======================
"Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair."
"Nggak tau ah, gelap.." menjadi sebuah ungkapan yang begitu sering dipakai orang untuk menggambarkan ketidaktahuan dan ketidakjelasan terhadap berbagai hal. Seorang teman pernah bercanda dan menjawab seperti itu ketika ditanya apa hobinya, apa rencananya ke depan, apa yang ia suka, dan sebagainya. Ada pula yang memakai kalimat ini karena malas menjawab atau tidak tertarik kepada lawan bicaranya. Mengapa gelap? Karena tidak ada orang yang bisa melihat dengan jelas di dalam kegelapan. Sebuah restoran memakai konsep kegelapan ini untuk mempertajam indra rasa dan penciuman. Orang yang tuna netra biasanya memiliki pendengaran dan perasaan yang lebih tajam dibanding orang lain. Mereka mampu membedakan siapa yang berada di dekat mereka bahkan hanya dari langkah kakinya saja. Di Indonesia ada tokoh fiksi bernama Si Buta Dari Goa Hantu, di Jepang ada sosok Zatoichi. Mereka tokoh-tokoh yang ternyata menjadi luar biasa justru setelah tidak lagi bisa melihat. Ini beberapa sisi positif yang bisa muncul dari gelap. Tapi saya rasa kita semua sepakat bahwa kita tidak mau berlama-lama dalam kegelapan. Penderitaan dan kesulitan hidup seringkali membuat hidup kita gelap. Masa depan kita pun bisa terasa gelap ketika kita tidak tahu harus berbuat apa, atau tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah yang tengah kita hadapi.Yusuf pernah melalui kegelapan hidup lewat serangkaian penderitaannya akibat disakiti saudara-saudaranya sendiri. Bahkan setelah ia lepas dari saudara-saudaranya, hidupnya masih belum menunjukkan perubahan yang baik buat sementara. Ia difitnah dan dipenjara. Namun kita bisa melihat bagaimana Yusuf tidak pernah kehilangan pengharapan sedikit pun. Ia tetap setia dalam kesabarannya menanti janji Tuhan, dan pada akhirnya ia menerimanya dan menjadi seorang pemenang dengan gemilang. Kegelapan yang bukan dalam bentuk kiasan, melainkan dalam bentuk nyata pun pernah ia alami, yaitu ketika ia dijebloskan ke dalam sumur kering. "Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair." (Kejadian 37:24). Bayangkan jika kita yang berada di posisi Yusuf. Tidak ada yang bisa kita lihat di sekeliling kita, semuanya gelap. Ketika anda memandang ke kiri, kanan, muka, belakang, anda hanya akan melihat kekelaman yang hitam. Tapi bagaimana jika anda melihat ke atas? Ya, ada cahaya di atas. Itu satu-satunya sumber cahaya di dalam sumur. Saya percaya Yusuf dikuatkan oleh cahaya yang tetap menyinarinya dari atas, karena dia tahu meski semuanya gelap disekelilingnya, tetapi ada Tuhan di atas sana yang tetap bersinar terang siap melimpahkan berkat untuk turun atasnya ketika waktunya tiba. Dan kita tahu itu benar.
Tidak hanya Yusuf, tapi tokoh-tokoh lain di alkitab pun pernah mengalami masa-masa suram. Daud misalnya, berkali-kali mengalami kesulitan dalam perjalanan hidupnya. Tapi sama seperti Yusuf, Daud memiliki pengharapan yang tidak bisa dipadamkan oleh masalah seberat apapun. Ia bahkan dengan yakin berkata "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Daud tahu benar bahwa Tuhan adalah gembalanya yang akan memastikan bahwa ia tidak akan kekurangan suatu apapun. (ay 1). Ia tahu bahwa hanya kebajikan dan kemurahan belakalah yang akan mengikutinya seumur hidupnya, dan itulah yang akan ia peroleh apabila ia diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa. "Surely or only goodness, mercy, and unfailing love shall follow me all the days of my life, and through the length of my days the house of the Lord (and His presence) shall be my dwelling place." (Mazmur 23:6).
Kita pun pasti pernah mengalami masa-masa suram, dimana kita hanya melihat kegelapan di sekeliling kita. Kita tidak melihat solusi, kita tidak melihat pemecahan, kita tidak melihat jalan keluar, semuanya gelap. Di saat seperti itulah kita tidak boleh lupa untuk memandang ke atas. Pada saat-saat gelap seperti itu ada banyak hal yang diasah dalam diri kita. Kita bisa memakainya untuk belajar menjadi lebih dewasa, lebih tahan mental, lebih kuat, membuat indra-indra lainnya dalam diri kita menjadi lebih tajam, dan lebih dari itu semua, kita bisa belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam hidup kita lebih dari apapun. Jika hari-hari sebelumnya kita hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri atau orang lain, dan semua itu bak menjaring angin alias sia-sia, inilah saatnya kita bisa mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan yang tidak pernah mengecewakan. Firman Tuhan berkata: "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7). Bagi orang yang mengandalkan Tuhan, "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (ay 8). Sebaliknya "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk." (ay 5-6). Adalah sangat penting bagi kita untuk mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, dan di saat-saat gelap itulah kita bisa belajar dengan baik untuk itu. Tuhan tidak pernah mengecewakan. Ada begitu banyak bukti bagaimana ajaibnya Tuhan melepaskan banyak orang dari kesesakan, baik dari apa yang kita baca melalui tokoh-tokoh dalam alkitab hingga berbagai kesaksian yang nyata hingga hari ini. Bukti itu sudah begitu banyak, sehingga pada jaman Mazmur di tulis pun kesaksian itu sudah tertulis dengan jelas. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2).
Jika hari ini anda hanya melihat kegelapan di sekeliling anda, pastikan anda melihat ke atas. Ada cahaya kemurahan Tuhan bersinar di atas sana, yang akan tetap bersama diri anda. Ketika anda mulai mengandalkan Tuhan, percaya sepenuhnya kepadanya dan terus hidup dalam pengharapan, pada suatu ketika nanti cahaya Tuhan itu akan mampu melepaskan anda dari kegelapan dan membuat segalanya indah pada waktunya. Sementara anda masih berada dalam pergumulan, manfaatkanlah itu semua sebagai sarana belajar untuk mempertajam diri anda dan melatih diri untuk bisa mengandalkan Tuhan sepenuhnya. "Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan" (Lukas 1:37), karena itu "Jangan takut, percaya saja!" (Markus 5:36). Selama sinar Tuhan dari atas masih ada bersama anda, tidak akan ada kegelapan yang mampu meruntuhkan anda. Yusuf mengalami itu dan telah membuktikan hasilnya, sekarang giliran kita untuk membuktikannya. Let's believe, trust and rely on God in full confidence and receive all His promises!
Ketika disekeliling anda gelap, pandanglah ke atas
Seorang aktris pernah bercerita mengenai pengalamannya memerankan tokoh orang gila. Ia menceritakan totalitasnya dalam mengambil peran sulit itu. Berbulan-bulan ia melakukan observasi di rumah sakit jiwa untuk mendapatkan gambaran yang tepat bagaimana reaksi dan perilaku orang-orang yang dirawat disana. Usahanya berhasil. Ia sukses memerankan tokoh itu. Satu hal yang saya ingat adalah apa yang ia katakan: "untuk berhasil memerankan orang gila, saya tidak harus gila dulu kan?" Dia benar. Tanpa harus menjadi gila benaran ia bisa sukses menjalankan perannya.
Stres sudah menjadi bagian hidup manusia sejak dulu. Terlebih sekarang ketika hidup terasa lebih berat. Beban pekerjaan, masalah-masalah kehidupan, krisis multi dimensi dan sebagainya bisa dengan mudah membuat kita stres. Persoalan bertimbun dan tidak kunjung selesai, belum lagi satu beres masalah berikutnya sudah muncul, bisa membuat kita depresi. Orang jahat ada di mana-mana. Perampok, pencopet, maling, penipu, dan orang-orang yang punya niat jahat lainnya bisa membuat jiwa kita resah. Biaya hidup melambung? Sulit keuangan? Terlilit hutang? Bingung mencukupi biaya sekolah anak? Semua itu pun bisa membuat jiwa tak tenang. Ada begitu banyak orang yang sulit tidur karena terlalu banyak pikiran, ada pula yang begitu bangun pagi sudah langsung diserang stres dan kekalutan. Jika kita biasakan stres merajalela dalam hidup kita, hal kecil dan sepele sekalipun bisa membuat kita stres. Jika dibiarkan, stres bisa membuat kita sakit bahkan membunuh kita.
Beberapa hari yang lalu seorang teman bercerita bahwa ia sempat mengalami kesulitan air selama beberapa hari. Setelah ditelusuri, ternyata masalahnya bukanlah dari PAM (Perusahaan Air Minum) seperti yang ia duga sebelumnya. Masalah ternyata muncul akibat terjadinya penyumbatan pada pipa yang menyalurkan air menuju ke rumahnya. Setelah pipa dibersihkan, air pun kembali mengucur dengan baik masuk ke rumahnya. Ketika air tidak mengalir di rumah, biasanya kita akan segera menduga bahwa masalah berasal dari sumbernya, tapi ternyata masalah pun bisa terjadi dari halaman rumah kita sendiri. Keesokan harinya ada teman lain yang mengeluh bahwa doanya tidak juga mendapat jawaban. Dan saya pun teringat akan kisah air mampet di atas.
Anda kenal Hulk Hogan? Sosok populer bertubuh besar penuh otot ini rasanya tidak asing lagi bagi kita. Ia membina karirnya baik di dunia WWE (dulu WWF: World Wrestling Federation) dan juga sebagai aktor film. Bagi penggemar wrestling yang sudah menonton sejak tahun 80an pasti ingat Hogan pernah dijuluki pria terkuat di dunia, terutama setelah ia berhasil mengangkat dan membanting Andre The Giant, pegulat bertubuh super besar dengan berat lebih dari 300 kg pada pagelaran Wrestlemania III. Meski pada waktu itu dikatakan beberapa bagian otot Hogan sempat terkoyak akibat mengangkat beban seberat itu, tetap saja keberhasilan itu membuatnya dijuluki pria terkuat di seantero dunia.
Rumah bisa menjadi tempat yang ternyaman dan terhangat bagi kita, tapi sebaliknya bisa pula menjadi tempat terpanas di muka bumi ini. It can be like heaven on earth, but can also be hell break lose. Ada rumah tangga yang tingkat pertengkarannya begitu intens, sehingga hubungan menjadi hambar. Tidak lagi ada kasih di rumah, sehingga pulang ke rumah menjadi alternatif paling akhir. Bahkan tidak jarang yang kemudian dengan ringan berkata bahwa tidak ada lagi rasa kepada pasangannya. Bagaimana kata-kata seperti itu mungkin keluar dengan mudah dari orang yang sudah memutuskan untuk menikah, menjadi satu dengan pasangannya? Tapi semakin lama hal seperti ini semakin dianggap lumrah terjadi dalam keluarga. Tidak heran jika tingkat perceraian pun semakin lama semakin tinggi. Berbagai alasan dikemukakan, termasuk tidak sedikit yang berani-beraninya menyalahkan Tuhan dengan mengatakan bahwa sudah merupakan takdir Tuhan bahwa mereka harus bercerai. Tuhan yang menyatukan, dan Dia pula yang menginginkan perceraian di antara ciptaanNya?
Bulan Maret kemarin kita dikejutkan dengan tragedi Situ Gintung. Hujan deras yang turun membuat tanggul tidak mampu menahan dorongan air. Tanggul pun bobol, bencana banjir bandang terjadi. Hanya dalam waktu singkat 2,1 juta meter kubik air pun melanda rumah-rumah penduduk yang berada di bawah tanggul. Berulang-ulang berita ditayangkan di TV terasa mengiris hati. Bayangkan bagaimana rasanya orang tua kehilangan anak, anak kehilangan orang tua, kehilangan sanak saudara. Hanya dalam waktu yang sangat singkat, hanya dalam hitungan menit, tiba-tiba begitu banyak orang kehilangan harta, saudara, anak, keluarga, teman dan juga nyawa. Musibah bisa terjadi begitu mendadak. Ketika tanggul jebol, tidak ada satupun orang yang sanggup menghentikan limpahan air deras yang menyeruak keluar dari tembok yang retak itu dalam waktu singkat.
Ada banyak orang yang ketakutan dikejar-kejar perasaan bersalah. Ada orang yang merasa bahwa kesalahan yang pernah mereka buat tidak akan pernah bisa dimaafkan. Biasanya mereka akan sulit melangkah menatap hari depan. Bahkan ada sebagian orang yang tidak lagi tahan dengan siksaan perasaan mereka dan memilih jalan pintas yang fatal dengan mengakhiri hidupnya. Di sisi lain, ada orang-orang yang sudah begitu terbiasa melakukan kesalahan, sehingga mereka tidak lagi merasa terganggu dengan itu. Berapa sering kita diingatkan Tuhan ketika berbuat kesalahan? Apakah itu lewat hati nurani, lewat Firman yang kita baca, lewat kotbah, lewat orang lain dan lain-lain, sesungguhnya setiap manusia baik-baik, siapapun mereka, biasanya akan sulit hidup tenang ketika melakukan suatu kesalahan. Saya katakan baik-baik karena ada kalanya seseorang mulai kehilangan kontrol atas dirinya, tidak lagi merasa bersalah atau menyesal setelah melakukan sesuatu yang jahat. Hati bisa membeku dan membatu, membuat kejahatan menjadi hal yang biasa. Hal ini bisa terjadi apabila kita terus mengabaikan peringatan Tuhan.
Semakin tua dunia ini, semakin banyak saja masalahnya. Di satu sisi teknologi memajukan kehidupan manusia, tapi di sisi lain teknologi bisa membawa kesengsaraan dan kebinasaan. Peperangan, kebencian, permusuhan ada dimana-mana. Krisis demi krisis menimpa kita. Di mana-mana perusahaan, yang besar sekalipun bisa gulung tikar dan menyisakan hutang yang sangat besar. Krisis ekonomi tidak lagi hanya kasus regional, tapi sudah menjadi masalah global. Flu burung, flu babi, dan entah flu apa lagi yang bakal muncul di kemudian hari. Gempa, gunung berapi meletus, banjir, kebakaran, dan berbagai bencana alam lainnya seolah silih berganti datang menghancurkan berbagai belahan dunia. Pencuri, perampok, pembunuh, orang-orang jahat selalu ada di sekitar kita. Kalau kita pikirkan itu semua, kita akan segera merasa betapa mengerikannya hidup di dunia ini. Tapi tunggu dulu, jangan lupa bahwa kita punya Allah yang luar biasa yang menjanjikan sesuatu sebagai pegangan dalam hidup kita.
Jengkel menghadapi orang lain? Itu sudah menjadi makanan kita sehari-hari. Selalu saja ada orang-orang yang begitu menjengkelkan sehingga rasanya seperti seolah-olah dihadapkan kepada uji kesabaran. Baik dari sikap mereka, perkataan mereka, gestur atau gerak tubuh mereka, bahkan pandangan mata dan cibiran bibir. Di kalangan tetangga, pekerjaan, sekolah, di jalanan, atau di manapun kita akan bertemu dengan orang-orang seperti ini. Tidak hanya terhadap orang lain, tapi seringkali dalam keluarga sendiri pun kita bisa berhadapan dengan kekesalan. Istri kesal kepada kebiasaan-kebiasaan buruk suami, yang mungkin mendengkur, sembarangan membuang baju kotor dimana-mana, tidak membuka sepatu ketika masuk ke rumah, punya kebiasaan mengeluhkan pekerjaan, dan lain-lain. Atau suami kesal kepada istri? Istri yang terlambat mempersiapkan sarapan, punya hobi membantah, dirasa terlalu sibuk diluar, dianggap kurang peduli, juga berbagai kekesalan "kecil-kecilan" seperti tidak membuatkan secangkir teh dan sebagainya. Kesal, itu sudah menjadi bagian hidup kita. Tapi haruskah kita membiarkan kekesalan itu merampas sukacita? Haruskah kita menjadi sosok emosional yang harus selalu mengajak suami/istri untuk berkelahi atau "berantem", juga kepada setiap orang yang mungkin pada suatu saat menjengkelkan kita? Atau dengarlah kata seorang teman pada suatu kali, "bagaimana mau hepi kalau semua manusia ini ternyata mengesalkan?"
"Saya memang sudah ditakdirkan seperti ini.." kata seorang siswa saya pada suatu kali. Dia berkata demikian karena merasa sulit untuk memahami pelajaran dan sulit percaya bahwa ia pun memiliki peluang untuk sukses sama seperti teman-temannya, sama seperti anda dan saya. Apa yang ia percaya adalah sebentuk suratan takdir yang sudah digariskan kepada masing-masing orang. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang sukses, ada yang gagal, ada yang mujur, ada yang sial. Jika memang demikian, maka kita tidak perlu berusaha lagi, karena toh dengan duduk di rumah seharian kekayaan akan datang dengan sendirinya kalau itu takdir kita, bukan? Apakah benar seperti itu? Apakah Tuhan itu memang pilih kasih? Tidak, Tuhan itu Maha Adil dan kasih setiaNya tak terbatas, kekal selama-lamanya. Bagaimana dengan hak kita sebagai ahli waris Kerajaan sebagai anak-anak Tuhan? Apakah anda merasa ditakdirkan untuk memperoleh kebesaran di Kerajaan Allah, atau anda puas hanya sekedar lolos dari lubang jarum? Apakah anda percaya bahwa anda sebenarnya dikehendaki Tuhan untuk menjadi perabot dari emas dan perak, bukan sekedar pot kecil tanah liat saja?
Pagi yang cerah. Itu yang hadir ketika saya terbangun pagi ini. Ada istri di samping saya tersenyum, ada dua anjing kecil yang dengan gembira menggoyang-goyangkan ekornya melihat kami sudah bangun. "What a blessful day, thank you Jesus." saya berucap dalam hati. Terima kasih atas satu hari lagi yang diberikan kepada kami, bukan hanya sekedar hari, tapi hari yang berisi rahmat Tuhan yang segar dan baru. Fresh from the oven. Kesibukan bakal hadir sebentar lagi, ada banyak pekerjaan, kegiatan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan, masih ada beban-beban yang harus ditanggulangi, tapi itu bukan berarti bahwa semua itu harus merebut sukacita, sebuah sukacita surgawi yang langsung disediakan Tuhan tepat begitu saya bangun.
Apakah anda pernah tersandung lalu terjatuh? Seorang anak kecil yang melintas di depan rumah saya sore ini tersandung selagi berjalan di atas permukaan jalan yang berbatu-batu. Ketidakhati-hatiannya membuatnya terjerembap jatuh. Untung dia tidak mengalami masalah apa-apa. Ia langsung bangkit dan berjalan lagi meski agak sedikit terpincang-pincang di awalnya disertai wajah yang agak meringis. Kita semua pernah mengalami hal ini. Bukan hanya di jalan terjal, berbatu, tapi terkadang di jalan yang mulus itu bisa terjadi. Jalan mulus bisa membuat kita tidak waspada, sehingga ketika ada sebentuk benda yang tidak kita lihat menghalangi langkah kita, kita pun bisa tersandung karenanya. Tersandung bisa sepele, tapi bisa pula menjadi berat jika ekses yang diakibatkan ternyata mencederai kita secara serius. Teman saya di SMA pernah tersandung begitu selesai bermain basket. Posisi jatuhnya ternyata cukup berakibat fatal. Ia kehilangan beberapa gigi karena mulutnya tepat menghantam permukaan keras di mana ia jatuh. Adik saya sempat sobek bibirnya karena jatuhnya menghantam ujung meja. Di sisi lain, kita seringkali tersandung dan bisa kembali melanjutkan langkah kita seperti halnya si anak.
Mana yang lebih menyenangkan, beraksi panggung di depan banyak penonton atau segelintir? Jika anda seorang musisi, rasanya pilihan akan jatuh kepada banyak penonton. Ada banyak artis baik dalam dan luar negeri yang pernah saya wawancarai akan sangat termotivasi dan bertambah semangatnya ketika tampil di depan banyak orang. Apalagi jika mereka tahu lagu-lagu yang dibawakan dan bernyanyi bersama. Tapi kemarin saya mendapatkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ada musisi yang saya kenal tampil di sebuah restoran hotel bersama dua orang rekannya. Saya ada di sana karena saya punya janji untuk bertemu dengannya. Mereka main cuma untuk menghibur sedikit sekali pengunjung restoran. Itupun hampir tidak ada tanggapan sama sekali dari pengunjung, karena mereka sibuk makan malam dan berbincang-bincang dengan keluarga atau rekan semeja. Tapi ketiga musisi ini terus main. Mereka tidak mempedulikan hal itu sama sekali, mereka tetap tampil memberikan yang terbaik, ada atau tidak tepukan atau mata yang melihat mereka. Padahal mereka cukup terkenal dan jelas punya skill di atas rata-rata. Ketika saya tanyakan, teman musisi ini berkata bahwa tugas mereka adalah menghibur. Ada atau tidak ada penonton, mereka memang ditugaskan untuk itu, dan mereka pun melakukannya dengan sebaik mungkin. "Ada saatnya banyak penonton, dan kami suka itu, tapi ada saatnya kami dicuekin, ya tidak apa-apa, kami tetap main dengan baik kan?" katanya sambil tertawa.
Fresh from the oven merupakan ungkapan yang dipakai orang dimana-mana untuk menggambarkan sesuatu yang segar dan baru. Saya sering memakai ungkapan ini ketika mempublikasikan artikel atau informasi terbaru dalam situs jazz saya di jejaring Facebook. Tukang roti akan dengan sangat senang memakai slogan ini karena pasti ampuh menggambarkan roti yang masih hangat, empuk dan lezat. "If something is fresh from the oven, that means it is very new". Demikian penjelasan mengenai idiom ini di sebuah artikel yang saya baca. Bayangkan jika sebuah perusahaan makanan memakai slogan sebaliknya, "tidak pernah baru" atau "Selalu lama", jauh benar kan image atau kesan yang ditimbulkan? Seperti itulah memang, kita selalu rindu akan hal-hal yang segar dan baru. Memulai hari baru dengan semangat baru, lepas dari pengalaman-pengalaman pahit atau memalukan di masa lalu dan bisa mulai menatap masa depan yang cerah. "It's a new dawn, it's a new day, it's a new life, for me, and I'm feeling good." kata Michael Buble dalam lagu populernya "Feelin' Good". Mendengarnya saja sudah menyenangkan, apalagi mengalami.