Ayat bacaan: Amsal 29:17
=====================
"Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu."
Ada begitu banyak musisi besar yang terbentuk sejak kecil. Sebagian mewarisi DNA orang tuanya yang juga pemusik, sebagian lagi menemukan bakatnya ketika orang tua mereka membelikan mereka alat musik. Pada suatu kali seorang anak mendapati piano dipindahkan ke dalam kamarnya. Disana sang ibu sering bermain piano dan mengajarkannya bermain. Berawal dari sana, si anak ternyata menemukan bakatnya. Disamping piano, ia pun sering bermain-main dengan gitar ayahnya. Berbagai pengalaman terus membentuknya seiring sang anak menjadi dewasa. Ia pun kemudian menjelma menjadi salah satu musisi yang sangat terkenal hari ini. Dia adalah David Benoit.
Selain tanggung jawab untuk menyekolahkan dan memberi makan anak-anak kita, pentingnya mendidik dan mendewasakan mereka, menyiapkan mental mereka sejak kecil pun menjadi hal yang tidak kalah pentingnya. Ada banyak orang tua melupakan aspek ini karena mereka terlalu sibuk untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya secara materil saja. Banyak orang tua terutama ayah yang jarang di rumah karena terlalu sibuk bekerja, dan ketika mereka di rumah mereka tidak lagi punya waktu untuk bermain atau mendidik anak-anaknya karena sudah terlalu lelah bekerja. Kelelahan pun seringkali membuat mereka gampang emosi. Sedikit saja ada yang tidak beres, amarah pun meledak sehingga anak-anak menjadi takut melihat mereka. Ketika anak mereka terjerumus ke dalam berbagai perilaku buruk, mereka pun menjadi heran. "Bukankah aku sudah mati-matian mencukupi semua kebutuhanmu? Lalu apalagi yang kurang?" Ini keluhan banyak orang tua ketika mereka mendapati anaknya terjatuh dalam kehidupan yang salah. Mereka lupa bahwa mempersiapkan anak sejak kecil agar bertumbuh di tanah yang baik merupakan investasi yang sangat menguntungkan ke depannya. Karena itulah penulis Amsal berkata: "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu." (Amsal 29:17).
Bagaimana Timotius bisa menjadi seorang pemimpin gereja pada usia mudanya? Dalam usia yang masih sangat muda, Timotius sudah dikenal sebagai anak rohani Paulus yang kemudian menjadi teman sekerja Paulus dalam melayani. Alkitab mencatat semua itu berawal dari nenek Timotius yaitu Lois. Iman sang nenek, Lois kemudian turun kepada ibunya, Eunike, dan kemudian diwariskan pula kepada Timotius sang anak. Alkitab mencatat demikian "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu" (2 Timotius 1:5). Kita bisa melihat bahwa peran nenek dan ibu Timotius sungguh besar dalam memberi keteladanan kepadanya, membekali dirinya dengan firman Tuhan sehingga ia pun bertumbuh benar sejak kecil dan kemudian dipakai Tuhan dengan luar biasa sejak masa mudanya. Timotius menjadi orang benar bukan karena kotbah penginjil, tapi justru lewat peran nenek dan ibunya yang membimbing Timotius, mengenalkannya dengan firman Tuhan semenjak kecil. Paulus mengingatkan kepada Timotius bahwa tugasnya sesungguhnya tidaklah mudah. "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (3:12-13) Agar bisa tetap kuat dan teguh dalam pelayanan, Paulus pun menasehati Timotius untuk terus berpegang kepada kebenaran seperti yang telah diajarkan oleh ibu dan neneknya sejak kecil. "Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus." (ay 14-15). Lihatlah bagaimana besarnya keuntungan dari investasi iman yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka.
Peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan jiwa dan kepribadian anak-anak mereka menuju kedewasaan. Mungkin banyak orang tua yang mengajar anak-anaknya sejak kecil lewat firman Tuhan, namun apa yang mereka contohkan dalam perilaku sehari-hari justru menggambarkan sebaliknya. Hal itu tidak akan memberi keteladanan yang baik kepada si anak. Ada banyak pula orang tua yang bersikap otoriter, memaksakan kehendak mereka dan tidak jarang menimbulkan kepahitan dalam jiwa anak-anaknya. Paulus pun mengingatkan akan hal ini: "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya." (Kolose 3:21) dan dalam kesempatan lain ia berkata: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4). Jika kita ada di posisi anak, jangan pula kita menolak ajaran yang diberikan orang tua kita. "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu". (Amsal 1:8). Ingatlah bahwa membekali anak dengan firman Tuhan akan sangat menentukan bagi masa depan anak-anak kita. Mungkin tidak gampang untuk bisa menunjukkan keteladanan di tengah pergolakan hidup yang begitu sulit. Saya menyadari sulitnya mengemban begitu banyak tugas dan tanggungjawab sebagai orang tua, namun jika hal itu bisa memberikan investasi yang sangat menguntungkan bagi masa depan anak-anak kita, mengapa tidak? Jika kita mendidik anak kita dengan benar sejak dini sesuai dengan jalan Tuhan, dan memberikan mereka keteladanan bagaimana cara hidup yang berkenan di hadapan Tuhan, pada satu saat nanti kita sebagai orang tua akan mendapatkan ketentraman dan sukacita melihat pola hidup mereka. Ingatlah bahwa anak-anak kita akan selalu memperhatikan cara hidup kita tanpa disadari, dan memberi contoh hidup yang baik, kudus dan benar akan membuat mereka menjadi anak-anak yang mengenal Tuhan sejak usia mudanya. Jadilah orang tua bijak.
Pengenalan akan firman Tuhan yang ditanamkan sejak kecil merupakan investasi yang menguntungkan bagi masa depan anak
Thursday, November 5, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kacang Lupa Kulit (5)
(sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment