Friday, September 9, 2011

Mengenal Hati Bapa

Ayat bacaan: Lukas 15:20
=======================
"..Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia."

mengenal hati Bapa"Saya tidak pantas ke gereja, bahkan tidak pantas berdoa. Dosa-dosa saya sudah terlalu berat..semua sudah terlambat.." kata seseorang pada suatu kali. Ia merasa sudah terlalu compang camping dan tidak layak untuk bisa menerima anugerah keselamatan dan kasih Allah sama sekali. Saya mengingatkannya agar tidak berpikir seperti itu. Ia harus berhati-hati karena dalam pola pemikiran seperti itu iblis akan berpesta pora membuatnya terus tertuduh semakin parah. Itu adalah salah satu kesukaan iblis dalam menjatuhkan kita sekaligus menjauhkan kita dari Tuhan. Orang ini hanyalah satu dari sekian banyak yang sudah pernah saya temukan, yang berpikir sama seperti itu. Ada banyak orang yang menganggap Tuhan sebagai Sosok yang kejam, yang tidak akan segan-segan menghukum kita habis-habisan. Dalam hal tertentu Tuhan memang akan menghukum manusia yang tidak juga bertobat hingga kesempatannya habis. Tapi apakah Tuhan senang dengan itu? Apakah Dia tertawa melihat kita disiksa di dalam api belerang neraka? Sama sekali tidak. Tuhan akan sangat sedih jika itu yang terjadi. HatiNya akan menangis perih. Dia sudah merelakan Yesus untuk turun ke dunia menyelamatkan kita, dan jika kita masih saja berakhir di ujung yang seburuk itu, maka semua pengorbanan Tuhan akan menjadi sia-sia. Hati Bapa adalah hati yang lembut yang mengasihi kita dengan begitu besarnya.

Kita yang berlumur dosa seringkali merasa diri kita compang camping, jijik dan kotor, bagaikan gelandangan yang merasa tidak layak masuk ke dalam sebuah restoran mewah. Pernahkan anda melihat gelandangan yang diusir keluar agar para tamu yang makan tidak terganggu di dalam? Itu pemandangan yang biasa kita lihat jika kita masuk ke dalam tempat mewah. Tendensi kebanyakan manusia adalah cenderung menghakimi sesamanya. Betapa mudahnya melihat dosa pada diri orang lain sementara untuk menyadari dosa sendiri sulitnya bukan main. Bahkan Yesus pun pernah menegur sikap seperti ini. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3). Di sisi lain, kita sering merasa terlalu buruk dan tidak layak sama sekali untuk menerima anugerah kasih Tuhan yang luar biasa besarnya itu. Tapi apakah reaksi Allah sama seperti reaksi sebagian orang-orang tersebut? Apakah Tuhan memilih untuk menjauhi kita? Tidak, sama sekali tidak. Justru sebaliknya, Tuhan memilih untuk mendekati kita, bahkan berlari untuk merangkul dan mencium kita.

Dari mana saya bisa yakin seperti itu? Kita bisa melihatnya dengan jelas tertulis di dalam Alkitab, yaitu lewat kisah anak yang hilang (Lukas 15:11-32). Kita sudah tahu bagaimana sikap si anak durhaka itu yang sungguh keterlaluan. Ia meminta hak warisannya selagi ayahnya masih hidup lalu hidup berfoya-foya. Ia memilih meninggalkan ayahnya dan mengejar segala kenikmatan yang ditawarkan dunia. Apa yang terjadi kemudian adalah kehancuran. Dan ia pun menyesal dan memutuskan kembali kepada bapanya, apapun resiko yang harus ia hadapi. Itu ringkasan awal dari perumpamaan yang sangat terkenal ini. Tapi apa yang ingin saya sampaikan hari ini adalah dari sisi sang bapa. Apa yang terjadi selama si anak itu pergi meninggalkan dirinya? Apa yang ia lakukan dan bagaimana reaksinya ketika melihat anaknya kembali? "..Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (Lukas 15:20). Mari kita lihat baik-baik ayat ini. "Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya." itu bagian pertama. Jika sang ayah sudah melihat si anak ketika ia masih jauh, tentu itu artinya ia terus menanti dengan memandang jauh ke depan. Saya membayangkan sosok sang bapa yang sedih hatinya terus menanti di depan jendela, melihat sejauh matanya bisa memandang, berharap pada suatu ketika sosok anaknya akan muncul jauh di ujung sana. Jika ia tidak menanti secara khusus seperti itu, tentu ia tidak akan melihat anaknya sejak masih jauh. Penantian yang sudah ia lakukan justru ketika anaknya belum bertobat, bahkan melewati hari-hari yang panjang dengan penantian itu ketika si anak masih terus berlumur dosa. Bapa itu dengan penuh harap merindukan kepulangannya. Ia tidak membenci anaknya, ia penuh pengampunan. Saya yakin anaknya selalu berada dalam pikiran dan hatinya, dan ia terus mengasihi anaknya meski perbuatan si anak sungguh memilukan hatinya.

Jika anda tengah menanti sesuatu yang anda tidak tahu kapan datangnya, apa perasaan anda ketika apa yang anda tunggu itu akhirnya hadir? Bersukacita? Excited? Melonjak kegirangan? Bergegas lari menyongsongnya? Itulah yang dilakukan Tuhan pula. "lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." Lihatlah bagaimana besarnya sukacita Tuhan. Bukannya menolak kedatangan anaknya yang sudah begitu berdosa, bukannya mengusir atau memusuhi, memberi hukuman dan sebagainya, tetapi dikatakan berlari mendapatkan sang anak, lalu langsung merangkul dan mencium. Dia tidak menanti dengan berdiam di tempat, tetapi langsung berlari mendapatkan anak yang hilang. Seperti itulah bentuk hati Bapa. KasihNya yang begitu besar mendorongNya untuk berlari ke arah sang anak, langsung memeluk dan mencium, bukan memukul, menampar atau menghukum. Bukan menghapuskan hak sebagai anak, mengusir, tetapi menerima kembali dengan penuh sukacita. Hanya memeluk dan mencium? Tidak. "Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita."  (ay 22-23). Sebuah pesta besar pun segera Dia siapkan menyambut kembalinya kita. Apapun dosa yang pernah kita lakukan, seberapa besarpun itu, Tuhan akan menyambut kita seperti ini, tepat seperti bapa yang menyambut anaknya yang hilang dalam perumpamaan ini.

Bentuk hati seperti itulah yang dimiliki Tuhan terhadap setiap orang yang terhilang. Itulah bentuk hatinya selagi kita masih bergelimang kesesatan dalam dunia ini. Dia tidak pernah ingin kita terus tersesat. Dia tetap mengasihi kita semua bahkan ketika kita masih terus berlumuran dosa. Satu bukti nyata betapa besarnya kasih Allah terhadap kita orang berdosa ini adalah dengan hadirnya Yesus agar kita semua tidak binasa melainkan layak untuk beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16). Tuhan membenci dosa, tapi Dia tidak membenci orang berdosa. Dia terus berharap agar setiap orang yang tersesat bisa kembali ke jalanNya. Dia rindu melihat kita semua berbalik dari jalan-jalan yang salah untuk kembali kepangkuanNya.Dia rindu untuk menyambut kepulangan kita. Dalam Mazmur Daud pun hal ini dengan jelas dinyatakan. "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103:13). Hati Bapa yang penuh kasih dan penuh pengampunan seperti inilah yang mewarnai sikap Tuhan kepada kita semua. Bukankah ini luar biasa? Tuhan mengatakan bahwa Dia siap untuk membuang dosa kita sejauh timur dari barat (ay 12), melemparkannya jauh ke dalam tubir laut (Mikha 7:9), tidak lagi mengingat-ingat dosa kita (Yesaya 43:25) bahkan dikatakan siap untuk dibenarkan oleh Allah melalui Kristus. (2 Korintus 5:21). Bukan sekedar dipulihkan, diampuni, tapi malah dibenarkan. Hati Bapa adalah hati yang penuh belas kasih. Dia merindukan kita yang terlanjur hilang, dan berharap kita akan kembali kepadaNya. Itulah yang akan menyukacitakan hatiNya lebih dari apapun.

Tidak ada kata terlambat untuk bertobat selagi kesempatan untuk itu masih ada. Hati Bapa adalah hati yang penuh belas kasih dan akan segera merangkul menyambut kita. sebuah pertobatan pribadi yang sungguh-sungguh akan disambut Allah dengan penuh sukacita bersama seisi surga. Disamping itu, ingat pula bahwa ada banyak orang yang sangat membutuhkan Bapa yang penuh kasih. Jangan sampai kita mengabaikan mereka. Alangkah bahagianya jika lebih banyak lagi orang yang akhirnya menemukan jalan menuju Bapa, disambut dengan berlari dan rangkulan penuh sukacita olehNya sendiri, dimana malaikat dan seisi Surga pun akan turut menyambut dengan bersorak sorai. Dan kita bisa berperan di dalamnya untuk mengantarkan mereka pulang menuju sambutan meriah dari Surga. Jangan berpikir bahwa anda sudah terlambat untuk bertobat, dan jangan abaikan mereka yang masih hilang. Ketahuilah seperti apa isi hati Bapa dan rasakan bersama-sama kehangatan sambutanNya yang begitu lembut dan penuh kasih.

Tuhan berlari menyambut kepulangan anak-anakNya dengan rangkulan, ciuman dan pesta besar

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...