan yang akan terus memberikan kekuatan bagi kita hingga akhir hayat kita nanti.

Kepada jemaat Efesus, Paulus mengatakan bahwa manusia akan melemah, iman dan kasih pada Tuhan bisa merosot dari waktu ke waktu. Karena itulah Paulus berpesan agar jemaat Efesus tetap kuat dengan meletakkan kekuatan mereka di dalam Tuhan. "Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." (Efesus 6:10). Ini pesan yang penting agar kita mau mengandalkan kekuatan di dalam Tuhan yang tentu akan memberikan perbedaan nyata dalam hidup kita. Kepada Timotius, Paulus mengingatkan pula agar tidak menjadi lemah karena tugas yang diemban Timotius di usia mudanya sesungguhnya tidaklah mudah. Kata Paulus: "Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus." (2 Timotius 2:1). Jika mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu bertahan lama, apalagi menghadapi dunia yang semakin sulit untuk didiami. Agar itu tidak terjadi, kita harus meletakkan kekuatan kita ke dalam Tuhan. Jadilah kuat bukan karena kehebatan kita, tapi oleh kasih karunia dalam Yesus Kristus. Inilah yang akan mendatangkan mukjizat melampaui hukum alam sehingga kita bisa mengalami sesuatu yang luar biasa seperti apa yang dialami Kaleb dan tokoh-tokoh besar lainnya. Iman kita bisa merosot, tenaga kita bisa menurun, kekuatan kita bisa berkurang, daya ingat bisa melemah, kasih mula-mula bisa menghilang, jika kita tidak menyerahkan diri kita ke dalam tangan Tuhan dan bergantung pada kekuatan kita sendiri. Tapi ketika kita menyerahkan hidup ke dalam tangan Tuhan, percaya dan bergantung sepenuhnya kepadaNya, mengikuti rencanaNya meski mungkin pada mulanya terasa berat, Tuhan akan selalu memberi kekuatan. Karenanya, tetaplah berjalan bersama Tuhan, dan andalkanlah Tuhan dalam apapun yang kita lakukan atau kerjakan. Jika ini terus kita lakukan maka kita tidak akan hidup dengan dibatasi oleh lingkungan, situasi dan kondisi sekitar, melainkan hidup penuh dengan terobosan-terobosan dan mukjizat yang berasal dari Bapa Surgawi.

Keep walking from strength to strength with increasing in victorious power with God

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...