Wednesday, September 21, 2011

Bersukacita atas Kebaikan Tuhan

Ayat bacaan: Mazmur 100:2,5
========================
"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai...Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun."

kebaikan TuhanSebuah SMS di tengah malam membangunkan saya dari tidur. Ternyata sms berasal dari seorang teman yang tinggal di kota lain yang saat ini aktif melayani. Bunyi smsnya adalah sebagai berikut: "Allah ingin melakukan perkara-perkara yang baik bagi kita bukan karena kita baik dan layak, tetapi karena Dia baik. Jesus be with you." Di tengah rasa mengantuk saya pun tersenyum dan merasakan sukacita lewat sms yang ia kirimkan. Apa yang ia kirim itu sangatlah benar. Tuhan selalu rindu melakukan perkara-perkara yang baik dalam hidup kita. Lihatlah bunyi Firman Tuhan ini: "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Dan Tuhan selalu ingin memberikan segala yang baik bagi kita. Apakah karena kita hebat, baik dan layak? Tidak. Apakah Tuhan berkewajiban untuk membalas budi baik atau jasa-jasa kita? Tidak. Semua itu diberikan Tuhan bukan karena kita yang baik, tetapi karena Dia baik. Di saat ada banyak beban yang berkecamuk dalam pikiran saya beberapa waktu terakhir ini, sms di tengah malam mengingatkan saya kembali bahwa ada kebaikan Tuhan yang senantiasa menyertai anak-anakNya. Dan untuk itu dalam kondisi apapun sudah sepantasnya jika kita bersukacita dengan penuh rasa syukur.

Ada banyak hal sebenarnya yang bisa mendatangkan sukacita bagi kita. Salah satunya adalah dengan menyadari betapa baiknya Tuhan itu. Dalam kitab Yesaya kita bisa menemukan hubungan yang indah antara menyadari kebaikan Tuhan dengan datangnya perasaan sukacita. "Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar." (Yesaya 63:7). Betapa mudahnya  kita melupakan kebaikan Tuhan. Kita dengan ringan menyalahkan Tuhan dan menuduh Tuhan tidak adil atau pilih-pilih ketika pertolonganNya tidak kunjung turun sesuai jangka waktu yang kita tetapkan sendiri. Ketika pertolongannya hadir, tidak jarang dari kita dengan cepat melupakan kebaikanNya. Atau ketika keadaan baik-baik saja, kita pun terlena dan tidak bersyukur. Ada pula orang yang masih saja menggerutu meski keadaannya tidaklah begitu parah. Apakah dengan hadirnya masalah itu artinya Tuhan tidak baik? Tentu saja tidak. Ada banyak alasan mengapa kita harus tetap melalui lembaran-lembaran sulit dalam perjalanan hidup kita. Bisa jadi Tuhan sedang melatih otot rohani kita, bisa jadi itu untuk memberi pelajaran bagi kita, bisa jadi pula akibat dosa kita sendiri. Apapun itu, satu hal yang pasti adalah bahwa Tuhan itu baik. Ayat Yesaya di atas kemudian dilanjutkan dengan: "..maka Ia menjadi Juruselamat mereka dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala." (ay 8-9). Ketika Yesus datang ke bumi, ia langsung turun tangan menyelamatkan umat manusia, menebus kita dalam kasih dan belas kasihNya yang begitu besar. Untuk itu saja kita sudah sangat pantas mengucap syukur tak henti-hentinya. Di zaman Salomo kita bisa menemukan sebuah lagu pujian yang dipersembahkan kepada Tuhan dengan megahnya lewat ensambel besar. "Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan." (2 Tawarikh 5:12-13). Lihatlah lagu pujian yang menyatakan kebaikan Tuhan itu mampu membuat kemuliaanNya turun dari langit. Kebaikan Allah haruslah selalu kita ingat, dari sana kita bisa beroleh sumber sukacita yang hebat dari Tuhan sendiri.

Dalam kitab Nehemia dikatakan "Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:10b). Perhatikanlah bahwa sumber sukacita yang sejati sesungguhnya berasal dari Tuhan dan bukan tergantung dari kondisi yang kita alami. Lalu lihat apa kata Pemazmur berikut ini. "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "Serve the Lord with gladness! Come before His presence with singing!" Selayaknya orang yang sedang bergembira, tentu lagu yang dibawakan pun berupa lagu-lagu riang. Mengapa seruan ini dinyatakan Pemazmur? Alasannya sederhana, "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (ay 5). Pemazmur menyadari betul bahwa Tuhan itu baik. Kasih setiaNya berlaku untuk selama-lamanya dan turun temurun. Kebaikan dan kemurahan Tuhan itu berlaku tidak hanya sesaat tapi sepanjang masa. Pemazmur tahu itu dan berkata "Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa." (Mazmur 23:6).

Adalah mudah bagi kita untuk mengeluh, mudah bagi kita untuk memandang masalah, tetapi seringkali sulit bagi kita untuk menyadari segala kebaikan Tuhan yang telah Dia beri dalam hidup kita. Apakah saat ini anda sedang berbeban berat atau sedang dalam kondisi baik-baik saja, jangan lupakan kebaikan Tuhan dan untuk itu tetaplah bersukacita. Mengeluh dan terus meratapi masalah tidak akan membawa solusi apa-apa selain memperberat masalah dan memperkeruh situasi. Sebaliknya hati yang bersukacita akan membawa segala kebaikan Allah untuk turun atas kita. "Percayakan segalanya pada Tuhan, dan bersukacitalah, maka Tuhan akan melepaskan kita. "dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4). Tetaplah ingat kebaikan Tuhan, dan bersukacitalah karenanya.

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (4)

 (sambungan) Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu ...