Friday, September 16, 2011

Lion King

Ayat bacaan: Amsal 30:30
======================
"Singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apapun."

lion kingSalah satu film animasi yang sangat saya suka adalah Lion King, yang diproduksi tahun 1994. Pada masanya film ini mencetak hasil yang sangat mengagumkan dan hingga kini dianggap sebagai salah satu film animasi tersukses sepanjang masa. Di film ini kita bisa melihat bagaimana perjuangan seekor singa bernama Simba untuk mengalahkan kelompok Hyena hingga akhirnya berdiri menjadi raja. Dalam dunia nyata singa sering diberikan julukan sebagai raja rimba, dan itu bukanlah tanpa alasan. Singa memiliki kemampuan bertarung yang komplit. Singa itu kuat dan berani. Bahkan singa mampu memanjat pohon dalam mengajar mangsa. Kemampuan memanjat ini membuat singa lebih dibandingkan harimau yang tidak bisa memanjat pohon. Dari Postur pun singa terlihat kokoh dan kekar. Bulu-bulu tebal mengelilingi singa jantan membuat singa terlihat bertambah gagah. Gaya singa menerkam tengkuk lawannya begitu terkenal, dan dipercaya akan segera mengatasi perlawanan musuhnya dalam waktu singkat. Ukuran seekor singa pun terbilang besar dan lebih berat jika dibanding hewan sekelasnya seperti harimau, macan tutul dan sebagainya. Beratnya bisa mencapai 200 kilogram lebih dengan kemampuan berkelahi yang luar biasa. Dengan segudang kehebatannya, tidak mengherankan jika singa dinobatkan sebagai raja rimba.

Alkitab pun mencatat kehebatan seekor singa ini yang tidak boleh kita abaikan. Singa dikatakan kuat, bahkan terkuat di antara binatang karena singa tidak pernah menyerah atau mundur terhadap apapun. "Singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apapun." (Amsal 30:30). Apa yang dicatat dalam Alkitab ternyata bukanlah kemampuan berkelahinya, bukan ketajaman gigi dan kuku, tapi kehebatan singa itu diukur dari kemampuan mentalnya yang luar biasa dalam menghadapi tantangan atau serangan. Seperti singa, seperti itulah seharusnya mental anak-anak Tuhan yang percaya. Tapi kenyataannya, ada banyak anak-anak Tuhan yang mudah menyerah. Daya tahannya lemah, gampang patah semangat, mudah putus asa dan kehilangan harapan. Kalah sebelum bertanding seperti momok tersendiri bagi banyak orang, termasuk di dalamnya orang-orang percaya. Kapasitas atau ukuran diri kita seringkali kita anggap terlalu kecil untuk melakukan sesuatu. Padahal siapapun kita, kita sudah diperlengkapi Tuhan dengan berbagai macam talenta. Tidak itu saja, Roh Tuhan sendiri dikatakan berdiam di dalam hati kita. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6). Lebih tegas lagi, ayat selanjutnya berkata: "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (ay 7). Dengan semua ini, tidak seharusnya kita menjadi pribadi-pribadi yang mudah menyerah. Tuhan menciptakan kita untuk menjadi seekor singa bukan seekor kucing. Kita bukan diciptakan sebagai pecundang yang gampang menyerah dengan mental melempem, tetapi justru sebagai pemenang, bahkan lebih dari pemenang seperti bunyi Firman Tuhan dalam Roma 8:37.

Mental seperti singa dapat kita lihat lewat sikap Daud dalam menghadapi tantangan yang sangat besar dari raksasa Goliat. Saat itu Daud masih sangat muda yang sehari-hari bertugas hanya sebagai gembala ternak. Sementara kakak-kakaknya aktif sebagai prajurit yang terbiasa maju di medan perang. Menghadapi raksasa dengan persenjataan lengkap seperti Goliat, para tentara termasuk kakak-kakak Daud ternyata takut. Secara logika dan realita tampaknya ketakutan itu sangat beralasan. Selain kalah dari segi persenjataan, mereka juga kalah postur. Tapi tidak demikian halnya dengan Daud. Mengapa Daud berbeda? Karena jelas dia menyadari siapa dirinya, seperti apa jati dirinya diciptakan Tuhan. Demikian tanggapan Daud mendengar tantangan yang dilemparkan Goliat. "Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?" (1 Samuel 17:26). Daud tahu dimana Allah berdiri, dan jika Allah berdiri pada barisan dimana ia berada, maka ia tidak punya alasan sama sekali untuk takut. Dan kenyataannya, Daud mampu mengalahkan Goliat yang berbaju perang dan senjata lengkap hanya dengan senjata tradisional sederhana, yaitu sebuah umban (ketapel) dan batu. Itulah sikap Daud yang menggambarkan sikap seekor singa yang tidak menyerah dalam menghadapi tantangan apapun.

Dalam Wahyu, Yesus pun dikatakan sebagai Singa dari Yehuda yang berasal dari garis keturunan Daud. "Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya." (Wahyu 5:5). Yesus sebagai singa dari Yehuda telah membuktikan kekuatan sejatinya sebagai raja di atas segala raja dengan tidak mundur dari rangkaian tugasNya ke dunia seperti yang digariskan Tuhan sedikitpun. Yesus tidak mundur setapakpun meski apa yang harus Dia hadapi demi kita luar biasa menyakitkan. Yesus menuntaskan semuanya, sehingga hari ini kita bisa beroleh keselamatan dalam sebuah hubungan dengan Tuhan yang sudah dipulihkan. Yesus terus bertarung mempertahankan kita semua, anda dan saya agar bisa selamat dan beroleh hidup yang kekal.

Bagaimana reaksi kita dalam menghadapi tantangan? Sudahkah kita memiliki keberanian seekor singa dalam menghadapi tekanan demi tekanan, atau kita masih termasuk golongan yang mudah menyerah? Apakah kita punya daya tahan serta semangat juang yang tinggi atau sedikit saja goyah kita langsung ambruk? Sekali lagi, kita diciptakan Tuhan untuk menjadi seperti singa, menjadi seperti Singa Yehuda yang sejati. Kita diciptakan bukan untuk menjadi pecundang melainkan sebagai sosok yang lebih dari orang menang. Kita diciptakan sebagai anak-anakNya yang dengan sendirinya merupakan ahli-ahli waris oleh Allah. Kita semua telah dibekali berbagai keahlian, kemampuan dan kelebihan tersendiri yang memampukan kita untuk bisa tampil dengan sosok seperti singa. Dan bukan itu saja, karena ada Tuhan bersama kita yang akan selalu siap untuk membawa kita ke setiap tingkatan keberhasilan, tidak peduli sesulit apapun situasi yang kita hadapi saat ini. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Jika situasinya demikian, mengapa kita harus takut menghadapi tantangan? Milikilah karakter sejati seperti yang digariskan Tuhan untuk kita. Tunjukkan bahwa bersama Tuhan kita akan mampu melewati tantangan apapun dan keluar sebagai juara. "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31). Selalu ada rintangan yang harus kita hadapi dalam kehidupan ini. Secara logika mungkin kita terlihat berada di pihak yang lemah, tetapi bersama Tuhan kita akan mampu mengatasi apapun dengan gemilang. Tetaplah berjuang, jangan mundur, jangan menyerah, jangan hilang harapan. Jangan mundur di tengah jalan, teruslah maju dan raihlah apa yang dirancangkan Tuhan dalam hidup anda. Miliki mental sekokoh singa, sebuah mental juara yang tidak mundur terhadap tantangan sebesar apapun

Miliki mental seperti seekor singa yang tidak akan mundur menghadapi tantangan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (4)

 (sambungan) Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu ...