Ayat bacaan: Markus 6:38
====================
"Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan."
Mengeluh atas keterbatasan atau apa yang kita tidak punya jauh lebih mudah ketimbang memeriksa apa yang kita punyai, yang saat ini ada pada diri kita. Seringkali orang tidak menyadari potensinya karena terlalu sibuk memandang apa yang dimiliki orang lain. Dengan mudah kita berkata, "wajar jika ia sukses, ia punya ini dan itu, sedangkan saya.." Jika mau jujur, kita sering atau setidaknya pernah mengatakan itu atau berpikir seperti itu. Kita mengabaikan talenta yang telah diberikan Tuhan, kita lupa memeriksa apa sebenarnya potensi yang ada pada diri kita. Akibatnya kita tidak mengetahui apa yang bisa kita lakukan saat ini. Kita membuang peluang. Potensi yang ada seharusnya bisa membuat kita berhasil dalam hidup pun kita buang dengan percuma karena kita tidak mau memeriksa apa yang Tuhan telah sediakan buat kita.
Jika kemarin kita sudah melihat bahwa meski Musa pada saat itu hanya memiliki sebatang tongkat tetapi Tuhan mampu menyatatakan kuasanya lewat tongkat yang biasa saja itu, hari ini mari kita lihat kisah lainnya mengenai hal ini lewat mukjizat yang dilakukan Tuhan atas lima roti dan dua ikan yang tertulis dalam keempat Injil. (Matius 14:13-21, Markus 6:32-44, Lukas 9:10-17 dan Yohanes 9:10-17).
Mukjizat lima roti dan dua ikan bermula dari rasa belas kasihan Yesus melihat begitu banyak orang bagaikan domba tanpa gembala. (Markus 6:34). Yesus mulai mengajar mereka hingga hari mulai gelap. Ketika murid-muridnya meminta Yesus untuk menyuruh orang banyak itu pulang agar bisa makan, Yesus malah berkata "kamu harus memberi mereka makan!" (Markus 6:37) Memberi makan 5000 pria belum termasuk para wanita dan anak-anak. Bagaimana mungkin? Kita akan segera berpikir berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk itu? Sangatlah menarik melihat apa yang dikatakan Yesus selanjutnya. "Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" (ay 38a). Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." (ay 38b). Yesus tentu sanggup membuat mukjizat dengan mendatangkan makanan secara instan. Tapi apa yang dilakukan Yesus ternyata berbeda. Yesus menunjukkan bahwa Dia tidak bermaksud bekerja sendirian. Dia meminta partisipasi dari murid-muridNya, dan seperti itulah Tuhan lebih suka bekerja. Meski Dia bisa melakukan semuanya sendirian, dan itu mudah sekali bagiNya, tetapi Tuhan tidak suka kita berpangku tangan dan jauh lebih senang untuk melakukan mukjizatNya lewat apa yang kita punya. Tuhan Yesus bertanya: "berapa banyak roti yang ada padamu?" Dan perhatikan lanjutannya:"Cobalah periksa!" Hasilnya adalah lima roti dan dua ikan. Dari mana roti dan ikan itu berasal? Dalam Injil Markus memang tidak disebutkan dari mana asalnya. Namun Injil Yohanes menuliskan dari mana ikan itu berasal, yaitu dari seorang anak kecil. "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan." (Yohanes 6:9).
Mari kita lihat sejenak bagaimana kronologi kejadiannya menurut Yohanes. Menurut Injil yang ditulis Yohanes, Yesus menanyakan kepada Filipus bagaimana untuk memberi makanan untuk seluruh orang yang berkumpul mendengar pengajaran Yesus. "Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." (ay 7). Filipus satu dari murid Yesus yang hadir disana melihat kemustahilan untuk bisa memberi makan demikian banyak orang dengan uang yang mereka miliki sesuai dengan logika manusianya. Lalu diantara murid-murid itu, seorang murid lain bernama Andreas, saudara simon Petrus ternyata bergerak melihat sekelilingnya, dan ia mendapatkan seorang anak yang memiliki bekal lima roti dan dua ikan. Maka ia pun berkata "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?". (ay 9). Andreas mencari dan melihat bahwa ada lima roti dan dua ikan yang dimiliki oleh seorang anak kecil. Tapi mana mungkin itu cukup? Andreas pesimis dengan apa yang ia dapatkan. Dari sini kita bisa melihat dua pola pikir. Yang satu langsung pesimis, yang satu masih mau berusaha tetapi masih tidak tahu apa yang bisa ia lakukan dengan apa yang ada. Si anak sang pemilik lima roti dan dua ikan ternyata tidak menolak dan tidak bertanya apa-apa. Dengan sukarela anak kecil itu memberikan apa yang ia miliki. Lalu Yesus pun mengucap syukur atas roti dan ikan, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang. Luar biasa, jumlah bekal yang kecil itu cukup untuk mengenyangkan semua orang disana bahkan berlebih. Dari lima roti dan dua ikan, logika kita akan berkata, apa yang bisa dilakukan dengan jumlah itu untuk begitu banyak orang? Tetapi lihatlah bagaimana Tuhan sanggup melakukan mukjizat luar biasa lewat sesuatu yang sederhana saja.
Mukjizat Tuhan seringkali dilakukan melalui apapun yang ada pada kita. Tuhan telah menyediakan segala yang cukup bagi kita untuk maju, baik dalam pekerjaan, pelayanan maupun aspek-aspek kehidupan lainnya. Sebagai manusia kita bisa berkata bahwa kita tidak sanggup, tidak mampu, tidak mempunyai apa-apa, tapi Yesus ingin kita masuk lebih dalam dan memeriksa baik-baik terlebih dahulu apa yang kita punya. "Cobalah periksa dulu. Periksa, periksa dan periksa lagi, apa yang ada padamu." Dan ketika kita menemukan apa yang kita punya, Dia akan membuat itu menjadi berkat yang berarti bagi diri kita sendiri dan juga hidup orang banyak di sekitar kita.
Baik lewat tongkat Musa yang sudah saya sampaikan kemarin maupun lewat kisah lima roti dan dua ikan ini kita bisa belajar bahwa Tuhan menginginkan kita untuk memeriksa dahulu apa yang ada pada diri kita sebelum kita berkeluh kesah atas ketidakmampuan kita, atas apa yang tidak kita punyai. Apa yang kita punya mungkin sangatlah kecil. Mungkin sangat sederhana, dan di mata manusia tidak ada gunanya. Kalaupun ada mungkin akan dianggap tidak cukup untuk melakukan sesuatu yang besar. Tetapi ketahuilah bahwa kuasa Tuhan yang bekerja atasnya sanggup mengubahkan itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Bukankah semua ketersediaan itupun berasal dari Tuhan? Jika Dia sendiri yang memberikan talenta walau sekecil apapun itu, bukankah itu adalah sesuatu yang sangat baik yang pantas kita syukuri? Tidak ada satupun yang kebetulan, tidak ada satupun yang sia-sia jika itu berasal dari Tuhan. Jika itu berasal dari Tuhan, maka itu bisa menjadi sesuatu yang sangat besar kalau saja kita mau mencari atau memeriksanya baik-baik terlebih dahulu. Sebelum mengeluh dan patah semangat, dan agar bisa bangkit dari kegagalan yang pernah anda alami di masa lalu, alangkah baiknya jika anda mau memeriksa terlebih dahulu apa sebenarnya potensi yang anda miliki yang saat ini ada pada diri anda. Tuhan berkata, "Periksalah", dan itulah tepatnya yang harus kita lakukan.Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah meminta apa yang tidak kita miliki. Dia meminta apa yang kita punya dan mengubahnya menjadi berkat luar biasa. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, termasuk mempergunakan sedikit saja dari yang kita miliki untuk menjadikannya mukjizat nyata dalam hidup saudara-saudara kita. Apa yang ada pada anda saat ini? Percayakah anda Tuhan mampu berkarya lewat itu secara luar biasa? Let's check what God has in store for us.
Buka mata dan hati, periksalah apa yang ada pada diri kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belajar dari Rehabeam (2)
(sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment